Ikhtisar GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

penyelesaiannya. Data menunjukkan bahwa rendahnya ekonomi masyarakat yang ada di dalam dan sekitar TNGHS dapat menyebabkan degradasi ekosistem hutan. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat bergantung hidupnya pada kawasan TNGHS sedangkan TNGHS pun harus merealisasikan visinya yakni untuk konservasi alam.

4.4 Ikhtisar

Bab ini menjelaskan mengenai profil Desa Sirna Resmi secara umum, kemudian profil secara lebih mendalam mengenai Kasepuhan Sinar Resmi dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS. Desa Sirna Resmi merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi yang didiami masyarakat non kasepuhan dan tiga kasepuhan yang tergabung dalam Kesatuan Adat Banten Kidul yakni Kasepuhan Cipta Mulya, Kasepuhan Cipta Gelar, dan Kasepuhan Sinar Resmi. Kasepuhan Sinar Resmi merupakan salah satu masyarakat adat yang berdiam di kawasan Halimun selama beratus-ratus tahun lamanya. Masyarakat kasepuhan sangat bergantung pada ketersediaan alam karena mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dengan sistem huma sebagai sistem pertanian padi yang merupakan warisan leluhur. Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi merupakan bagian dari kawasan TNGHS, yang mana kawasan ini merupakan kawasan konservasi yang sudah ada sejak tahun 1924 dengan status hutan lindung. Penetapan TNGHS berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 175Kpts-II2003 mengundang kontroversi dari berbagai pihak yang mempertanyakan keberadaan masyarakat baik masyarakat kasepuhan maupun non kasepuhan yang ada di dalamnya. Zonasi yang ditetapkan oleh TNGHS dinilai tidak memperhatikan keberadaan masyarakat kasepuhan yang memiliki zonasi adat sendiri. Adanya benturan ini yang sampai sekarang menyebabkan ketidakjelasan status kawasan beserta sumberdaya alamnya termasuk lahan garapan masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang ada di Kampung Cimapag, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi yang menjadi lokasi dalam penelitian ini.

BAB V AKSES MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN SINAR RESMI

TERHADAP SUMBERDAYA ALAM

5.1 Akses Sumberdaya

Alam Sebelum Perluasan TNGHS Masyarakat kasepuhan merupakan komunitas adat Sunda yang diyakini sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Kasepuhan Sinar Resmi sebagai salah satu bagian dari Kesatuan Adat Banten Kidul merupakan salah satu kasepuhan yang sampai saat ini masih mendiami wilayah di dalam dan sekitar TNGHS. Masyarakat kasepuhan masih memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di kawasan ini, baik sumberdaya air, sumberdaya hutan dan juga lahan garapan. Lahan garapan Leuweng Sampalan inilah yang menjadi tumpuan hidup masyarakat kasepuhan dengan memanfaatkannya sebagai lahan pertanian huma, sawah, dan kebun. Sebelum perluasan TNGHS, kawasan Halimun merupakan kawasan TNGH Taman Nasional Gunung Halimun, yang sudah terbuka menjadi lahan pertanian dan pemukiman masyarakat. Menurut penuturan Bapak US 64 tahun salah satu tokoh adat kasepuhan, dulunya kawasan Halimun merupakan kawasan yang pernah dikuasai oleh Belanda. Masyarakat kasepuhan sudah menjadi bagian dari kawasan Halimun. Ketika tahun 1902, muncul sistem tanam paksa yang diciptakan Belanda. Masyarakat dipaksa untuk menanam tanaman monokultur, karena sistem pertanian pokok mereka adalah pertanian lahan kering, masyarakat kasepuhan pun menolak. Pemaksaan inilah yang membuat masyarakat membuka hutan hutan alam. Hutan yang sampai sekarang ini diidentifikasi sebagai hutan yang dulunya didiami oleh para leluhur masyarakat kasepuhan antara lain terletak di Desa Sinar Galih, Blok Cicemet yang sekarang adalah Kasepuhan Cipta Gelar, Desa Sirna Resmi, Desa Cicadas dan ada juga di daerah Lebak Nangka. Melalui pembukaan hutan inilah, masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada, menerapkan sistem pertanian huma yang merupakan warisan leluhur mereka, serta membangun areal pemukiman dan melaksanakan segala kegiatan adatnya hingga saat ini.