Profil Kegiatan Pertanian STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA MASYARAKAT ADAT

BAB VI STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA MASYARAKAT ADAT

KASEPUHAN SINAR RESMI

6.1 Profil Kegiatan Pertanian

Kegiatan pertanian merupakan salah satu sektor utama mata pencaharian rumahtangga masyarakat kasepuhan di Kampung Cimapag. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat kasepuhan adalah pertanian huma ladang berpindah, sawah, dan kebun. Pertanian di huma maupun sawah merupakan kegiatan pertanian yang mendominasi masyarakat kasepuhan, karena dari huma dan sawah ini masyarakat menanam padi yang notabene sebagai komoditi pertanian utama. Padi yang digunakan adalah padi lokal yang disebut pare ageung. Padi yang ditanam di huma, pengairannya memanfaatkan musim penghujan, sedangkan padi di sawah memanfaatkan pengairan dari mata air. Masyarakat mulai menanam padi di huma sekitar bulan September atau Oktober, diikuti dengan menanam padi di sawah. Hasil dari menanam padi di huma maupun sawah, nantinya ada yang masuk ke leuit lumbung masing-masing rumahtangga dan ada pula yang masuk ke Leuit Sijimat lumbung kasepuhan. Saat Upacara Seren Taun pesta panen, tiap rumahtangga akan memberikan hasil padinya sekitar 2 pocong untuk dimasukkan ke dalam Leuit Sijimat yang digunakan sebagai cadangan pangan bagi masyarakat kasepuhan saat musim paceklik. Selain itu, lumbung kasepuhan dapat digunakan oleh masyarakat kasepuhan untuk keperluan meminjam padi. Dalam melaksanakan kegiatan menanam padi di huma maupun sawah, masyarakat kasepuhan memiliki prosesi kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan aturan adat yang berlaku. Tahapan kegiatan menanam padi di huma dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Huma pada Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi No Kegiatan Bulan Sistem Kalender Islam Pelaksana 1. Narawas menandai lokasi yang akan dijadikan lahan huma Jumadil awal Lk 2. Nyacar membersihkan lahan, biasanya selama 1 minggu setelah itu di keringkan selama 15 hari – 1 bulan Jumadil awal Lk, Pr, P 3. Ngahuru membakar semak kering untuk dijadikan pupuk Jumadil akhir Lk 4. Ngerukan mengumpulkan sisa-sisa yang belum terbakar Jumadil akhir Lk, Pr, P 5. Ngaduruk membakar sisa-sisanya Jumadil akhir Lk, Pr 6. Nyara meremahkan tanah Jumadil akhir Lk, Pr, P 7. Ngaseuk penanaman bibit padi dengan menggunakan tongkat atau aseuk Rajab Lk, Pr, P 8. Ngored menyiangi rumput Ruwah Lk, Pr, P 9. Mipit Dibuat memotong padi panen Haji Lk, Pr 10. Ngadamel lantayan membuat tempat menjemur padi Haji Lk 11. Ngalantaykeun proses menjemur padi pada lantayan Haji Lk, Pr 12. Mocong mengikat padi yang kering Muharam Lk, Pr, P 13. Ngunjal diangkut ke lumbung padi Muharam Lk 14. Ngaleuitkeun memasukkan ke lumbung Muharam Lk, Pr 15. Ngeuleupkeun dirapikan Muharam Lk 16. Ngadieukeun indung pare menyimpan padi di dalam leuit Muharam Lk 17. Selametan ampih pare Muharam Lk, Pr, P Sumber: Tokoh Adat Kasepuhan Sinar Resmi, 2010 Keterangan: Lk: laki-laki, Pr: perempuan, dan P : pemudapemudi Tabel di atas menggambarkan mengenai prosesi kegiatan menanam padi di huma, yang dilakukan pada bulan tertentu dan ada pembagian tugas antara laki- laki, perempuan dan pemuda atau pemudi. Masyarakat kasepuhan diwajibkan untuk menanam padi di huma karena merupakan salah satu sistem pertanian warisan leluhur. Saat pertama akan menanam padi, masyarakat kasepuhan diwajibkan menanam di huma terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan menanam padi di sawah. Tahapan kegiatan menanam padi di sawah dapat dilihat di Tabel 7. Tabel 7. