18
Ada beberapa kritik yang ditujukan kepada pendekatan ini. Antara lain kritik yang  menyatakan  bahwa  pendekatan  ini  terlalu  memperhatikan  aspek  nonsastra.
Jika  hal  itu  terjadi,  penelitian  yang  menggunakan  pendekatan  ini  harus  bisa memadukan  analisisnya  yaitu  analisis  terhadap  sastra  dan  analisis  di  luar
sastra.
15
Dengan  begitu  pemahaman  terhadap  pemikiran  pengarang,  biografi  dan hal-hal  yang  menyangkut  di  luar  dari  karya  sastra  itu  sangat  diperlukan  guna
mendukung karya sastra tanpa menghilangkan esensi dari karya sastra tersebut.
D. Hakikat Novel
Prosa dalam bidang sastra sering dihubungkan dengan kata fiksi. Kita sering mendengar  kata  prosa  fiksi.  Kata  fiksi  berarti  khayalan  atau  tidak  berdasarkan
kenyataan.  Fiksi  adalah  istilah  umum  untuk  cerita  imajinatif,  yaitu  suatu  karya walaupun  dekat  hubungannya  dengan  kehidupan  orang  tertentu  atau  peristiwa
nyata,  namun  imajinasi  pengaranglah  yang  membentuknya.  Fiksi  dibedakan  dari fakta,  sesuatu  yang  bukan  nyata  tetapi  ciptaan,  membohongi,  menghibur,  atau
kesan terhadap realitas dengan maksud untuk mendidik. Realitanya  prosa  dalam  karya  sastra  diciptakan  dengan  bahan  gabungan
antara kenyataan dan khayalan. Banyak karya prosa yang justru idenya berangkat dari  kenyataan.  Oleh  karena  itu,  lebih  tepat  jika  digunakan  istilah  prosa  rekaan.
Prosa  yang  dibuat  tidak  hanya  berdasarkan  khayalan,  tetapi  juga  berdasarkan kenyataan.
16
Prosa  rekaan  bisa  dibedakan  atas  prosa  lama  dan  prosa  modern.  Prosa  lama sering berwujud cerita rakyat folktale. Cerita ini bersifat anonim, tidak diketahui
siapa  yang  mengarangnya  dan  beredar  secara  lisan  ditengah  masyarakat. Termasuk  prosa  lama  adalah  cerita  tentang  binatang,    dongeng,    legenda,  mitos
dan  sage.  Bentuk  prosa  rekaan  modern  bisa  dibedakan  atas  novel,  novellet  dan cerpen.
17
Sebutan novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Italia novella. Secara harfiah  novella    berarti  sebuah  barang  baru  yang  kecil  dan  kemudian  diartikan
15
Ibid.,h. 190.
16
Ibid.,h. 127.
17
Ibid.,h. 140.
19
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dewasa ini istilah novella mengandung pengertian  yang  sama  dengan  istilah  Indonesia  novellet  Inggris:novelette,  yang
berarti sebuah karya prosa fiksi  yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.
18
Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  novel  diartikan  sebagai  karangan prosa  yang  panjang,  mengandung  rangkaian  cerita  kehidupan  seseorang  dengan
orang-orang  disekelilingnya  dengan  menonjolkan  watak  dan  sifat  setiap  pelaku. Masalah  yang  dibahas  tidak  sekompleks  roman.
19
Biasanya  novel  menceritakan peristiwa  pada  masa  tertentu.  Bahasa  yang  digunakan  lebih  mirip  bahasa  sehari-
hari.  Meskipun  demikian,  penggarapan  unsur-unsur  instrinsiknya  masih  lengkap, seperti tema, plot, latar, gaya bahasa, tokoh dan penokohan.
Jadi  hakikat  novel  adalah  sebuah  karangan  prosa  fiksi  rekaan  yang  panjang dan  mengandung  rangkaian  cerita  kehidupan  seseorang  dengan  orang-orang
disekelilingnya  dengan  menonjolkan  watak  dan  sifat  setiap  pelaku  atau  lebih lazim  dikenal  dengan  unsur  instrinsik  yang  lengkap  mencakup    tema,  plot,  latar,
gaya bahasa, tokoh dan penokohan.
E. Unsur Instrinsik Novel
Berbicara mengenai anatomi fiksi berarti berbicara tentang struktur fiksi atau unsur-unsur yang membangun fiksi itu. Struktur fiksi itu secara garis besar dibagi
atas  dua  bagian,  yaitu:  1.  Struktur  luar  ekstrinsik,  dan  2.  Struktur  dalam Instrinsik.  Struktur  luar  ekstrinsik  adalah  segala  macam  unsur  yang  berada  di
luar  suatu  karya  sastra  yang  ikut  mempengaruhi  kehadiran  karya  sastra  tersebut, misalnya  faktor  sosial  ekonomi,  faktor  kebudayaan,  faktor  sosial  politik,
keagamaan,  dan  tata  nilai  yang  dianut  masyarakat.  Sedangkan  struktur  dalam instrinsik  adalah  unsur-unsur  yang  membentuk  karya  sastra  tersebut  seperti
penokohan  atau  perwatakan,  tema,  alur  plot,  pusat  pengisahan,  latar  dan  gaya bahasa.
