Risiko Pertanian Kerangka Pemikiran Teoritis

17 dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat. Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori Robison dan Barry 1987, yaitu : 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko risk aversion. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko risk taker. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko risk neutral. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan

3.1.2. Risiko Pertanian

Risiko pertanian merupakan beragam risiko yang dihadapi dibidang pertanian yang muncul dari berbagai sumber-sumber penyebab munculnya risiko. Harwood 1986 menjelaskan bahwa terdapat lima sumber utama yang menyebabkan munculnya risiko pada pertanian, yaitu : 18 1. Risiko Produksi atau Hasil Panen Risiko produksi dapat terjadi karena disebabkan oleh kejadian-kejadian yang tidak terduga. Kejadian tersebut seperti cuaca yang sering berubah-ubah tidak menentu, suhu yang ekstrim, hama, dan penyakit. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan mempengaruhi masa panen dan dapat menyebabkan hasil produksi yang tidak menentu. Sehingga, hal tersebut secara langsung akan mempengaruhi pendapatan petani. 2. Risiko Harga atau Pasar Harga atau risiko pasar mencerminkan risiko yang terkait dengan perubahan dalam harga output atau input yang mungkin terjadi setelah komitmen untuk produksi telah dimulai. Risiko pasar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Kondisi permintaan atau penawaran yang tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh petani dan pedagang. Oleh karena itu, secara tidak langsung risiko pasar sangat mempengaruhi pendapatan yang akan diterima petani dan pedagang. 3. Risiko Kelembagaan Risiko karena kelembagaan terjadi karena adanya hasil dari perubahan dalam kebijakan dan peraturan, sehingga berpengaruh pada pertanian. Contohnya adalah perubahan peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida pada tanaman atau obat-obatan pada ternak. Dengan adanya kebijakan tersebut dapat mengubah biaya produksi seperti meningkatkan harga komoditas, sehingga membuat permintaan menurun dan pendapatan berkurag. Risiko akibat kelembagaan lainnya yang mungkin timbul dari adanya perubahan kebijakan adalah pembatasan dalam praktek konservasi atau penggunaan lahan, perubahan pajak penghasilan kebijakan, kebijakan kredit, dan lain-lain. 4. Risiko Personal Petani juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko atau dapat disebut juga risiko yang diakibatkan oleh manusia. Kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kematian, kecelakaan, kesehatan dapat mempengaruhi perusahaan. Kejadian tersebut dapat berpengaruh pada sistem kinerja pada perusahaan, seperti menurunnya produktivitas. Selain itu, adanya kelalaian manusia seperti 19 kebakaran, kehilangan atau kerusakan, pencurian juga merupakan penyebab risiko yang dapat merugikan perusahaan. 5. Risiko Finansial Risiko ini dapat terjadi karena adanya peminjaman yang dilakukan oleh petani. Adanya pinjaman tersebut, membuat petani harus menyisihkan pendapatannya untuk membayar hutang. Risiko ini terjadi ketika petani tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana perubahan suku bunga dimasa yang akan datang, atau ketidaktahuan tentang sistem peminjaman yang ditawarkan. Sehingga, dengan ketidaktahuan tersebut, petani tidak dapat melunasi hutang- hutangnya.

3.1.3. Konsep Permintaan dan Penawaran