Pemikiran Ayu Utami BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN

37 laki-laki harus menghapuskan gender terutama status, peran, dan temperamen seksual sebagaimana hal itu dibangun dibawah patriarki. Saman merupakan salah satu novel pemikiran Ayu Utami yang berpaham feminisme radikal dan berhasil menyuarakan gabungan isu tentang operasi ideologis terhadap perempuan, tubuh, seksualitas, dalam dampak kolonialisme. Shakuntala merupakan sosok tempat isu itu dieksperimentasikan. Shakuntala adalah sosok yang merdeka yang membebaskan dirinya sesuka yang dia mau terutama dalam hubungannya dengan laki-laki. Dia tidak terikat oleh perjanjian yang mengikat dengan laki-laki. Kita bisa bisa melacak pilihan kebebasan itu di masa kecilnya. Perihal yang menonjol dalam novel Saman adalah kuatnya basis ideologi feminisme. Basis penolakan terhadap cara pandang patriarki terasa sangat menonjol dan mencapai tahapan pemikiran yang mendasar. Wacana yang ditawarkan bukan hanya menyangkut kesadaran eksistensial, lebih dari itu dapat dinyatakan berupa gugatan pemeranan tubuh perempuan dalam sistem sosial yang mempengaruhinya. Seperti yang dikatakan Ignas Kleden : Cara Ayu Utami menulis, kepaduan bahasa, konsep berpikir, berani merambah ke dunia seks merupakan suatu keberanian bagi seorang perempuan. Segi paling unggul dari Novel Ayu Utami dalam bahasa. Potensi bahasa Indonesia dikerahkan secara optimal, baik deskriptif maupun metaforis. Sugesti yang ditimbukannya adalah :kompetensi bahasa Indonesia rupanya segitu tinggi, tetapi tampilan pemakaiannya sering terlalu rendah. Novel Saman menyelamatkan dan membuktikan kompetensi tersebut. Pada beberapa tempat yang merupakan puncak pencapaiannnya, kata-kata bagaikan bercahaya seperti kristal. 11 Berdasarkan pemaparan di atas dapat kita simpulkan pemikiran Ayu Utami yang menganut feminisme radikal dan sangat bertentangan terhadap norma timur. Di dalam novel Saman banyak sekali terdapat hal-hal yang menentang budaya, agama dan adat khususnya di Indonesia. Sikap penulis terhadap pemikiran Ayu Utami sangat berseberangan dan tidak menyetujui hal ini. 11 “Saman”, Generasi Baru Sastra Indonesia, Harian Kompas, Jakarta, 5 April 1998, h. 99 38

C. Konteks Historis Novel Saman

Di dalam novel Saman merupakan penggambaran pandangan ideologi serta pemikiran dari pengarangnya yaitu Ayu Utami. Di bawah ini merupakan konteks historis yang terdapat dalam novel Saman. 1. Kebijakan Kapitalisme Ekonomi Orde Baru Kapitalisme adalah istilah yang dipakai untuk menamai sistem ekonomi yang mendominasi dunia barat sejak runtuhnya feodalisme. Sebagai dasar pada setiap sistem yang disebut “kapitalis” ialah hubungan-hubungan di antara para pemilik pribadi atas alat-alat produksi yang bersifat non-pribadi tanah, tambang, instalasi, industri dan sebagainya yang secara keseluruhan disebut modal atau kapital dengan para pekerja yang biarpun bebas namun tak punya modal, yang menjual jasa tenaga kerjanya kepada para majikan. 12 Ekonomi kapitalis didasarkan pada pencarian keuntungan sebesar-besarnya bagi kaum kapitalis untuk menunjung kehidupannya yang mewah dan ekspansi kapitalnya dengan ongkos sekecil mungkin, termasuk pemberian upah kepada kaum buruh. Kaum buruh yang dipandang sebagai alat produksi, berbeda dengan alat produksi yang lain modal berupa tanah, bangunan, mesin, uang, teknologi, informasi, sistem manajemen dan sebagainya. Mereka dapat mengorganisasi diri, menuntut upah lebih baik serta hak-hak lain bagi kehidupan diri dan keluarganya secara wajar. Upaya kaum buruh ini terkadang berupa perlawanan sengit