Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

30 prakteknya, pembelajaran sastra berupa pengembangan kemampuan menulis sastra, membaca sastra, menyimak sastra, dan berbicara sastra.

G. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni Penelitian berjudul “Representasi Sejarah Sosial Politik Indonesia dalam Novel-Novel Karya Ayu Utami ” yang ditulis oleh Wiyatmi, dari Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menginterpretasikan peristiwa sejarah sosial politik yang ditemukan dalam novel-novel karya Ayu Utami dan wujud representasi peristiwa sejarah sosial politik dalam novel-novel karya Ayu Utami. Metode yang digunakan adalah metode New Historicism. New Historicism pertama kali digunakan oleh Stephen Greenblatt tahun 1982 untuk menawarkan perspektif baru dalam kajian Renaissance, yakni dengan menekankan keterkaitan teks sastra dengan berbagai kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang melingkunginya. Karya sastra dalam perspektif New Historicism tidak dapat dilepaskan dari praksis-praksis sosial, ekonomi dan politik karena ikut mengambil bagian di dalamnya. Penelitian penulis berbeda dengan penelitian ini. Perbedaannya terletak dalam metode yang digunakan dalam menganalisis novel Saman. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan New Historism. New Historicism menawarkan pembaharuan dalam melihat hubungan sastra dengan sejarah. Sastra dalam hal ini tidak hanya dilihat sebagai cermin yang secara transparan dan pasif merefleksikan budaya masyarakatnya, tetapi sastra juga ikut membangun, mengartikulasikan dan mereproduksi konvensi, norma, dan nilai-nilai budaya melalui tindak verbal dan imajinasi kreatifnya. Penelitian penulis menggunakan pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik berasal dari bahasa Yunani mimesis yang berarti peniruan. Dalam sastra, pendekatan mimesis melihat karya sastra sebagai suatu peniruan, imitasi, refleksi, atau gambaran tentang alam dan kehidupan manusia. Pengarang harus menciptakan kembali pengalaman manusia dengan menggunakan kata-kata. Sastra dikaitkan dengan realita atau kenyataan, budaya, sosial, politik, bahkan 31 agama. Plato dan Aristoteles menggunakan istilah mimesis sebagai imitasi, representasi, peneladanan, peniruan, dan pembayangan. Penelitian selanjutnya yang relevan dengan skripsi ini adalah penelitian yang berjudul “Sastra dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Saman karya Ayu Utami” ditulis oleh Sugihastuti dalam jurnal Humaniora No.10 Januari - April 1999. Penelitian ini hanya terbatas pada rincian pengenalan Saman sebagai sastra dan Saman dalam komunikasi sastra. Soal “perubahan sosial” seperti tertera dalam judul tulisan adalah soal ideologi yang direproduksi pengarang. Penelitian ini menjabarkan tentang pengenalan Saman sebagai sastra. Pengertian sastra adalah yaitu karya yang bersifat imajinatif, yaitu artinya secara harfiah dapat dianggap benar. Hal ini menimbulkan perdebatan karena karya sastra ditulis tidak hanya berdasarkan fiksi dan imajinasi tetap berdasarkan kenyataan yang dikemas ke dalam novel yang merupakan karya fiksi. Sehingga dapat di simpulkan bahwa Saman adalah karya sastra. Selanjutnya penelitian ini berbicara mengenai Saman dalam model komunikasi sastra. Untuk memaknai Saman dalam kategori ideologi sosial, teori resepsi digunakan dengan megingat bahwa ada berbagai model alternatif dan perdebatan-perdebatan tentangnya. Saman adalah pola subjektivitas. Model subjektivitas tersebut telah didefinisikan kembali atau di evaluasi kembali olehnya ke dalam model kolektif. Terjadi “perubahan ideologi” sosial terutama seperti tercermin dari pola subjektivitas wanita dan laki-laki. Dari penjelasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis. Penelitian ini hanya membicarakan “perubahan ideologi” dalam subjektivitas komunikasi wanita dan laki-laki serta dasar pemikiran Ayu Utami dalam menulis novel Saman. Dalam penelitian penulis tidak hanya membahas pemikiran dan ideologi Ayu Utami tetapi juga menjabarkan fakta sejarah dalam novel Saman karya Ayu Utami. Penelitian-penelitian lain yang terkait dengan novel Saman yaitu skripsi yang berjudul “Perilaku Seksual dalam Novel Saman karya Ayu Utami :Tinjauan Psikologi Sastra” oleh Oktivita pada tahun 2009, penelitian yang berjudul “Sastra dari Perspektif Kajian Budaya : Analisis Novel Saman dan Larung oleh 32 Ikhwanuddin Nasution dan penelitian yang berjudul “Analisis Novel Saman karya Ayu Utami: Sebuah kajian Semiotika Roland Barthes oleh Nurul Nikmah. Jika melihat penelitian “Representasi Sejarah Sosial Politik Indonesia dalam Novel-Novel Karya Ayu Utami ” yang ditulis oleh Wiyatmi tentu sangat berbeda dengan penelitian penulis. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menginterpretasikan peristiwa sejarah sosial politik yang ditemukan dalam novel- novel karya Ayu Utami dan wujud representasi peristiwa sejarah sosial politik dalam novel-novel karya Ayu Utami. Ia meneliti dua novel yaitu Larung dan Saman menggunakan pendekatan New Historism. Berbeda dengan penelitian ini hanya meneliti novel Saman dengan pendekatan mimetik untuk mencari fakta di dalam novel tersebut. Penelitian yang relevan selanjutnya yaitu “Sastra dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Saman karya Ayu Utami” ditulis oleh Sugihastuti dalam jurnal Humaniora No.10 Januari - April 1999. Penelitian ini hanya terbatas pada rincian pengenalan Saman sebagai sastra dan Saman dalam komunikasi sastra. Penelitian ini membicarakan “perubahan ideologi” dalam subjektivitas komunikasi wanita dan laki-laki serta dasar pemikiran Ayu Utami dalam menulis novel Saman. Tentu berbeda sekali dengan penelitian penulis yang tidak hanya melihat Saman sebagai sastra, tetapi Saman sebagai catatan fakta sejarah pada masa Orde Baru. Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dari penelitian lainnya dan belum pernah ada yang menganalisis fakta sejarah dalam novel Saman. Penelitian ini menganalisis fakta sejarah dalam novel Saman karya Ayu Utami dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. 33

BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN

PENGARANG A. Biografi Ayu Utami Ayu Utami yang nama lengkapnya Justina Ayu Utami dikenal sebagai novelis pendobrak kemapanan, khususnya masalah seks dan agama. Ia dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968. Ayahnya bernama Johanes Hadi Sutaryo dan ibunya bernama Bernadeta Suhartina. Ia berasal dari keluarga Katolik. 1 Pendidikan terakhirnya adalah S-1 Sastra Rusia dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1994. Ia juga pernah sekolah Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK 1995 dan Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan 1999. Ayu menggemari cerita petualangan, seperti Lima Sekawan, Karl May, dan Tin Tin. Selain itu, ia menyukai musik tradisional dan musik klasik. Sewaktu mahasiswa, ia terpilih sebagai finalis gadis sampul majalah Femina, urutan kesepuluh. Namun, ia tidak menekuni dunia model. 2 Ayu pernah bekerja sebagai sekretaris di perusahaan pemasok senjata dan bekerja di Hotel Arya Duta sebagai guest public relation. Akhirnya, ia masuk dalam dunia jurnalistik dan bekerja sebagai wartawan Matra, Forum Keadilan, dan DR. Ketika menjadi wartawan, ia banyak mendapat kesempatan menulis. Selama 1991, ia aktif menulis kolom mingguan “Sketsa” di harian Berita Buana. Ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen AJI dan ikut membangun Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi, sebagai kurator. Ia anggota redaktur Jurnal Kalam dan peneliti di Institut Studi Arus Informasi. 3 Setelah tidak beraktivitas sebagai jurnalis, Ayu kemudian menulis novel. Novel pertama yang ditulisnya adalah Saman 1998. Dari karyanya itu, Ayu menjadi perhatian banyak pembaca dan kritikus sastra karena novelnya dianggap sebagai novel pembaru dalam dunia sastra Indonesia. Melalui novel itu pula, ia 1 Hendrawicaksono,”AyuUtami”2015,http:badanbahasa.kemendikbud.go.idlamanbahas anode73. 2 Ibid. 3 Ibid.