Tidak adanya perubahan strategi nafkah dikarenakan masyarakat kasepuhan tetap memegang teguh tradisi leluhur yaitu sistem pertanian yang
mereka jalani dari dahulu sampai sekarang. Pertanian bagi masyarakat kasepuhan sudah menjadi bagian dari budaya dan tradisi yang harus tetap dijaga dan
dilestarikan. Sesuai dengan filosofi masyarakat kasepuhan yaitu “Ibu Bumi, Bapak Langit, Guru Mangsa” yang mana dalam kehidupannya, masyarakat harus
menjaga keutuhan bumi beserta segala isinya sehingga keseimbangan alam pun tetap terjaga. Sistem pertanian ini tidak sekedar kegiatan pertanian yang secara
umum menuju pada produktivitas, namun sistem pertanian di masyarakat kasepuhan sudah mengikat pada kehidupan masyarakat dan lebih berorientasi
pada suatu interaksi yang kuat antar masyarakat dengan Tuhan, masyarakat dengan masyarakat serta masyarakat dengan alam dengan aturan adat yang sudah
melekat di setiap sendi kehidupan masyarakat.
6.6 Ikhtisar
Bab ini menjelaskan tentang gambaran kegiatan ekonomi rumahtangga masyarakat kasepuhan di Kampung Cimapag. Sektor pertanian menjadi bagian
utama khususnya pertanian dengan tanaman padi dan didukung dengan adanya komoditi tambahan seperti palawija, sayuran, buah-buahan, dan tanaman kayu
yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi maupun untuk dijual. Selain itu, bab ini ingin mengetahui perubahan bentuk strategi nafkah sebelum dan sesudah
perluasan TNGHS. Data menunjukkan bahwa baik sebelum maupun sesudah perluasan TNGHS, rumahtangga masyarat kasepuhan tidak menunjukkan adanya
perubahan strategi nafkah. Masyarakat kasepuhan melakukan bentuk-bentuk strategi nafkah seperti rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda, dan
migrasi baik itu sebelum maupun sesudah perluasan TNGHS. Adanya perubahan akses ternyata tidak menjadikan masyarakat kasepuhan melakukan perubahan
bentuk strategi nafkah. Tidak adanya perubahan strategi nafkah dikarenakan bagi masyarakat kasepuhan, kegiatan pertanian sudah menjadi bagian dari budaya dan
tradisi yang sudah sepatutnya dijaga dan dilestarikan.
BAB VII UPAYA KOLABORATIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
SEBAGAI PELUANG ALTERNATIF SUMBER NAFKAH
7.1 Model Kampung Konservasi MKK
Adanya perbedaan pandangan mengenai pengelolaan sumberdaya alam antara TNGHS dengan masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi, dapat berpengaruh
terhadap keberlanjutan kawasan TNGHS. Perluasan TNGHS dinilai menjadi ancaman bagi masyarakat kasepuhan karena akses yang terbatas dalam melakukan
kegiatan pertanian. Melihat kondisi ini, TNGHS pihak yang berwenang dalam pengelolaan kawasan TNGHS, mencoba untuk membangun upaya kolaboratif
dengan masyarakat kasepuhan. Upaya kolaboratif yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat kasepuhan adalah program MKK Model Kampung Konservasi. Menurut Lembanasari 2006 kampung konservasi merupakan komunitas tertentu
yang mampu hidup bersama alam, dan didalamnya dilakukan kegiatan perlindungan secara mandiri, mampu menjaga ekosistem dan secara ekonomi bisa
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat atau berlangsungnya pemanfaatan sumberdaya alam hayati di dalam kawasan konservasi secara berkelanjutan.
Kegiatan MKK dilakukan untuk tujuan konservasi dan kesejahteraan masyarakat yang didasarkan melalui strategi penyelesaian konflik dan penguatan
kelembagaan, strategi pemulihan kawasan bersama masyarakat, dan strategi pengembangan ekonomi masyarakat Supriyanto dan Ekariyono, 2007. Strategi
tersebut dilakukan oleh pihak TNGHS sebagai suatu kerangka kebijakan dan strategi pendekatan bagi masyarakat kasepuhan yang memiliki keterkaitan yang
tinggi dengan kawasan TNGHS. Program MKK dilaksanakan sejak tahun 2005 di Desa Sirna Resmi
tepatnya di Kampung Cimapag yang sebagian besar merupakan masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang lahan garapannya termasuk dalam kawasan
TNGHS. MKK merupakan suatu program yang sifatnya proyek antara TNGHS dengan JICA Japan International Cooperation Agency yang juga bekerjasama