menopause, sehingga terjadi penurunan hormon estrogen yang menyebabkan aktivitas sel osteoblast menurun sedangkan osteoklas meningkat Purwoastuti,
2008. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Agustin 2009 yaitu sama-
sama jumlah responden perempuan memiliki proporsi yang jauh berbeda dibandingkan dengan responden laki-laki. Perbedaanya dengan penelitian
Permatasari 2011 jumlah responden perempuan dan laki-laki proporsinya hampir sama yaitu 91 dan 79. Jumlah responden perempuan dan laki-laki
yang tidak proporsional ini sehingga dapat mempengaruhi pengolahan uji statistiknya.
2. Status Menopause
Hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-square diperoleh nilai p=0,032. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
status menopause dengan kepadatan tulang. Dalam penelitian ini responden yang sudah mengalami menopause mengalami kepadatan tulang tidak normal
sebesar 59,6 sedangkan perempuan yang belum menopause mengalami kepadatan tulang tidak normal sebesar 40,4. Hal ini sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa saat menopause terjadi penurunan estrogen yang akan menyebabkan hormone parathyroid PTH dan penyerapan vitamin D
berkurang sehingga pembentukan tulang osteoblast pun akan terhambat dan kadar mineral akan berkurang. Jika kadar mineral tulang terus menerus
berkurang, maka akan terjadilah osteoporosis Purwoastuti, 2008 dalam Juniati, 2012.
Hormon estrogen menghasilkan hormon kalsitonin yang berfungsi untuk melindungi tulang dari pengeroposan. Jumlah hormon estrogen akan menurun
ketika seorang wanita memasuki masa menopause. Bagaimanapun, wanita kehilangan masa aktif lebih cepat daripada pria dengan hormon testosteronnya
Tjahjadi, 2009. Vitamin D memegang peranan penting dalam penyerapan kalsium.
Vitamin ini bekerjasama dengan hormon paratiroid untuk membantu penyerapan kalsium di dalam darah dan ginjal. Hormon paratiroid PTH
termasuk salah satu hormon yang sering digunakan sebagai bentuk terapi dalam osteoporosis. Fungsi hormon ini adalah untuk menjaga kadar kalsium
dengan meningkatkan kadarnya di dalam darah. Hormon ini mengambil kalsium dari tulang untuk memberikannya pada darah. Dalam usus melalui
ginjal, hormon ini meningkatkan aktivitas vitamin D sehingga usus mampu menyerap kalsium. PTH adalah salah satu hormon yang mengatur kalsium di
dalam tubuh. Sehingga, ketika hormon ini terus menurun maka akan menyebabkan terjadinya osteoporosis Tjahjadi, 2009.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penenlitian Juniati 2012 yang memperoleh nilai uji statistic dengan uji chi-square dengan nilai p=0.018
p0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara status menopause dengan kepadatan tulang. Penelitian Trihapsari 2009 juga
menunjukkan adanya perbedaan proporsi kepadatan tulang yang tidak normal antara responden yang sudah menopause dengan responden yang belum
menopause atau terdapat hubungan yang bermakna antara status menopause dengan kepadatan tulang nilai p=0.012.
Perempuan yang sudah menopause mempunyai risiko osteoporosis sebesar 5,6 kali dibandingkan dengan yang belum menopause. Tulang akan
menyusut terutama pada saat menopause akibat produksi hormon estrogen menurun drastis. Pada wanita, selama 5-8 tahun pertama pasca menopause,
kepadatan tulang akan berkurang 40-50 dari massa tulangnya. Sementara pada laki-laki setelah usia 50 tahun, hanya berkurang 1 per tahun Prihatini,
2010.
3. Asupan Kalsium