Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

119 sekian banyak peristiwa-peristiwa penting bahkan tragis dari tiap fase perkembangan bangsa ini. Serentetan kejadian pembredelan pers, tidak hanya mewarnai dasawarsa pasca kemerdekaan Indonesia. Namun jauh sebelumnya di masa kolonialisme berlangsung, pers telah menuai sederet kasus pembredelan dan larangan terbit. Fakta sejarah yang ketiga yaitu kolusi, dan nepotisme zaman Orde Baru. Dalam pengajaran dikelas dapat melihat kembali misalnya praktik kolusi dan nepotisme berkembang biak semenjak masa pemerintahan Orde Baru. Kejahatan suap-meyuap banyak terjadi pada Orde baru yang di lakukan oleh para pejabat- pejabat pemerintahan Fakta sejarah yang keempat yaitu pemogokan buruh di Medan. PengajarGuru dapat mengrepresentasikan bahwa peristiwa Demonstrasi pemogokan buruh yang terjadi di Medan dari tanggal 1 Maret sampai 16 April 1994 digambarkan dalam novel Saman, terutama dalam hubungannya dengan tokoh Wisangeni Saman. Dalam novel tersebut Saman dituduh terlibat sebagai aktor intelektual demontrasi buruh besar-besaran di Medan pada bulan April 1994. Dia menjadi salah seorang yang masuk dalam daftar orang yang paling banyak dicari oleh aparat pemerintah. Fakta sejarah yang kelima adalah penangkapan aktifis. Pengajar Guru dapat menjelaskan bahwa zaman Orde Baru banyak terdapat Kasus penculikan dan penghilangan orang secara paksa, menimpa para aktivis, pemuda dan mahasiswa yang ingin menegakkan keadilan dan demokrasi dimasa pemerintahan Orde Baru. Mereka yang kritis dalam menyikapi kebijakan pemerintah dianggap sebagai kelompok yang membahayakan dan merongrong kewibawaan Negara. Gagasan- gagasan dan pemikiran mereka dipandang sebagai ancaman yang dapat menghambat jalannya roda pemerintahan. Fakta sejarah yang terakhir adalah kebebasan pendapat LSM terhadap kebijakan Orde Baru. Pengajarguru dapat menjelaskan bahwa LSM zaman Orde Baru bergulirnya era reformasi menggantikan era orde baru dikuti pula dengan peningkatan jumlah LSM. Jika pada tahun 1997 ditaksir ada sekitar 4000-7000 LSM, maka pada tahun 2002 jumlah LSM menurut Departemen Dalam Negeri 120 menjadi sekitar 13.500 LSM. Didalam novel Saman Ayu banyak sekali menyinggung tentang LSM menggunakan tokoh Saman yang merupakan seorang aktivis dalam memperjuangkan hak petani karet di Sei Kumbang. Pengajaran fakta sejarah dalam novel Saman sama halnya dengan mengajarkan karya sastra serta sejarah. Tidak sekedar sejarah tapi ada fakta didalamnya, ada estetika, ada kelembutan sastra, kehalusan kata serta kenikmatan sebuah karya sastra. Sejarah tidak hanya dapat dipelajari dalam buku-buku baku sejarah, tetapi dalam novel pun kita dapat mencari fakta sejarah didalamnya. 121

