50
menyatakan  sebagian  besar  kaum  buruh  merupakan  kelompok  masyarakat tertindas,  diperlakukan  tidak  adil,  didominasi,  terpinggirkan,  dicurigai,  diperas
tenaganya  sedang  pemerintah  berpihak  kepada  pengusaha.  Ini  memang  sesuai dengan  kenyataan  dan  masih  berlaku  sampai  saat  ini.  Dikatakan  bahwa  untuk
mengurangi aksi-aksi kaum buruh di masa mendatang maka kenyataan negatif itu perlu  diubah  dengan  cara  memberikan  informasi  lengkap  dan  terbuka  tentang
kinerja  perusahaan  secara  periodik  serta  memberikan  target  dengan  insentif pembagian keuntungan dalam bentuk pembagian saham.
39
Seorang  wartawan  menulis  hal  itu  sebagai  cermin  retak  kebebasan  kaum buruh  dan  demokrasi.  Menurut  Teten  Masduki  2009,  di  masa  kejayaan  Orba,
ongkos buruh hanya 4 dari seluruh ongkos produksi, sedangkan ongkos pungli mencapai  30.  Angka  luar  biasa,  tidak  berbeda  jauh  dari  hasil  penelitian  para
ilmuwan dan mahasiswa Gama, ongkos pungli 10 kali lipat ongkos buruh.
40
5. Penangkapan Aktivis
Setidaknya  ada  13  orang  aktivis  yang  diculik  dan  telah  dihilangkan  oleh rezim militer Orba pada 1997-1998. Sementara 9 aktivis lainnya yang diculik dan
dibebaskan  oleh  Instansi  militer  penculiknya,  dilakukan  oleh  Tim  Mawar Kopassus  dengan  operasi  Intelijen  Sandi  Yudha.  Menurut  penelitian  Komnas
HAM,  dua  kelompok  itu  diculik  oleh  instansi  yang  sama.  Mungkin  kurang koordinasi atau ada pertentangan internal di kalangan instansi penculik, sehingga
tidak  terjadi  penyeragaman  untuk  melenyapkan  seluruh  korban,  yang  akan menghilangkan  seluruh  jejak.  Dengan  adanya  terculik  yang  dibebaskan  maka
jejak keterlibatan instansi militer itu tidak mungkin lagi dihapus.
41
Menurut  Tim  Mawar  Kopassus  dalam  pengadilan  militer,  mereka  hanya mengakui  penculikan  9  orang  yang  kemudian  dibebaskan  itu.  Penculikan  terjadi
dalam kepemimpinan Jenderal TNI Faisal Tanjung sebagai panglima ABRI yang pada  Februari  1998  digantikan  oleh  Jenderal  TNI  Wiranto.  Dalam  hubungan
penculikan  9  aktivis  tersebut  telah  dibentuk  Dewan  Kehormatan  Perwira  DKP yang  telah  memberhentikan  Letjen  TNI  Prabowo  Subianto  dan  Komandan
39
Harsutejo, op. cit., h.52
40
Ibid., h.52
41
Ibid., h.11
51
Jenderal  Kopassus  Mayjen  Muchdi  PR.  Hal  itu  tidak  diikuti  oleh  pengadilan pidana terhadap keduanya. Pertanyaan Usman Hamid dan kita semua apakah hal
itu  menghindari  tanggung  jawab  atas  mereka  yakni  Panglima  ABRI.  Menurut kesimpulan  Komnas  HAM  penculikan  itu  dalam  rangka  upaya  rezim  militer
mempertahankan kekuasaannya.
42
Walaupun  Soeharto  sudah  tak  berkuasa,  para  keluarga  korban  penculikan masih menuntut pengadilan terhadap penguasa Orde Baru itu. Para orang tua dan
keluarga  korban  penculikan  yang  tak  pernah  kembali  dan  tak  ketahuan  di  mana kuburnya. Menurut Ketua Ikohi Mugiyanto, mereka yakin Soeharto terlibat dalam
kasus  penghilangan  paksa  para  aktivis  itu.  Dalam  sebuah  wawancara  di  majalah Panjimas, bekas Pangkostrad Prabowo Subianto mengaku diberi 28 nama aktivis
yang  harus  diawasi.  Daftar  nama  itu  juga  diberikan  Soeharto  kepada  perwira militer lainnya, dan mereka itu yang termasuk hilang sampai kini.
