Sejarah Kasepuhan Sinar Resmi

Berdasarkan data Tabel 4. sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi sumber penghidupan utama penduduk Desa Sinar Resmi. Hal tersebut disebabkan karena kondisi alam di Desa Sirna Resmi yang sangat mendukung dalam kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian oleh penduduk Desa Sirna Resmi dibagi menjadi tiga yaitu padi dan palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan luas lahan yang digunakan, sekitar 260 ha ditanami padi dan palawija, tujuh hektar untuk sayur-sayuran dan delapan hektar ditanami buah- buahan.

4.2 Profil Kasepuhan Sinar Resmi

4.2.1 Sejarah Kasepuhan Sinar Resmi

Kawasan TNGHS tidak pernah terlepas dari kehidupan masyarakat adat yang lebih dikenal dengan masyarakat kasepuhan, salah satunya adalah Kasepuhan Sinar Resmi. Kasepuhan ini terletak di Desa Sirna Resmi, bersama dengan dua kasepuhan lainnya yakni Kasepuhan Cipta Mulya dan Kasepuhan Cipta Gelar yang saling terkait dan masih dalam satu keturunan. Berdasarkan penuturan salah salah satu tokoh adat, masyarakat kasepuhan merupakan sisa-sisa pasukan dari Kerajaan Pajajaran Pakuan Pajajaran yang kalah perang dengan kerajaan Banten. Sisa-sisa pasukan ini kemudian melarikan diri sampai ke Gunung Halimun untuk menyelamatkan sistem pertanian dan sampai saat ini bertahan di sekitar Gunung Halimun dan Gunung Salak sebagai suatu komunitas kasepuhan. Berdasarkan informasi dari tokoh adat, kasepuhan pertama kali didirikan di Bogor, yaitu di Kampung Cigudeg. Masyarakat Kasepuhan merupakan masyarakat yang berpindah-pindah. Perpindahan kampung gede sebagai pusat orientasi sosio, kultural, dan politik didasarkan pada perintah karuhun nenek moyang melalui wangsit yang diterima oleh Abah sebutan bagi ketua adat kasepuhan untuk mencari lebak cawene lembah perawan yang diyakini akan memberikan kemakmuran dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat kasepuhan, “nagara bakal makmur mung seug lebak cawene geus kapanggih” yang artinya negara akan makmur jika lebak cawene sudah ditemukan RMI, 2004. Usaha masyarakat kasepuhan untuk mencari lebak cawene menjadikan seringnya terjadi perpindahan kampung gede sebanyak 13 kali menurut Adimihardja dalam Galudra 2003. Kasepuhan Sinar Resmi diawali dari perpindahan kampung gede dari Lebak Selatan ke Sukabumi Selatan, di Kampung Bojongcisono oleh Ki Jasiun. Putra dari Ki Jasiun yaitu Abah Rusdi memindahkan kampung gede ke Kampung Cicemet, Sukabumi Selatan. Putra Abah Rusdi, yaitu Abah Arjo memindahkan kampung gede sebanyak tiga kali yaitu ke Kampung Waru, Cidadap dan Cisarua yang semuanya berada di Sukabumi Selatan. Sepeninggal Abah Arjo, kasepuhan dilimpahkan kepemimpinannya pada Abah Udjat. Dikarenakan saat itu Abah Udjat sedang menjabat sebagai kepala desa, kepemimpinan diberikan kepada Abah Anom yang kemudian memindahkan kasepuhan ke Ciptarasa dan kemudian ke Ciptagelar yang dulunya adalah Cicemet. Melalui wangsit yang diterima, akhirnya Abah Udjat membuka kasepuhan baru di Sinar Resmi. Pada tahun 2003 Abah Ujat meninggal dan kepemimpinan dilimpahkan kepada putranya yaitu Abah Asep yang saat itu masih bekerja di Jakarta. Adanya tanggung jawab yang besar dan wangsit yang telah diterima, Abah Asep pun menjadi pimpinan Kasepuhan Sinar Resmi sampai saat ini.

4.2.2 Gambaran Masyarakat