masyarakat kasepuhan merupakan lahan komunal sehingga masyarakat memiliki hak atas lahan garapan meskipun dalam aturan TNGHS lahan tersebut merupakan
milik negara dan termasuk dalam pengelolaan TNGHS. Secara umum rumahtangga petani masyarakat kasepuhan di Kampung Cimapag tidak memiliki
lahan dengan status hak milik pribadi atau bersertifikat. Masyarakat kasepuhan yang tidak memiliki lahan garapan, bisa menggarap lahan orang lain dengan
sistem bagi hasil maro atau kesepakatan yang ditetapkan oleh kedua belah pihak. Berikut tabel yang menggambarkan luas lahan garapan masyarakat
kasepuhan di Kampung Cimapag dari 30 rumahtangga:
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Rumahtangga di Kampung Cimapag Menurut Luas Lahan Garapan
No Luas Lahan Garapan
Jumlah Rumahtangga Persentase
1. Tinggi 1 hektar
1 3,33
2. Sedang 0,5 hektar-1 hektar
2 6,66
3. Rendah 0,5 hektar
27 90
Jumlah 30
100 Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan Tabel 10. luas lahan garapan digolongkan menjadi tiga kategori yakni tinggi, sedang, dan rendah. Pada kategori tinggi, dari 30 rumahtangga hanya
3,33 yang menggarap lebih dari satu hektar. Pada kategori sedang, sebesar 6,66 dan pada kategori rendah sebesar 90. Persentase ini menunjukkan bahwa
luas lahan garapan di Kampung Cimapag tergolong rendah. Lahan garapan masyarakat ini sudah termasuk dengan lahan garapan yang digunakan untuk
huma, sawah, dan kebun yang berstatus lahan SPPT dan lahan taman nasional.
6.3 Sumber-sumber Nafkah Rumahtangga Masyarakat Adat Kasepuhan
Sinar Resmi Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tiap rumahtangga tidak terlepas
dari upaya untuk tetap bertahan hidup. Strategi nafkah sebagai upaya alternatif untuk menjaga kestabilan ekonomi rumahtangga agar bisa survive. Pada dasarnya
strategi nafkah dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber nafkah. Ellis 2000 menjelaskan bahwa sumber-sumber nafkah yang biasanya dimanfaatkan
oleh rumahtangga antara lain modal sumberdaya alam, modal fisik, modal manusia, modal finansial dan modal sosial.
Berdasarkan pengamatan dan data yang diperoleh di lapangan, rumahtangga masyarakat kasepuhan di Kampung Cimapag tidak semuanya
memanfaatkan kelima sumber nafkah tersebut. Berikut adalah sumber-sumber nafkah rumahtangga yang dimanfaatkan oleh masyarakat kasepuhan di Kampung
Cimapag: 1.
Modal Sumberdaya Alam Modal sumberdaya alam menjadi aset yang sebagian besar atau bahkan semua
rumahtangga memanfaatkannya. Modal sumberdaya alam yang dimanfaatkan adalah air, hutan, dan lahan garapan. Sumberdaya air dimanfaatkan untuk sistem
pengairan di lahan sawah. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan misalnya kayu, tanaman obat-obatan, ranting dan lain-lain yang dimanfaatkan masyarakat
kasepuhan untuk kebutuhan hidupnya. Sumberdaya alam yang paling banyak dimanfaatkan oleh rumahtangga masyarakat kasepuhan adalah lahan garapan.
Lahan garapan ini dimanfaatkan rumahtangga masyarakat kasepuhan untuk bercocok tanam baik di huma, sawah, dan kebun.
2. Modal Fisik
Modal fisik yang dimanfaatkan oleh rumahtangga masyarakat kasepuhan adalah sistem irigasi. Sistem irigasi pada Kampung Cimapag dilakukan secara bersama-
sama sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. 3.
Modal Manusia Modal manusia yang dimanfaatkan oleh rumahtangga masyarakat kasepuhan
adalah pemanfaatan tenaga kerja. Tenaga kerja ini bisa berasal dari dalam rumahtangga itu sendiri, kerabat ataupun tetangga. Pada rumahtangga masyarakat
kasepuhan, tenaga kerja yang dimanfaatkan sebagian besar berasal dari rumahtangga yaitu istri dan anak khususnya dalam kegiatan menggarap lahan.
Namun, ada juga yang memanfaatkan tenaga kerja dari luar misalnya tetangga. 4.
Modal Finansial Modal finansial dapat berupa uang tunai, tabungan, ataupun akses dan pinjaman.
Pada masyarakat kasepuhan sendiri, jarang melakukan pinjaman ke orang lain atau bahkan melalui lembaga keuangan. Modal finansial rumahtangga masyarakat
kasepuhan berasal dari hasil panen dari komoditi pertanian serta hasil dari pekerjaan sambilan di luar sektor pertanian.
5. Modal Sosial
Modal ini merupakan gabungan komunitas yang dapat memberikan keuntungan bagi individu atau rumahtangga yang tergabung di dalamnya. Modal sosial bisa
dilihat dari jejaring, kepercayaan, dan norma. Pada masyarakat kasepuhan sendiri berdasarkan pengamatan dan keikusertaan peneliti di lapangan, modal sosial pada
masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi terlihat jelas. Bisa dilihat dari kegiatan adat yang dilakukan, masyarakat kasepuhan baik laki-laki dan perempuan terlibat di
dalamnya. Hal inilah yang menimbulkan ikatan yang kuat antar masyarakat kasepuhan. Sebagai contoh ketika ada warga yang akan melakukan kegiatan huma
atau menanam padi di lahan kering ngaseuk, masyarakat melakukannya secara bersama-sama dengan suka rela baik laki-laki maupun perempuan. Dalam
kegiatan ngaseuk, tugas laki-laki adalah membuat lubang aseuk dan perempuan yang memasukkan benih ke dalam lubang tersebut. Rumahtangga yang ikut
membantu, biasanya oleh pemilik lahan disediakan makanan yang berbentuk tumpeng yang nantinya akan dimakan bersama-sama setelah kegiatan menanam
padi selesai. Kegiatan ngaseuk dilakukan secara bergiliran antar rumahtangga. Selain itu, ketika ada rumahtangga memanen pisang, singkong, ubi dan
hasilnya banyak, masyarakat biasanya saling berbagi dengan para tetangga. Lahan garapan yang kosong juga terkadang dimanfaatkan masyarakat kasepuhan. Lahan
kosong dapat dimanfaatkan oleh rumahtangga lain, ketika yang memiliki lahan sedang tidak menggarap lahan tersebut. Pemanfaatan lahan kosong dilakukan oleh
pemilik lahan atas dasar suka rela untuk membantu rumahtangga lain.
6.4 Bentuk-bentuk Strategi Nafkah Masyarakat Adat Kasepuhan