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap novel Saman karya Ayu Utami, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Fakta sejarah dalam novel Saman dideskripsikan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan cara memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk menyajikan penafsiran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Hasil Penelitian dapat dideskripsikan yang hasilnya yaitu terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya penceritan. Fakta sejarah dalam novel Saman karya Ayu Utami ini terdiri dari kebijakan kapitalisme ekonomi Orde Baru yang mana pemerintah memainkan peran sangat penting dalam pembentukan dan perkembangan kapitalisme Indonesia. Pers Pemerintahan Orde Baru di mana keberadaan pers di Indonesia mengalami pasang surut dan pers sempat mengalami pengekangan-pengakangan, hingga kemudian mendapatkan kebebasannya. Kolusi dan nepotisme rezim soeharto yaitu korupsi tidak sekadar penyalahgunaan jabatan dengan melawan hukum dengan kerugian Negara, korupsi meliputi juga suap, perbuatan curang, pemerasan, penggelapan dalam jabatan, gratifikasi hadiah, Pemogokan Buruh di Medan Penangkapan Aktifis zaman orde baru dan kebebasan pendapat LSM terhadap kebijakan-kebijakan Orde Baru. 2. Penelitian mengenai fakta sejarah dalam novel Saman ini dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP di SMA kelas XI semester 2. Standar kompetensi yang sesuai yakni aspek mendengarkan dengan memahami pembacaan novel. Kompetensi Dasar yang sesuai yakni menemukan fakta sejarah dalam novel yang dibacakan. Kegiatan 122 menganalisis fakta sejarah ini di samping menambah pengetahuan terhadap pengkajian novel, juga menambah pengetahuan siswa terhadap sejarah bangsa Indonesia yang pernah terjadi. Adapun indikatornya yaitu menemukan fakta sejarah dalam novel Saman Karya Ayu Utami dan mendiskusikan fakta sejarah dalam novel Saman Karya Ayu Utami. Pembacaan novel Saman ini terhadap siswa sangat diperlukan pendampingan oleh guru karena novel Saman banyak mengandung unsur-unsur bahasa seksualitas dan bahasa yang masih tabu terhadap siswa. Pendampingan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan pembelajaran pembacaan terhadap novel Saman.

B. Saran

Pada bagian akhir penelitian ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini tidak hanya dapat digunakan dalam pembelajaran sastra, tetapi juga dapat digunakan dalam pembelajaran menulis novel dari kondisi di sekitar siswa. Dikatakan demikian, karena ternyata pengalaman-pengalaman yang terdapat dalam novel Saman Karya Ayu Utami mengandung banyak sejarah yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut dapat dijadikan alasan untuk memasukan unsur-unsur pengalaman sebagai bahan pembelajaran menulis novel. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide, gagasan dan pengalamannya dalam bentuk bahasa tulis. 2. Peneliti menyarankan agar para peneliti-peneliti yang lain dapat mengungkapkan berbagai sejarah Indonesia melalui novel-novel yang berkembang seiring dengan perkembangan sejarah itu sendiri. 3. Guru hendaknya mengkaji pengalaman-pengalaman yang terdapat dalam karya sastra sebagai acuan ketika akan menentukan bahan pembelajaran apresiasi sastra. Sebagian besar pengkajian hanya dilakukan pada struktur dan 123 gaya bahasa suatu karya sastra, tidak mencakup pengalaman-pengalaman yang terdapat dalam karya sastra. 4. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia semakin diminati oleh siswa karena memiliki banyak manfaat untuk menambah wawasan sosial, budaya, dan sejarah bangsa Indonesia. 124 DAFTAR PUSTAKA Adam, Warman Asvi. Membongkar Manipulasi Sejarah Kontroversi Pelaku dan Peristiwa. Jakarta: Kompas, 2009. Aminuddin ed. Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Bidang bahasa dan Sastra. Malang: YA 3 Malang, Cet.1, 1990. Bertened. Etika, Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama. 2011 Booth, Anne dan Peter McCawley, Ekonomi Orde Baru, Malaysia: LP3ES, 1982 Budianta, Melani.,dkk, Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi, Magelang: IndonesiaTera, 2006. Dede Marlia, “Ayu Utami: Saya Tidak akan Menikah”, ME, Jakarta: Agustus 2004. Dharmawan, Bagus ed, Warisan Daripada Soeharto, Jakarta: Kompas Media Nusantara. 2008 HCB Dharmawan dan Al Soni BL de ed. Surga Para Koruptor. Jakarta: Kompas,Cet.1, 2004 Hamzah, Andi. Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. Jakarta: PT Gramedia,1984. Harsutejo, Kamus Kejahatan Orba, Jakarta : Komunitas Bambu, 2010 Hendrawicaksono,”AyuUtami”,http:badanbahasa.kemendikbud.go.idlamanbaha sanode73, 1 November 2015 John MacDouga ll ―Pengurus SBSI Medan di Periksa‖ , Suara Pembaruan, Senin 2 Mei 1994 Judiantoro dan Hartono Widodo. Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan. Jakarta: Rajawali Pers, Cet.1, 1989. Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana, 2011. K.S.,Yudiono. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: PT Grasindo, 2007. McVey, Ruth ed. Kaum Kapitalis Asia Tenggara: Patronase Negara dan Rapuhnya Struktur Perusahaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995. Mohammad, Goenawan. Seks, Sastra, Kita. Jakarta: Sinar Harapan, Cet. 2, 1981.