6. Kebebasan Pendapat LSM Terhadap Kebijakan Orde Baru
Pemerintah  Indonesia  yang  dipimpin  oleh  presiden  Soeharto  yang  sudah berjalan semenjak 1968, dibangun atas dasar mekanisme carrot and stick sehingga
dengan demikian tercipta stabilitas politik yang baik. Negara Indonesia yang baru sejak  awal  berkeyakinan  bahwa  pembangunan  ekonomi  prioritas  utama  dalam
kehidupan  Nasional,  maka  rakyat  Indonesia  akan  dijauhkan  dari  kemiskinan  dan keterbelakangan  sehingga  aman  dari  bahaya  komunisme.  Pemerintah  Orde  Baru
memberikan  imbalan  yang  sebaik-baiknya  kepada  lembaga,  kelompok,  dan individu yang secara jelas memperlihatkan sikap yang akomodatif.
Lembaga  Swadaya  Masyarakat  LSM  memainkan  peranan  mengisi  ruang publik  dalam  masyarakat  madani  di  Indonesia.  Organisasi  politik  lain  seperti
partai  politik  dan  kelompok  kepentingan  yang  berdasarkan  profesi  masih  sangat terbatas  peranannya.  Peranan  LSM  berkaitan  dengan  bentuk  hubungannnya
dengan  pemerintah  Orde  Baru,  jumlahnya  juga  sangat  bervariasi  karena  konteks kehidupan masyarakat yang juga luas dan komplek.
LSM  atau  dikenal  dengan  organisasi  non  pemerintah  merupakan  organisasi yang  dibentuk  oleh  kalangan  yang  bersifat  mandiri.  Organisasi  seperti  ini  tidak
42
Ibid., h.11-12
52
menggantungkan  diri  dengan  pemerintah.  Organisasi  LSM  lahir  dan  tumbuh dalam masyarakat.
LSM  memainkan  peranannya  dalam  pemerintahan  Orde  Baru  diantaranya yaitu;  LSM  mendukung  dan  memberdayakan  masyarakat  pada  tingkat  yang
sanagat  esensial  dalam  rangka  menciptakan  pembangunan  yang  berkelanjutan, meningkatkan  pengaruh  politik  secara  luas  melalui  jaringan  kerja  sama  dan  ikut
mengambil bagian dalam menentukan arah dan pembangunan Negara. Di  zaman  Orde  Baru  kebijaksanaan  publik  terutama  dalam  proses
pembentukan  agenda  dan  formulasi  kebijaksanaan  merupakan  domain  dari sejumlah  lembaga  pemerintahan  dan  berkolaborasi  dengan  LSM.  Sehingga
kebijaksanaa  yang  diambil  tidak  mengalami  ketimpangan  dan  mengikutsertakan masyarakat.
LSM  memiliki  karakteristik  yang  bercirikan:  nonpartisan,  tidak  mencari keuntungan ekonomi, bersifat sukarela, dan bersendi pada gerakan moral. Ciri-ciri
ini menjadikan LSM dapat bergerak secara luwes tanpa dibatasi oleh ikatan-ikatan motif  politik  dan  ekonomi.  Ciri-ciri  LSM  tersebut  juga  membuat  LSM  dapat
menyuarakan  aspirasi  dan  melayani  kepentingan  masyarakat  yang  tidak  begitu diperhatikan oleh sektor politik dan swasta.
Kemunculan  LSM  merupakan  reaksi  atas  melemahnya  peran  kontrol lembaga-lembaga  Negara,  termasuk  partai  politik,  dalam  menjalankan  fungsi
pengawasan  ditengah  dominasi  pemerintah  terhadap  masyarakat.  Sehingga  pada awal  sejarah  perkembangan  lahirnya  LSM,  terutama  yang  bergerak  dibidang
sosial  politik,  tujuan  utama  pembentukan  LSM  adalah  bagaimana  mengontrol kekuasaan  Negara,  tuntutan  pers  yang  bebas,  tuntutan  kebebasan  berorganisasi,
advokasi  terhadap  kekerasan  Negara  dan  kebijakan-kebijakan  yang  merugikan rakyat.
Pada masa orde baru LSM menjadi sebuah kelompok kritis yang memberikan tekanan pada pemerintah. Meuthia Ganie-rochman menyebut pola hubungan LSM
pada  masa  ini  sebagai  pola  hubungan  yang  konfliktual,  dimana  dari  sisi