1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari
perkembangan produksi dan luas panennya. Produksi hortikultura pada tahun 2007 hingga 2008 terlihat mengalami peningkatan secara keseluruhan sebesar
7,43 persen. Sedangkan, luas panen hortikultura sendiri juga mengalami peningkatan sebesar 7,86 persen
1
. Peningkatan produksi serta luas panen tersebut mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura memiliki potensi untuk
berkontribusi pada pendapatan nasional. Subsektor hortikultura terbukti mampu memberikan kontribusinya pada
pendapatan nasional. Kontribusi subsektor hortikultura tersebut terlihat pada nilai produk domestik bruto PDB hortikultura yang meningkat. Pada tahun 2007,
PDB hortikultura sebesar Rp 76,79 trilliun, dan pada tahun 2008 PDB Hortikultura sebesar Rp 80,29 trilliun. Nilai tersebut menggambarkan adanya
peningkatan PDB hortikultura sebesar 4,55 persen
2
. Dengan peningkatan nilai PDB hortikultura tersebut, subsektor hortikultura memiliki peranan penting dalam
berkontribusi di perekonomian nasional. Peningkatan nilai PDB hortikultura didukung oleh empat kelompok
komoditas utama pada subsektor hortikultura, yaitu buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa buah-buahan
memiliki rata-rata nilai kontribusi yang paling besar diantara ketiga kelompok komoditas lainnya. Sedangkan tanaman hias memiliki rata-rata nilai kontribusi
yang paling kecil diantara kelompok komoditas yang lain. Namun demikian, sejak tahun 2005 hingga 2008, kontribusi nilai PDB tanaman hias terus mengalami
peningkatan seperti ketiga kelompok komoditas lainnya.
1
Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008. http:hortikultura.deptan.go.id?q=node218 [Diakses pada 1 November 2012]
2
Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008. http:hortikultura.deptan.go.id?q=node218 [Diakses pada 1 November 2012]
2
Tabel 1. Kontribusi Kelompok Komoditas pada PDB Hortikultura Tahun 2005-
2009
No Kelompok
Komoditas Nilai PDB Milyar Rp
Rata-rata 2005
2006 2007
2008 2009
1 Buah-buahan
31.649 35.448
42.362 47.060
50.595 41.432
2 Sayuran
22.630 24.694
25.587 28.205
29.005 26.024
3 Biofarmaka
2.806 3.762
4.105 3.853
5.348 4.889
4 Tanaman Hias
4.662 4.734
4.741 5.085
4.109 3.727
Total Hortikultura 61.792
68.639 76.795
84.203 89.057
76.072
Keterangan : Angka Sementara Sumber : Ditjen Hortikultura 2010
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2010, hortikultura didefinisikan sebagai semua hal yang berkaitan dengan buah,
sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, danatau
bahan estetika. Sedangkan, menurut Asosiasi Bunga Indonesia Asbindo 2001, tanaman hias dan bunga potong digolongkan menjadi komoditas yang disebut
florikultura. Pada komoditas bunga potong terdapat jenis-jenis bunga potong yang merupakan bunga potong unggulan untuk diusahakan. Jenis-jenis bunga potong
tersebut adalah anggrek, mawar, krisan, anyelir, anthurium, gerbera, gladiol, sedap malam, bunga kecombrang, dan heliconia. Sedangkan untuk komoditas
tanaman hias yang banyak diusahakan dan sudah diekspor adalah palm, paku- pakuan, dan tanaman dracaena.
Salah satu jenis bunga yang sudah dikenal dan banyak disukai oleh konsumen adalah bunga krisan. Saat ini, penggunaan bunga krisan tidak hanya
untuk bunga potong. Selain sebagai bunga potong, bunga krisan juga digunakan untuk bahan dekorasi ruangan, vas bunga, serta rangkaian bunga. Bunga krisan
sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman
hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga hama.
Dengan semakin berkembangnya penggunaan bunga krisan oleh konsumen, maka dapat menyebabkan permintaan bunga krisan meningkat.
Permintaan bunga krisan biasanya meningkat ketika hari-hari raya besar. Ketika itu pula harga bunga krisan cenderung tinggi. Harga bunga krisan juga akan
3
mengalami peningkatan ketika pasokan sedang rendah. Namun demikian, permintaan bunga krisan masih bersifat musiman, sehingga harga bunga krisan
juga cenderung berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi permintaan musiman. Sedangkan, ketika bunga krisan sedang mengalami panen raya, harga bunga
krisan mengalami penurunan. Hal tersebut karena pada saat panen raya terjadi penumpukan produksi bunga krisan, sehingga harga untuk bunga krisan menurun.
Menurunnya harga bunga krisan tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan para pedagang dimana pendapatan pedagang akan berkurang karena adanya
kerugian yang harus dihadapi. Kondisi harga bunga krisan yang tidak pasti dan berfluktuatif tersebut menyebabkan bunga krisan termasuk dalam komoditi yang
berisiko terhadap harga di pasaran. Salah satu pasar yang menyediakan beragam bunga krisan adalah Pasar
Bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Pasar Bunga Rawabelong ini merupakan salah satu pasar yang menjadi Unit Pelaksana Teknis UPT perdagangan tanaman hias
yang menyediakan beragam bunga potong dan tanaman hias. Pasar ini merupakan pasar yang dijadikan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura P3H oleh Dinas
Pertanian DKI Jakarta. Umumnya, produsen tanaman hias dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memasarkan produknya di Pasar Bunga Rawabelong.
Banyak konsumen tanaman hias yang datang dari berbagai daerah untuk membeli tanaman hias di Pasar Bunga Rawabelong. Dengan semakin berkembangnya
permintaan yang pesat, Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga Tanaman Hias berkembang menjadi pusat promosi dan pemasaran bunga potong terbesar di
Indonesia. Oleh karena itu, Pasar Bunga Rawabelong dapat dijadikan acuan dalam industri florikultur di Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah