Puncak massa tulang Peak Bone Mass

C. Kepadatan tulang

Kepadatan tulang adalah parameter yang harus diukur untuk mendiagnosis gangguan kepadatan tulang osteoporosis. Perlu dicatat bahwa pemeriksaan kepadatan tulang untuk tujuan diagnosis sebagian besar didasarkan karena satu- satunya parameter yang dapat diukur secara akurat di vivo. Kepadatan tulang adalah massa tulang per volume tulang kg.m -1 Mow Huiskes, 2005. Densitas Mineral Tulang DMT merupakan cara pengukuran kalsium mineral tulang pada suatu area atau volume tulang. Cara ini dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat atau lemahnya tulang seseorang kepadatan tulang, sehingga dapat diketahui apakah seorang terkena osteoporosis atau osteopenia, dan risiko terkena fraktur patah tulang Trihapsari, 2009.

1. Puncak massa tulang Peak Bone Mass

Tulang tidak hanya mengalami pertumbuhan tetapi juga bertambah menjadi lebih padat pada masa anak-anak dan remaja Wirakusumah, 2007. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat, yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-40 tahun Tandra, 2009. Pada umur 25 tahun, pertumbuhan dan perkembangan tulang telah mencapai batas maksimum puncak massa tulang Wirakusumah, 2007. Puncak massa tulang bervariasi pada setiap orang dan umumnya lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Umumnya puncak massa tulang lebih tinggi pada orang yang mempunyai rangka tubuh lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki rangka tubuh lebih kecil. Apabila nilai massa tulang rendah maka kehilangan massa tulang yang diikuti dengan kerapuhan tulang sangat mungkin terjadi. Jika nilai puncak massa tulang tinggi maka seseorang relative lebih kecil risikonya terkena osteoporosis. Faktor yang mempengaruhih puncak massa tulang belum diketahui secara pasti, tetapi dipercaya sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, konsumsi kalsium, olahraga teratur serta menghindari konsumsi alkohol, kafein, soft drink, dan rokok Wijayakusumah, 2007. Kurang lebih 50-80 persen puncak massa tulang ini dipengaruhi oleh faktor genetik, sehingga si anak muda akan menjadi lebih tinggi dan lebih besar, jika berasal dari keturunan atau orangtua yang memiliki postur tinggi dan besar. Masih ada faktor-faktor lain yang ikut memegang peran penting, antara lain kalsium, vitamin D, aktivitias fisik atau olahraga, berat badan, penyakit yang sedang diderita, atau keadaan pubertas yang datang terlambat Tandra, 2009. Beberapa faktor lain akan memengaruhi puncak massa tulang seseorang, seperti diet, olahraga, merokok, dan minum alkohol. Begitu pula, hormon seks, amenore, atau tidak datang haid yang disebabkan oleh anoreksia nervosa atau penyakit lain juga akan menurunkan puncak massa tulang. Penggunaan pil KB atau kontrasepsi oral dengan hormon terbukti bisa meningkatkan puncak massa tulang. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah di atas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Sekitar 35 persen tulang padat dan 50 persen tulang berongga pada wanita akan hilang, sedangkan pada pria akan berkurang sekitar dua per tiga dari jumlah tadi Tandra, 2009. Pembagian kelompok umur oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 menyatakan bahwa kelompok lansia awal yaitu usia antara 46 sampai 55 tahun Riauwi, 2014. Kehilangan massa tulang berhubungan langsung dengan peningkatan usia baik pada pria maupun wanita. Penurunan massa tulang dimulai pada usia 40 tahun dan terus berlangsung hingga akhir masa kehidupan Wijayakusumah, 2007. Wanita akan kehilangan tulang lebih banyak daripada pria, karena laju penghancuran tulang meningkat akibat menopause. Pada usia 80 tahun hampir semua wanita mempunyai massa tulang yang sangat sedikit, sehingga sangat mudah mengalami patah tulang. Massa tulang akan berkurang setelah berusia sekitar 40 tahun. Wanita mengalami penurunan massa tulang setiap tahun sebanyak 1-5 persen, sedangkan untuk pria kurang dari 1 persen. Memang, bagi wanita, penurunan massa tulang lebih cepat dan lebih banyak. Ini disebabkan oleh estrogen dalam tubuh wanita yang makin berkurang Tandra, 2009. Perubahan massa tulang sepanjang kehidupan Gambar 2.1 Wijayakusumah, 2007

D. Faktor yang mempengaruhi puncak massa tulang