95
dalam negeri naik hingga mencapai hampir 50 persen dari total investasi di sektor industri yang cepat tumbuh Tetapi pertumbuhan ini berkait erat dengan
lonjakannya harga minyak dan arus pendapatan dari minyak yang dinikmati Indonesia pada tahun 1970-an, berupa penerimaan devisa dan pajak atas
perusahaan minyak. Kelompok-kelompok perusahaan baru itu juga sangat bergantung pada kebijaksanaan proteksi dan subsidi Negara, dan pada
perlindungan oleh pusat kekuasaan birokrasi-politik. Akhirnya, kapitalis dalam negeri sangat mengandalkan peranan Negara untuk mendukung mereka dalam
menghadapi modal asing. Ada alasan kuat untuk mengatakan bahwa kaum borjuis industri Indonesia tidak mungkin dapat diharapkan akan memainkan peran
penting dalam perubahan politik dan ekonomi. Intervensi swasta dalam kebijakan kapital telah memainkan peran cukup penting dalam pemerintahan Soeharto.
Seperti kutipan dibawah ini : L
alu mereka berbicara singkat saja. “kami menjalankan tugas dari Bapak Gubernur.” Salah satunya mengacungkan selembar kertas berkop
pemda, tapi tidak menyerahkan kepada Anson. “Menurut SK beliau tahun 1989, lokasi transmigrasi Sei Kumbang ini harus dijadikan perkebunan sawit.
Perusahaan intinya sudah ditunjuk, yaitu PT Anugrah Lahan Makmur”. Ia berhenti sebentar, memandang rumah pengolahan itu, melongok keluar dari
jendela, dan menoleh lagi pada Anson.”Kami melihat bahwa dusun ini saja yang belum patuh untuk menandatangani kesepakatan dengan perusahaan.
81
Kutipan di atas adalah percakapan antara Anson dan pihak PT ALM ketika sebagian warga memilih untuk bertahan. Mereka mendatangi desa Sei Kumbang
karena dianggap sebagai pembangkang dan tidak menuruti kecurangan yang dilakukan oleh utusan PT ALM. Terlihat bagaimana intervensi swasta dalam
pengambil-alihan lahan dari pemerintah. Kapitalisme Orde Baru semakin menimbulkan kesenjangan dalam dunia ekonomi. Sementara orang-orang yang
tidak memiliki modal tertindas oleh kebijakan-kebijakan tersebut. Dalam proses ini tampak bahwa kapital maupun Negara bukanlah entitas monolitik. Kapital
terdiri atas berbagai macam elemen yaitu Internasional dan domestik, skala besar dan kecil, golongan cina dan pribumi. Sementara itu Negara terbagi dalam
berbagai kelompok politik yang saling bersaing. Di samping itu juga faksi-faksi
81
Ibid., h. 92
96
politik yang saling bersaing, masing-masing punya hubungan tertentu dengan berbagai elemen kapital dan jaringan strategi ekonomi. Ada banyak tangan-tangan
rakus baik dari pihak pemerintah maupun asing atau pemilik modal yang ingin mengeruk kekayaan sumber daya alam Indonesia dengan menggunakan cara-cara
yang tidak lazim. Kutipan di bawah ini menjabarkan tindakan kekerasan yang digunakan pihak perusahaan untuk mengambil alih lahan karet yang digantikan
dengan sawit. Ia memberitahu bahwa perusahaan memang menipu orang-orang,
karena isi kesepakatan itu adalah penyerahan lahan kepada Anugrah Lahan Makmur dengan uang pengganti. Memang persoalannya tidak sesederhana
pertarungan antara dua kelas, perusahaan versus petani. Di masing-masing kelompok ada orang-orang rakus yang mengeruk keuntungan sebanyak-
banyaknya. Saya kira, perusahaan memang ingin memiliki sendiri perkebunan itu agar efisien dan mudah dikontrol.
82
Kutipan di atas adalah perkataan Saman kepada warga Sei Kumbang yang ditipu oleh PT ALM. Dalam kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana PT ALM
menipu dengan semena-mena kepada warga Sei Kumbang. Saman juga mengatakan bahwa permasalahannya tidak sesederhana itu tapi selalu ada pihak
lain yang ingin mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari permasalahan ini.