terhadap kaum kapitalis pemillik perusahaan seperti pemogokan dan bentuk perlawanan lain. 13 Modal yang diakumulasi kaum kapitalis dari nilai lebih dalam analisis Karl Marx atau surplus ekonomi memperluas dan mengembangkan produksi barang- barang dalam persaingan kapitalis. Dalam situasi zaman Karl Marx dan Lenin maka ekspansi kolonialisme merupakan perpanjangan logis dari kapitalisme menjadi imperalisme dunia yang dewasa ini berbentuk neo-kolonialisme ataupun berjubah ekonomi liberal, ekonomi global, pasar bebas dan sebagainya. Seorang 12 M. Dawam Rahardjo, Kapitalisme Dulu dan Sekarang Jakarta : LP3ES, 1987, h.15 13 Harsutejo, Kamus Kejahatan Orba Jakarta : Komunitas Bambu, 2010, h. 147 39 senimann menyataka siapa mampu dan berani mencegah praktik buruk atau jahat kapitalisme? Dia menjawab : Tidak seorang pun. 14 Pada tahap tertentu, kekuatan daya tekan kaum buruh yang terorganisasi tak dapat di abaikan. Di pihak lain kaum kapitalis juga belajar dari perkembangan sejarah dan melakukan berbagai modifikasi akan sistem yang berlaku. Di banyak negeri kapitalis maju seperti Eropa Barat maka keseimbangan dicapai dengan dilaksanakannya sistem kesejahteraan sosial yang sedikit banyak dapat meredam gejolak kaum buruh, sementara di Eropa Utara dengan sistem jaringan koperasi. Sementara itu kaum buruh tidaklah berhenti dengan pemenuhan hak-hak politik serta hak-hak demokrasi yang lain. Partai-partai sosialis, sosialis demokrat dan komunis di Eropa Barat mengklaim diri sebagai mewakili kaum buruh. 15 Propaganda dan promosi kaum kapitalis juga dilakukan dengan halus melalui sistem pendidikan, pertunjukan seni, pemilihan jenis berita dan gambar untuk media massa cetak dan elektronik yang dapat mempengaruhi selera, pandangan, kehendak orang banyak, utamanya orang muda. Barang-barang yang secara objektif tidak dibutuhkan menjadi dicari-cari dan dibeli, makanan instan yang kurang sehat lebih disukai sementara kebutuhan pokok yang sehat terabaikan. Rokok dikonotasikan dengan modern dan macho padahal rokok dapat membuat laki-laki impoten, disamping kanker paru-paru dan penyakit lainnya. 16 Di negeri Indonesia sementara orang dengan penuh semangat kadang mengobarkan retorika tinggi anti kapitalisme tanpa tahu apa yang dimaksud dengan kapitalisme. Bagaimanapun orang gembar-gembor tentang ekonomi Pancasila, ekonomi kerakyatan dan yang lain maka sistem ekonomi negeri ini ialah sistem kapitalis yang sudah berlaku lebih dari satu abad. Terkadang orang menyebutnya sebagai ekonomi pasar, meski ada benarnya tetapi tidaklah persis demikian. Ekonomi kapitalis di samping didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan pasar, dia ditopang oleh kepemilikan alat-alat produksi kaum kapitalis. Pasar di samping terbentuk secara wajar karena bertemunya kepentingan orang banyak terhadap permintaan barang dengan pasokan dan penawaran barang dan 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid. 40 jasa, juga bisa diciptakan dan direkayasa oleh sistem kapitalis. Kebutuhan manusia pun kemudian direkayasa dan dimanipulasi oleh sistem ini dengan berbagai macam cara iklan dan promosi yang terkadang menyesatkan dan menipu seperti kulit putih atau sosok langsing hampir kering itu indah bahkan ditopang ilmu pengetahuan yang tinggi serta riset. 17 Kaum kapitalis negeri ini pun berkehendak mencari keuntungan sebesar- besarnya dengan ongkos sekecil-kecilnya. Seperti halnya dalam sejarah kapitalisme dimanapun bila perlu merusak lingkungan alam, bahkan tanpa sungkan melanggar hukum dengan menyogok dan memanipulasi. Sementara selapisan kapitalis beserta pejabat yang dirangkulnya hidup mewah. Hal ini berlangsung ditengah sebagian rakyat yang kelaparan, kurang gizi, rakyat miskin mati antre BLT Bantuan Langsung Tunai. Jika mereka ini berkolusi dengan kaum berkuasa sipil dan militer, maka negeri bisa dibuatnya bangkrut. 