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Sawah pada Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi No Kegiatan Bulan Sistem Kalender Islam Pelaksana 1. Numpang galeng membuat pematang Muharam Lk, P 2. Ngabaladah menyiangi lahan Silih mulud Lk, P 3. Ngambangkeun mengisi lahan dengan air merendam Jumadil awal Lk, P 4. Ngangler membersihkan permukaan lahan dari gulma yang tumbuh sebagai persiapan untuk tebar Ruwah Lk, Pr, P 5. Tebar ngipuk membuat persemaian padi dengan cara menebar untaian padi Jumadil akhir Lk, Pr 6. Tandur menanam padi Ruwah Lk,, Pr, P 7. Ngarambet membersihkan gulma yang ada di sawah Puasa Pr 8. Babad galeng membersihkan rumput di pematang sawah Syawal Lk, Pr,P 9. Dibuat ku etem neugel panen padi dengan alat etem ani-ani Haji Lk, Pr, P 10. Ngadamel lantayan membuat tempat jemuran padi Haji Lk 11. Ngalantay menjemur padi di lantayan Haji Lk 12. Mocong pare mengikat padi menjadi pocong Sapar Lk, Pr, P 13. Diangkut ka leuit ngunjal mengangkut padi ke leuit lumbung Sapar Lk 14. Ngaleuitkeun memasukkan ke leuit lumbung Sapar Lk 15. Dieulep di leuit merapikan padi di dalam leuit lumbung Sapar Lk, Pr 16. Ngadiukkeun indung memasukan padi induk ke dalam leuit Sapar Lk, Pr 17 Disalametan nganyaran selamatan sebagai tanda syukur dengan memasak padi pertama kali Silih mulud Pr Sumber: Tokoh Adat Kasepuhan Sinar Resmi, 2010 Keterangan: Lk: laki-laki, Pr: perempuan, dan P : pemudapemudi Tabel 7. menggambarkan prosesi kegiatan menanam padi di sawah, yang dilakukan pada bulan tertentu dan pembagian peran antara laki-laki, perempuan, dan pemuda atau pemudi. Menurut penuturan tokoh adat, hasil panen padi di sawah menghasilkan panen yang lebih banyak daripada di huma. Kegiatan pertanian sudah menjadi ciri khas, tradisi, dan cara hidup pada rumahtangga masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi di Kampung Cimapag. Gambaran mengenai karakteristik rumahtangga pertanian yang ada di Kampung Cimapag dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Rumahtangga Pertanian Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi di Kampung Cimapag No Karakteristik Rumahtangga Pertanian Keterangan 1. Jumlah tanggungan rumahtangga 4 orangrumahtangga 2. Rata-rata lahan garapan 6,5 patok 2620,3 m 2 3. Tipe sistem pertanian Huma, sawah, dan kebun 4. Komoditi pertanian utama Padi 5. Produktivitas hasil pertanian utama 130 pocong455 kg musim panen 6. Komoditi pertanian tambahan Kebun: pisang, alpukat, cabe rawit, timun, kacang, singkong, jagung, terong, tomat, kapulaga Kebun kayu atau talun : jeunjing, kayu, aren, pohon kopi, tisuk, manglid, manii, jabon. 