Sistem kapitalis berubah sejak adanya krisis minyak pada 1980. Hal ini memaksa pemerintah menetapkan berbagai kebijakan ekonomi yang bertolak
belakang dalam proteksi industri domestik. Dengan meningkatnya ketergantungan pemerintah pada hutang dan bantuan asing mendorong pemerintah memberikan
perhatian lebih banyak pada kepentingan IMF, Bank Dunia dan perusahaan swasta dan Internasional. Selain itu dengan adanya restrukturasi pasar modal yang
memungkinkan modal asing untuk menanam kapitalnya di sektor perbankan maupun pasar modal. Peran Negara tergradasi oleh peran swasta dalam
menjalankan dan menguasai pasar. Sehingga dalam hal ini, hanya pihak pemilik modal besar yang menguasai jalannya roda perekonomian Negara.
82
Ibid.,h. 63
97
Pasar bebas ideologi pintu terbuka mampu memberikan hasil baik pada Orde Baru. Indonesia mempunyai pilihan politik terbuka terhadap rezim kontra-
revolusi, menghadapi ekonomi yang dijauhi pengutang di Negara dalam keadaan kacau dan bangkrut serta berusaha melakukan renegosiasi utang-utangnya dan
menarik investasi asing. Hanya ada sedikit pilihan tetapi harus menerima kebijakan berdasarkan resep IMFIGGI. Sebelum IGGI dan IMF bersedia
melakukan renegosiasi pinjaman dan modal asing bersedia masuk kembali ke Indonesia, para pembuat kebijakan harus membujuk kreditor dan investor
potensial asing bahwa mereka memberikan prioritas tinggi terhadap penjadwalan kembali utang-utang. Demikian halnya dengan rehabilitasi infrastruktur dan
stabilisasi swasta, membatasi kegiatan BUMN serta badan-badan yang membuat aturan mereka sendiri seperti OPS dan GPS serta memberikan jaminan kepada
investor asing. Pada 1966, sejumlah pernyataan resmi dikeluarkan yang menandakan penerimaan prioritas tersebut.
Pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto yang mulai memegang kekuasaan pemerintahan pada bulan maret 1966 memberikan prioritas utama bagi
pemulihan roda perekonomian. Sejumlah ahli ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di tarik sebagai penasehat ekonomi pemerintah, dan
beberapa di antaranya kemudian menduduki jabatan penting dalam kabinet. Menjelang tahun 1969 stabilitas moneter sudah tercapai dengan cukup baik, dan
pada bulan april tahun itu Repelita I dimulai. Dasawarsa setelah itu penuh dengan peistiwa-peristiwa penting bagi perkembangan ekonomi di Indonesia.
Perekonomian tumbuh lebih cepat dan lebih mantap dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya; pergeseran-pergeseran telah terjadi dalam struktur
perekonomian dan komposisi output nasional. Kalau kita menengok ke belakang ketahun 60-an. Nampak jelas bahwa telah terjadi perubahan-perubahan besar di
berbagai sektor perekonomian, selanjutnya perubahan-perubahan tersebut telah menimbulkan pula akibat-akibat luas bagi pola kemasyarakatan pada umumnya.
Pendukung strategi pembangunan ekonomi pemerintah mengatakan bahwa dalam sejarah Republik Indonesia baru sekarang ini suatu tindakan menyeluruh
dan terpadu betul-betul dilaksanakan untuk mengatasi masalah kemiskinan.
98
Sebaliknya para kritikus mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi hanya memberikan manfaat kepada segolongan kecil masyarakat yang
memiliki kekuasaan politik dan ekonomi, sedangkan sebagian besar masyarakat lainnya masih belum memperoleh manfaatnya dan bahkan mungkin dirugikan.
