9
Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas Cianjur.
b Krisan introduksi krisan modern atau krisan hibrida
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C.
i. Hybr. Indianapolis berbunga kuning Cossa, Clingo, Fleyer berbunga putih, Alexandra Van Zaal berbunga merah dan Pink Pingpong
berbunga pink. c
Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan
buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
Bunga krisan pada umumnya banyak dijumpai pada daerah yang mempunyai ketinggian 700
– 1.200 meter, suhu udara antara 18 C
– 22 C dengan
kondisi kelembapan udara tinggi. Selain dari itu untuk memperoleh bunga krisan yang berkualitas baik, bunga krisan membutuhkan cahaya yang lebih lama untuk
merangsang proses pembungaannya. Bunga krisan sangat populer dikalangan masyarakat karena banyaknya
jenis, bentuk, dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya, warna
merah, putih, dan kuning merupakan warna dasar krisan. Namun, terdapat berbagai macam warna yang merupakan hasil persilangan ketiga warna tersebut.
Bunga yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar
sehingga bunga menjadi awet dan tahan lama.
2.2. Penelitian Terdahulu
2.2.1. Penelitian Terdahulu Mengenai Risiko
Penelitian terdahulu mengenai risiko telah banyak dilakukan, seperti risiko produksi, risiko pernjualan, dan risiko harga. Penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian ini adalah penelitian tentang risiko harga. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.
10
Penelitian tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia, merupakan penelitian yang dilakukan oleh Amri 2011. Pada penelitian ini peneliti ingin
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga sayuran, dan menganalisis alternatif strategi yang diperlukan untuk mengurangi risiko harga
sayuran. Dalam melakukan penelitiannya, penulis menggunakan analisis kuantitatif model ARCH-GARCH dan Value at Risk VAR serta analisis
kualitatif deskriptif sebagai metode penelitian. Berdasarkan analisis tersebut, model yang diajukan adalah model GARCH 1,1 yang berarti bahwa pola
pergerakan harga komoditas dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis nilai VaR, menunjukkan bahwa
kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen.
Nilai VaR semakin tinggi seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Dan hasil analisis untuk strategi yang diperoleh adalah melakukan pola tanam yang sesuai,
melakukan hubungan kemitraan dengan perusahaan, mengolah produk untuk meningkatkan nilai tambah, dan pengaktifan koperasi.
Penelitian lain yang juga terkait dengan risiko harga adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari 2009 dengan judul penelitian Risiko Harga Cabai
Merah Keriting dan Cabai Merah Besar di Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis risiko harga cabai merah keriting dan
cabai merah besar di Indonesia, serta menganalisis strategi terkait dengan adanya risiko harga komoditi cabai merah keriting dan cabai merah besar di Indonesia.
Pada penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu Model ARCH-GARCH dan analisis VaR, serta analisis
kuantitatif dengan analisis deskriptif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut, maka diperoleh bahwa model terbaik untuk cabai merah keriting adalah
ARCH 1 GARCH 2, sedangkan pada cabai merah besar adalah ARCH 1 GARCH 1. Berdasarkan perhitungan VaR diperoleh bahwa tingkat risiko yang diperoleh
petani untuk komoditi cabai merah keriting adalah 14,68 persen, dan cabai merah besar adalah 4,85 persen. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif melalui analisis
deskriptif diperoleh bahwa strategi mengatasi risiko dari sisi petani dapat dilakukan dengan diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk
11
olahan cabai, dan sistem kontrak. Sedangkan strategi dari sisi pedagang untuk mengurangi risiko adalah penjualan cabai pada industri makanan dan pengeringan
cabai. Dan strategi pengurangan risiko harga oleh pemerintah dilakukan melalui pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola
produksi, serta penyuluhan yang intensif. Analisis Risiko Harga Day Old Chicken DOC Broiler dan Layer pada
PT. Sierad Produce Tbk Parung, Bogor juga merupakan penelitian tentang risiko harga yang dilakukan oleh Siregar 2009. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menganalisis risiko harga DOC pada PT. Sierad Produce Tbk, dan menganalisis alternatif strategi dalam mengatasi risiko harga DOC pada PT. Sierad Produce
Tbk. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian tersebut yaitu analisis kuantitatif dengan model ARCH-GARCH dan perhitungan VaR, dan analisis
kualitatif melalui analisis deskriptif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada penelitian tersebut, maka diperoleh bahwa model terbaik untuk DOC broiler
adalah GARCH 1,1 yang berarti bahwa risiko harga DOC broiler dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga DOC broiler periode sebelumnya. Sedangkan
pada DOC layer hanya terdapat pada ARCH 1 yang berarti bahwa risiko harga DOC layer hanya dipengaruhi oleh volatilitas harga DOC layer periode
sebelumnya. Pada analisis perhitungan VaR, diperoleh bahwa tingkat risiko yang diterima PT. Sierad Produce Tbk dari DOC broiler adalah sebesar Rp
1.585.111.113 dari total penerimaan selama tahun 2007 sampai 2008 yaitu sebesar Rp 10.911.997.611 dan risiko harga DOC layer sebesar Rp 163.583.535 dari total
penerimaan sebesar Rp 2.125.300.780. Dan berdasarkan hasil analisis kualitatif dengan analisis deskriptif diperoleh bahwa untuk meminimalkan risiko harga
yang dihadapi maka PT. Sierad Produce Tbk dapat melakukan pencatatan data DOC dari peternak, melihat atau mempelajari perilaku harga jual DOC periode
sebelumnya dan perubahan pergerakan data harga DOC sebelumnya dengan melakukan analisis harga secara rutin, serta meningkatkan kegiatan kemitraan
dengan peternak.
12
2.2.2. Studi Terdahulu Mengenai Krisan