7. Sistem Irigasi Irigasi tradisional dengan pengelolaan secara bersama Sumber: Data Primer, 2010 Berdasarkan tabel 8, jumlah tanggungan rumahtangga adalah empat orang tiap rumahtangga. Lahan garapan yang dikelola oleh rumahtangga di Kampung Cimapag adalah 6,5 patok 2620,3 m 2 . Ukuran patok ini merupakan istilah yang biasanya digunakan oleh masyarakat kasepuhan untuk mengetahui berapa luas lahan yang bisa digarap. Satu patok bila dikonversi dalam satuan luas sama artinya dengan 400 m 2 . Sistem pertanian yang diterapkan yaitu huma, sawah, dan kebun dengan komoditi utama adalah padi. Tanaman padi meskipun merupakan komoditi utama tetapi bukan untuk diperjual-belikan. Aturan adat kasepuhan melarang bagi para incu putu pengikut Kasepuhan Sinar Resmi untuk menjual padi apalagi dalam bentuk beras. Padi yang dihasilkan, hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan saja. Kalaupun ada rumahtangga yang kekurangan pangan dan membutuhkan padi, mereka bisa meminjam padi dari lumbung kasepuhan atas seijin Abah. Penuturan salah satu warga Kampung Cimapag yaitu Bapak ZN 39 tahun yang memang tidak memiliki lahan garapan, beliau mengungkapkan bahwa: “disini ya neng, meskipun ada orang yang nggak punya lahan buat digarap, ya seperti bapak ini, tapi kita masih bisa garap lahan punya orang lain. Dan alhamdulillahnya warga sini tidak pernah ada yang kelaparan atau kekurangan. Kalaupun memang kekurangan pasti juga nanti bisa pinjam padi ke Abah, tapi itu mah udah jarang.” Mengenai produktivitas padi, dalam sekali panen yakni satu tahun sekali, sesuai dengan aturan adat kasepuhan. Rumahtangga masyarakat Kampung Cimapag menghasilkan tanaman padi 130 pocong. Istilah pocong sendiri berarti ikat. Apabila dikalkulasikan dalam satuan kilogram kg, satu pocong sama dengan 3,5 kg. Selain tanaman padi, Kampung Cimapag juga mengusahakan tanaman lain seperti palawija jagung, singkong, ubi, sayur-sayuran kacang panjang, tomat, timun, dan buncis, buah-buahan pisang dan alpukat, serta kapulaga atau biasa disebut kapol. Tanaman talun atau kebun kayu juga menjadi salah satu komoditi tambahan bagi masyarakat kasepuhan. Talun memerlukan waktu yang lama agar menghasilkan. Talun yang biasanya ditanam oleh masyarakat kasepuhan antara lain jeunjing, manglid, tisuk, jabon, jati putih, mahoni, bambu, manii, kayu, aren, pohon kopi, dan lainnya. Sistem pengairan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Cimapag berupa solokan seperti parit yang dikelola secara bersama- sama antar rumahtangga dan memiliki kepengurusan sendiri. Ukuran solokan ini kurang lebih 1m x 60 cm, dan memiliki struktur kepengurusan yang disebut maningtin . Solokan ini bersumber pada Kali Cisono dimana di Kampung Cimapag ada dua solokan yaitu aliran dari Curug Pining dan Cikaso. Mekanisme penggunaan solokan ini adalah dua solokan biasanya dimanfaatkan oleh lima rumahtangga. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh rumahtangga masyarakat kasepuhan menjadi sektor utama dan menjadi tumpuan hidup masyarakat dan didukung dengan penanaman komoditi tambahan. Sistem tumpang sari menjadi kegiatan yang banyak dilakukan oleh rumahtangga masyarakat kasepuhan. Lahan huma yang ditanami padi, disekitarnya ditanami oleh tanaman palawija, buah- buahan, dan sebagainya. Berbagai tanaman yang bisa ditanam akan dimanfaatkan rumahtangga masyarakat kasepuhan dan hasilnya bisa