83
2. Pers Pemerintahan Orde Baru
Sejarah pers Indonesia diwarnai oleh sekian banyak peristiwa-peristiwa penting bahkan tragis dari tiap fase perkembangan bangsa ini. Serentetan kejadian
pembredelan pers, tidak hanya mewarnai pasca kemerdekaan Indonesia. Namun jauh sebelumnya di masa kolonialisme berlangsung, pers telah menuai sederet
kasus pembredelan dan larangan terbit. Tidak heran saat kemerdekaan dikumandangkan, pers Indonesia masih
merangkak sedemikian rupa agar tetap dapat bersuara, meski dengan amat lirih. Seperti ditegaskan oleh Siebert Peterson, dan Scahramm, bahwa pers memiliki
kemampuan bergerak cepat dan efisien terhadap struktur sosial-politik dimana ia beroperasi. Bagi insan pers di Indonesia, kecuali dimasa singkat di tahun 1950-an
ketika pers Indonesia berada pada kerangka kerja yang disebut Sistem Pers Otoriter, kemampuan bergerak cepat dan efisien pers masih dapat dirasakan
terjadi. Pada awal waktu sistem politik Ode Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, misalnya, tampak sekali peranan Soeharto dengan partai tunggal
Golongan Karya Golkar dan militer menjadi pilar utama kekuasaan pada waktu itu. Hubungan antara militer, Golkar, Pers dan mahasiswa yang menjadi pilar
demokrasi di awal orde baru terlihat sangat harmonis. Keadaan segera berubah secara drastis dalam masa bulan madu pers dan
pemerintah yang sangat singkat. Alhasil yang tampak pada setiap masa hanya tindakan pembredelan pers dan kemelut yang berkepanjangan antara nominasi
Negara atas insan pers di Indonesia. Yazuo Hanazaki menyatakan bahwa perkembangan hubungan antara pers dan pemerintah Orde Baru dapat di bagi
dalam dua periode. Pertama semakin bebasnya pers dari kontrol Negara hingga
83
Anne Booth dan Peter McCawley, Ekonomi Orde Baru Malaysia : LP3ES, 1982, h. 1
99
tahun 1957. Kedua semakin luasnya kontrol Negara terhadap pers yang membuat pers menciut nyalinya.
84
Pilar pemerintah pada masa orde baru seperti yang telah disebutkan di atas yaitu, pers, mahasiswa dan pemerintah pada awalnya bersinergi dengan baik,
saling mendukung dan harmonis. Di dalam novel Saman, terlihat harmonisasi itu tercipta. Di mana peranan pers tidak hanya menyampaikan tetapi saling
mengawasi terhadap kinerja pemerintah. Seperti pada kutipan di bawah ini. Ia mengunjungi kantor-kantor surat kabar dan LSM. Pada setiap orang
yang menerimanya, ia bercerita panjang lebar dengan bersemangat dan menyerahkan materi berita. Ia membujuk : kalau bisa, datanglah sendiri dan
lihatlah desa kami. Setelah Koran-koran mulai menulis serta mengirim wartawannya ke lahan terpencil itu, empat lelaki itu tidak lagi bolak-balik
dengan lembaran blanko kosong. Usaha menggusur dusun memang jadi tertunda, berbulan-bulan, bahkan hampir setahun.
85
Pada kutipan di atas peristiwa ketika Saman mencoba membuka fakta desa Sei Kumbang yang begitu tertinggal dan sebagai desa yang miskin. Saman mencoba
mengajak pers dan LSM agar desa tersebut diberi pertolongan oleh pemerintah. Konteks teks di atas Ayu mencoba menggambarkan keharmonisan antara pers dan
pemerintah dalam masa tahap awal pemerintahan. Setelah lama bergulir, pemerintah menganggap bahwa pers pengganggu stabilisasi pemerintahan
Soeharto. Pers begitu punya peran terhadap berbagai kebijakan yang diputuskan oleh
pemerintah. Sebelum Soeharto melakukan konsolidasi kekuasaannya, Pers mendapat ruang yang cukup bebas. Pada penjelasan di atas, ini menggambarkan
bahwa memang pers mendapat tempat sesuai dengan fungsinya. Tokoh Saman yang pada saat itu membantu para petani yang tertindas oleh kebijakan pemerintah
daerah setempat. Salah satu cara agar aspirasi masyarakat Sei Kumbang Perabumulih didengar dan dilihat oleh orang banyak salah satunya adalah melalui
media massa.
84
Mansyur Semma, Negara dan Korupsi : Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara, Manusia Indonesia, dan Perilaku politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, h.113.
85
Utami,op.cit., h. 95.
100
Tidak hanya sampai disitu Ayu m enceritakan “kemesraan” antara pers dan
pemerintah. Lagi-lagi pada cerita lainnya yaitu tentang Laila yang merepresentasikan kebebasan pers ditahun 1993-an. Terlihat pada kutipan
dibawah ini. Laila seperti tertular kekhawatirannya, menengok sekeliling, melihat
orang-orang yang terkantuk oleh panas, sebelum melanjutkan. Disamping menggugat texcoil, kasus ini harus dibuka dan dikampanyekan di media massa.
Harus ada orang-orang yang mau mendukung keluarga korban jika terjadi tekanan-tekanan. Harus ada LSM-LSM yang memprotes dan mengusiknya
terus. Dan saya punya teman yang bisa mengerjakan itu.
