risiko indepeden untuk penyakit kronis dan secara keselurahan diperkirakan menyebabkan kematian secara global WHO, 2013 dalam Paramitha, 2014.
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang mengeluarkan energy Widiantini, 2014.
6. Perilaku Merokok
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 100
responden 90.9, dan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 10 orang 9.1. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Juniati 2012 yang menunjukkan bahwa 13 dari 16 responden tidak memiliki kebiasaan merokok 81.2, dan 3 responden memiliki kebiasaan merokok
18.8. Menurut Compston 2002, wanita perokok beresiko lebih tinggi
mengalami kepadatan tulang tidak normal dibandingkan yang tidak merokok karena wanita perokok mengalami menopause lebih awal dan mempunyai
kadar estrogen lebih rendah daripada bukan perokok. Lane 2003 memaparkan bahwa merokok dapat meracuni tulang dan juga menurunkan
kadar estrogen. Rendahnya kadar estrogen ini memiliki pengaruh terhadap kurangnya aktivitas osteoblast dalam formasi tulang, sehingga dapat
menyebabkan rendahnya kepadatan tulang.
Perokok mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih besar dibandingkan bukan perokok. Pada wanita perokok ada kecendererungan
kadar estrogen dalam tubuhnya lebih rendah dan kemungkinan memasuki masa menopause lima tahun lebih awal dibandingkan dengan bukan perokok.
Kecepatan kehilangan massa tulang juga terjadi lebih cepat pada wanita perokok. Nikotin juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap dan
menggunakan kalsium Supari, 2008. Rendahnya nilai perilaku merokok pada penelitian ini kemungkinan
disebabkan karena kesadaran akan bahaya merokok pada responden cukup tinggi. Persepsi responden yang menganggap bahwa merokok pada wanita
merupakan suatu kebiasaan yang buruk.
7. Konsumsi Alkohol
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang ada dalam penelitian ini tidak ada yang memiliki kebiasaan minum alkohol yaitu
sebanyak 110 responden 100. Jadi untuk variabel konsumsi alkohol respondennya sudah homogen. Oleh karena itu data tidak dapat dilakukan uji
statistik untuk melihat apakah ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol dengan kepadatan tulang.
Bila jumlah konsumsi alkohol terlalu banyak lebih dari 2 gelas sehari dapat merugikan kesehatan karena akan mengganggu proses metabolisme
kalsium dalam tubuh. Alkohol dapat menyebabkan luka-luka kecil pada
dinding lambung yang terjadi beberapa saat setalah minum-minuman beralkohol. Banyaknya luka kecil akibat minum-minuman beralkohol akan
menyebabkan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah Wirakusumah, 2009.
Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, akan meningkatkan terjadinya resiko patah tulang. Hal ini disebabkan alkohol dapat mengurangi
massa tulang, mengganggu metabolisme vitamin D dan menghambat penyerapan kalsium. Sehingga terjadinya osteoporosis pun lebih besar pada
orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol Agustin, 2009.
B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Tulang