Kepadatan Tulang Karakteristik Responden

65

BAB VI PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang karakteristik responden, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari penelitian ini.

A. Karakteristik Responden

1. Kepadatan Tulang

Densitas Mineral Tulang DMT merupakan cara pengukuran kalsium pada suatu area atau volume tulang. cara ini dilakukan untuk mengetahui seberapa kuatlemahnya kepadatan tulang seseorang. Jadi, dapat diketahui apakah seorang terkena osteopenia, osteoporosis, atau risiko fraktur Hindu, 2003. Berdasarkan hasil analisis univariat yang diperoleh dari 110 responden didapatkan sebagian besar responden dikategorikan memiliki kepadatan tulang tidak normal yaitu sebanyak 101 responden 91.8 dan kondisi tersebut didominasi oleh responden yang menderita osteopenia 51.8, dibandingkan dengan yang mengalami osteoporosis 40, sedangkan 9 responden 8.2 dikategorikan memiliki kepadatan tulang normal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustin 2009, menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kepadatan tulang tidak normal yaitu sebesar 67.8, responden yang mengalami osteopenia 54.8, dan responden yang mengalami osteoporosis sebesar 13. Dalam kondisi osteopenia, mulai terjadi penurunan DMT dan terjadi pengeroposan kerapuhan tulang. Tingginya prevalensi ini sejalan dengan tingginya prevalensi osteopenia di Indonesia yang mencapai 41,7 Tsania dalam Trihapsari, 2009. Prevalensi osteopenia yang tinggi dalam penelitian ini dapat menjadi sebuah prediksi meningkatnya prevalensi osteoporosis di area penelitian pada waktu yang akan datang. Menurut Wijayakusumah 2007 Kehilangan massa tulang berhubungan langsung dengan peningkatan usia baik pada pria maupun wanita. Penurunan massa tulang dimulai pada usia 40 tahun dan terus berlangsung hingga akhir masa kehidupan. Penelitian ini dilakukan pada responden lansia awal yaitu usia antara 45-55 tahun. Rentang tersebut merupakan zona resiko terjadinya pengeroposan tulang perlahan dan pengeroposan tulang cepat. Oleh sebab itu, pada usia tersebut terjadi penurunan kepadatan tulang yang ditandai dengan pengeroposan tulang. Prevalensi kepadatan tulang tidak normal dalam penelitian ini cukup tinggi. Sehingga ini menjadi masalah yang cukup serius. Pengukuran kepadatan tulang menggunakan alat quantitative ultrasound. Teknologi Quantitative ultrasound muncul sebagai alat skrining yang nyaman dan efektif untuk digunakan dalam deteksi dini osteoporosis. Deteksi dini akan memungkinkan langkah-langkah pencegahan yang harus diambil untuk menghambat perkembangan osteoporosis selanjutnya Chin, 2013.

2. Jenis Kelamin