86
Kutipan di atas adalah percakapan orang ketiga serba tahu yang mengungkapkan perasaan Laila ketika berbicara dengan Sihar dalam kasus
texcoil. Sebuah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat pengeboran minyak, Laut Cina Selatan yang telah menewaskan Hasyim dan dua orang lainnya. Laila
mengatakan “Disamping menggugat texcoil, kasus ini harus dibuka dan dikampanyekan di media massa
”. Betapa peranan media massa atau pers begitu penting. Kasus-kasus yang ditutupi memang terkadang kurang ditanggapi oleh
pemerintah terkecuali apabila sudah terkuak luas maka akan banyak masyarakat yang tau dan semakin banyak desakan untuk menyelidiki kasus tersebut.
Kalau kita menoleh kembali sejarah tentang pers sebelum bulan madunya dengan pemerintah kita akan melihat memang terkadang terjadi kekangan
terhadap pers di Indonesia. Pers pada periode awal Orde Baru, 1966-1974 dapat digambarkan secara kuantitatif dari hasil penelitian Judith B.Agassi 1969
sebagai berikut : pada tahun 1966 terdapat 132 harian di Indonesia dengan total tiras 2 juta eksemplar dan mingguan sebanyak 114 buah dengan total tiras
1.542.200 eksemplar. Angka ini menunjukkan kuantitas pers mengalami kenaikan dibandingkan dengan masa demokrasi Terpimpin. Pada tahun 1965 terdapat 111
harian dengan total tiras 1.432.850 eksemplar dan mingguan 84 buah dengan total tiras 1.153.800 eksemplar.
Tahun 1965 adalah kala terburuk di sepanjang sejarah Pers sepanjang Indonesia merdeka. Pada bulan februari dan maret tahun itu Koran dilarang terbit
86
Ibid.,h.23
101
karena mendukung kubu anti komunis bernama Badan Pendukung Soekarno BPS. Sementara itu 46 dari 163 surat kabar ditutup tanpa alasan jelas dalam
serangan balasan pasca kekacauan politik tanggal 1 Oktober 1965. Penutupan itu dilakukan lantaran karena sederetan surat kabar tersebut diduga simpatisan PKI.
Para pendukung “kiri” ditendang dari Persatuan Wartawan Indonesia dan kantor berita Antara. Setelah peristiwa 1 oktober 1965, Antara limbung berat
kantor berita ini ditempatkan dibawah komando daerah militer. Tiga puluh persen staf redaksinya masuk penjara. Sederatan peristiwa penangkapan dan pembunuhan
sejumlah jurnalis, baik yang komunis sejati maupun sekadar simpatisan, menjadi kepingan-kepingan rangkaian teka-teki seputar pembataian massal yang terjadi
diberbagai wilayah pada tahun 1965-1966 sampai puluhan tahun kemudian , pembantaian massal ini tetap menghantui pers Indonesia.
Karena merasa persoalan tak akan segera selesai, Wis pergi ke Palembang, Lampung, dan Jakarta, setelah memotret desa dan mengumpulkan data-data
tentang dusun mereka yang tengah maju. Ia mengunjungi kantor-kantor surat kabar dan LSM. Pada setiap orang yang menerimanya, ia bercerita panjang
lebar dengan bersemangat dan menyerahkan materi berita. Ia membujuk: kalau bisa, datanglah sendiri dan tengok desa kami. Setelah Koran-koran mulai
menulis serta mengirim wartawannya ke lahan terpencil itu, empat lelaki itu tidak lagi bolak-balik dengan lembaran blanko kosong. Usaha menggusur
dusun memang jadi tertunda, berbulan-bulan bahkan hampir setahun.
87
Kutipan di atas dapat kita pahami bagaimana peran pers atau media massa punya posisi yang sangat penting terhadap isu-isu yang mungkin tidak terlihat
atau tidak diketahui oleh masyarakat luas. Disisi lain, tentu hal ini dapat mengganggu kekuasaan rezim Soeharto dalam berbagai kebijakan yang telah
dilakukan pemerintahan. Pers dianggap dapat menggangu stabilitas Negara Republik Indonesia. Pers dan Pemerintah mempunyai masa-masa kelam dan
masa-masa indah dan bulan madu antara keduanya. Undang-undang No.11 tahun 1966 tentang Prinsip-Prinsip Dasar Pers
menyatakan bahwa “Pers Nasional tidak dapat disensor atau dikendalikan” bab 2, pasal 4 dan kebebasan pers dijamin sebagai bagian dari hak-hak dasar warga
Negara pasal 5.10 serta penerbitan tidak dapat memerlukan surat izin apapun
87
Ibid.,h. 95