20
18
Burhan Nugiyanto, Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007, hal. 9.
19
Siswanto,  op.cit., h.141.
20
Atar Semi. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988, h 35.
20
Struktur luar dan stuktur dalam ini merupakan unsur atau bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lainnya. Jika kedua unsur tersebut antara satu
sama  lain  tidak  berhubungan  maka  ia  tidak  dapat  dinamakan  struktur.  Dan  tentu saja  struktur  itu  sendiri  harus  dilihat  dari  satu  titik  pandangan  tertentu.  Struktur
luar  atau  ekstrinsik  dianggap  sebagai  bagian  dari  struktur  yang  membangun sebuah fiksi bila struktur tersebut kita anggap sebagai pemberi pengaruh terhadap
keseluruhan  struktur  fiksi  itu,  terutama  bila  fiksi  atau  karya  sastra  itu  dianggap sebagai mimesis atau pencerminan kehidupan atau interpretasi kehidupan.
21
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur  inilah  yang  menyebabkan  karya  sastra  hadir  sebagai  karya  sastra,
unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur instrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun
cerita.  Kepaduan  antar  berbagai  unsur  instrinsik  inilah  yang  membuat  sebuah novel  tersebut  terwujud.  Atau  sebaliknya  jika  dilihat  dari  sudut  pembaca,  unsur-
unsur cerita inilah yang akan  dijumpai jika kita membaca sebuah novel. cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa,
dan lain-lain.
22
1. Penokohan dan perwatakan
Tokoh  adalah  pelaku  yang  mengemban  peristiwa  dalam  cerita  rekaan sehingga  peristiwa  itu  menjalin  suatu  peristiwa,  sedangkan  cara  sastrawan
menampilkan  tokoh  disebut  penokohan.  Tokoh  dalam  karya  rekaan  mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh
suatu  karya  oleh  sastrawan  disebut  perwatakan.  Ditinjau  dari  peranan  dan keterlibatan dalam  cerita, tokoh  dapat  dibedakan  atas; a. Tokoh primer  utama,
b. Tokoh sekunder tokoh bawahan, c. Tokoh komplementer tambahan.
23
Dilihat  dari  perkembangan  kepribadian  tokoh,  tokoh  dapat  dibedakan  atas tokoh  dinamis  dan  tokoh  statis.  Bila  dilihat  dari  masalah  yang  dihadapi  tokoh,
dapat  dibedakan  atas  tokoh  yang  mempunyai  karakter  sederhana  dan  kompleks.
21
Ibid., h 35-36
22
Nugiyanto, op.cit., h. 23.
23
Siswanto, op.cit., h142-143
21
Tokoh  dinamis  adalah  tokoh  kepribadian  nya  selalu  berkembang.  Tokoh  statis adalah  tokoh  yang  mempunyai    kepribadian  tetap.  Tokoh  yang  mempunyai
karakter sederhana adalah tokoh yang mempunyai karakter atau tunggal.
24
Dilihat  dari  watak  yang  dimiliki  oleh  tokoh,  dapat  dibedakan  atas  tokoh protagonis  dan  tokoh  antagonis.
25
Ada  beberapa  cara  memahami  watak  tokoh. Cara itu adalah melalui;
a. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya
b. Gambaran  yang  diberikan  pengarang  lewat  gambaran  lingkungan
kehidupannya maupun cara berpakaiannya c.
Menunjukkan bagaimana perilakunya d.
Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri e.
Memahami bagaimana jalan pikirannya f.
Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya g.
Melihat tokoh lain berbincang dengannya h.
Melihat  bagaimana  tokoh-tokoh  yang  lain  itu  memberi  reaksi  terhadapnya, dan
i. Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.
26
Penokohan  dan  perwatakan  merupakan  salah  satu  hal  yang  kehadirannya dalam  sebuah  fiksi  amat  penting  dan  bahkan  menentukan  karena  tidak  akan
mungkin  ada  suatu  karya  fiksi  tanpa  adanya  tokoh  yang  bergerak  yang  akhirnya membentuk  alur  cerita.
27
Berdasarkan  Kamus  Istilah  Sastra,  tokoh  adalah  orang yang memainkan peran dalam karya sastra. Penokohan adalah proses penampilan
tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita.
28
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap  pertanyaan
:  “siapakah  tokoh  utama  novel  itu?”  atau  ada  berapa  orang jumlah  pelaku  novel  itu?’  dan  sebagainya.  Watak,  perwatakan,  dan  karakter,
24
Ibid.
25
Melani Budianta.,dkk,Membaca Sastra, Magelang: Indonesia Tera, 2006,cet.3,h.86.
26
Siswanto, op.cit., h.145.
27
Semi, op.cit., h 36.
28
Zaidan,  Abd,    Anita  K.  Rustapa  dan  Hani’ah.  Kamus  Istilah  Sastra.  Jakarta:  Balai Pustaka. 2007, h 206.