18 M Fadjroel Rachman menamai kapitalisme Indonesia ini sebagai kapitalisme pinggiran yang berpihak pada kaum bangsawan dan semi-kolonial dengan kaum kapitalis birokrat dan militer sebagai kelas penggeraknya. Jelas praktik kapitalisme di Indonesia selama beberapa dekade ini tak luput dari komplotan kapitalis multinasional dan nasional dengan kekuasaan yang berlumur korupsi dan penjarahan, pendeknya kapitalisme brutal. Dalam kapitalisme brutal ini maka industri keuangan, industri kimia dan farmasi, industri otomotif, industri rokok, industri energi dan industri besar lain mengendalikan politik pemerintah dalam bidang-bidang bersangkutan. 19 Kaum buruh yang terorganisasi dengan baik, peraturan-peraturan yang mendukung serta berbagai institusi penegakan hukum termasuk institusi politik yang bersih dan adanya partai politik pro rakyat setidaknya akan dapat menjadi alat penyeimbang. Jika tidak maka akan menjadi alat legitimasi kaum pemodal nasional maupun multinasional yang berkomplot dengan penguasa. Pada perkembangannya kaum kapitalis menjadi pengendali ekonomi, kaum kapitalis 17 Ibid.,h. 147 18 Ibid.,h.148 19 Ibid. 41 berbaju politisi mengendalikan pemerintahan dengan label demokrasi yang diatur sesuai dengan arus modal, demikian halnya dengan banyak bidang lainnya. 20 Kapitalisme baru berumur dua ratus tahun lebih, perdebatan tentang kesahihan dan kehandalan sistem ini terus terjadi sejak sebelum Karl Marx. Dalam analisis marxis. Kapitalisme merupakan perkembangan wajar dari sistem feodalisme, selanjutnya akan menuju sosialisme karena krisis dalam sistem ini sesuatu yang terelakkan. Ketika sistem sosialisme yang menjadi label negera- negera Eropa Timur bangkrut, maka kesahihannya dipertanyakan oleh penganutnya sendiri. Benarkah sistem yang bangkrut itu sosialisme, apa bukan kapitalisme negara, demikian salah satu pendapat. Salah satu gambaran kapitalisme primitif dan liberal terekam dalam salah satu karya Charles Dickens, sastrawan Inggris 1812-1870 dalam buku David Copperfield, juga dalam Ibunda karya sastrawan Rusia Maxim Gorky 1868-1936. Dalam kapitalisme neo-liberal merujuk pada pandangan bahwa ekonomi harus dipercayakan pada mekanisme pasar bebas tanpa ada campur tangan pemerintah apapun. 21 Sebagaimana ditulis Budiman Sujatmiko, sosialis demokratis Indonesia mendambakan negara kesejahteraan yang menghargai kepemilikan pribadi dan bisnis swasta, tetapi tetap hendak memastikan menghilangkan kesenjangan dan kemiskinan dengan menerapkan pajak progresif serta jaminan sosial bagi masyarakat bawah. Sistem ini menerima globalisasi tetapi tetap mengawasi arus investasi, perdagangan dan keuangan serta mengendalikannya. Model kesejahteraan negara ini telah diterapkan oleh sejumlah kekuasaan di Eropa Barat dan Utara yang diusung oleh parta-partai sosialis demokrat. Dalam kenyataannya rakyat negara-negara ini memang lebih sejahtera, tetapi mereka tetap memiliki sejumlah masalah mendasar seperti kesenjangan, diskriminasi, dan egoisme sosial. Jika kita melihat sejarah, maka serentetan dinasti Mesir kuno terentang panjang selama ribuan tahun sebelum Masehi dengan menerapkan sistem perbudakan. Seberapa panjang pakar dapat memperhitungkan sistem masyarakat ke depan. Kapitalisme sistem yang telah diterapkan selama beberapa ratus tahun 20 Ibid. 21 Ibid., h.149