digunakan untuk kebutuhan pangan dan untuk dipasarkan. Pemasaran hasil pertanian rumahtangga masyarakat kasepuhan melalui tengkulak. Tengkulak bisa memasarkan hasil pertanian masyarakat kasepuhan hingga ke Jakarta. Komoditi pertanian yang ada di rumahtangga masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi di Kampung Cimapag lihat tabel 9. Tabel 9. Komoditi Pertanian dan Rata-Rata Panen yang Dihasilkan serta Pemanfaatannya pada Rumahtangga di Kampung Cimapag No Komoditi Pertanian Rata-rata Panen Pemanfaatan Keterangan Dikonsumsi Dijual 1. Padi 100 pocong 1-2 liter sehari Tidak untuk dijual Sesuai aturan adat padi tidak boleh dijual. Satu pocong = 3,5 kg atau 2,5 liter. 2. Singkong 50 kg 25 kg 25 kg Hasil dari singkong biasanya dibagi dua, untuk dikonsumsi atau dibagi ke tetangga dan setengah hasilnya untuk dijual. 3. Jagung 10-50 kg 5 kg 50 kg Jagung dan ubi biasanya panen dalam 4 bulan sekali. 4. Ubi 15 kg 5 kg 10 kg 5. Pisang 10-60 kg 5 kg 50 kg Pisang lebih sering dijual daripada dikonsumsi. 6. Alpukat 10-50 kg - 50 kg Alpukat lebih banyak dijual daripada dikonsumsi karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 7. Timun 15 kg 5 kg 10 kg Sayur-sayuran biasanya ditanam dilakukan di lahan kebun dan sawah yang masih menunggu masa tanam padi. 8. Kacang panjang 10 kg 3 kg 7 kg 9. Tomat 8 kg 3 kg 5 kg 10. Buncis 10 kg 3 kg 5 kg 11. Kapulaga 20-100 kg - 100 kg Panen kapulaga dalam 2 bulan sekali. 12. Tanaman Talun: - Jeungjing - Manglid - Tisuk - Jabon - Manii Hasil talun dalam bentuk gelondongan Untuk membangun atau memperbaiki rumah Dijual dalam per m 3 Pada tanaman talun biasanya dijual dalam satuan kubik. Rata-rata Rp. 400.000 m 3 Sumber: Data Primer, 2010 Tabel 9 di atas menunjukkan pada tanaman palawija seperti jagung, singkong, dan ubi, sebagian besar masyarakat kasepuhan rata-rata dalam satu kali panen sekitar 50 kg. Tanaman singkong, hasilnya lebih sering dibagi dua untuk dijual dan dikonsumsi. Sedangkan tanaman pisang, atau yang biasa disebut cau, sebagian besar ditanam masyarakat kasepuhan. Hal ini dikarenakan pisang sesuai dengan kondisi cuaca dan tanah, sehingga hasil yang diperoleh cukup banyak. Tanaman sayuran, ada yang ditanam di kebun ataupun di sawah lahan di sawah yang kering atau tidak ada air. Sayuran yang ditanam oleh masyarakat kasepuhan, hasilnya juga tidak begitu banyak, mereka cenderung mengonsumsi meskipun ada juga yang dijual ke tengkulak. Pada tanaman kapulaga atau kapol, mayoritas masyarakat kasepuhan di Kampung Cimapag menanam tanaman tersebut. Kapol digunakan sebagai bahan obat-obatan, hasil dari kapol ini sangat menguntungkan bagi masyarakat. Kapol dijual ke tengkulak sekitar Rp. 5.000 per kg, dan dalam dua bulan sekali kapol panen. Apabila hasilnya banyak, kapol bisa panen satu kali dalam satu bulan. Tanaman talun seperti pohon kayu yang biasanya dimanfaatkan masyarakat kasepuhan untuk membangun atau memperbaiki rumah dan untuk dijual. Sebagai contoh tanaman jeunjing dan manglid, untuk jeunjing waktu yang diperlukan sampai panen sekitar 5-6 tahun sedangkan manglid sekitar 10 tahun. Tanaman ini dijual dalam satuan kubik, dan biasanya per kubik dihargai Rp. 400.000,-.

6.2 Luas Pengelolaan Lahan Garapan