Faktor yang mempengaruhi puncak massa tulang

Perubahan massa tulang sepanjang kehidupan Gambar 2.1 Wijayakusumah, 2007

D. Faktor yang mempengaruhi puncak massa tulang

Sebuah variasi genetik dan faktor lingkungan mepengaruhi puncak massa tulang. faktor genetik bisa memberikan didapatkan ketika lahir dan tidak berubah, seperti jenis kelamin dan ras bisa mencapai 75 persen dari massa tulang, dan faktor lingkungan seperti diet dan kebiasaan latihan sisanya, yaitu sebesar 25 persen NIH, 2015. 1. Jenis Kelamin Puncak massa tulang cenderung lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Sebelum pubertas, laki-laki dan perempuan mendapatkan massa tulang pada nilai yang hampir sama. Setelah pubertas, laki-laki cenderung mendapatkan massa tulang yang lebih besar dari pada perempuan NIH, 2015. Massa tulang wanita lebih kecil dibandingkan dengan pria. Nilai massa tulang wanita umumnya hanya sekitar 800 gram lebih kecil dibandingkan dengan pria yaitu sekitar 1.200 gram. Karena nilai massa tulang yang rendah itulah maka kehilangan massa tulang yang diikuti dengan kerapuhan tulang sangat mungkin terjadi Wirakusumah, 2007. 2. Ras Alasannya masih belum jelas, wanita Afrika Amerika cenderung memiliki puncak massa tulang lebih besar dari pada wanita Caucasian. Perbedaan pada densitas tulang ini terlihat selama masa kanak-kanak dan masa remaja NIH, 2015. Ras campuran Afrika-Amerika memiliki massa tulang tertinggi, sedangkan ras kulit putih dari Eropa memiliki masa tulang terendah. Ras campuran Asia-Amerika berada di antara keduanya. Wanita Afrika-Amerika memiliki massa tulang yang lebih padat, rangka tulang dan massa otot yang lebih besar. Antara massa tulang dan massa otot terdapat kaitan yang erat. Semakin besar otot, tekanan pada tulang semakin tinggi dan tulang semakin besar. Ditambah lagi kadar hormon estrogen ras Afrika- Amerika lebih tinggi dari ras yang lain sehingga wanita Afrika-Amerika cenderung lebih lambat menua daripada wanita kulit putih Wirakusumah, 2007. 3. Status Menopause Fase menopause disebut pula sebagai periode klimakterium climacter = tahun perubahanpergantian tahun yang berbahaya. Menopause merupakan peristiwa fisiologis alamiah. Terjadi setelah berhentinya menstruasi selama 1 tahun. Biasanya, menstruasi mulai berkurang selama 2-5 tahun, paling sering antara umur 48-55 tahun, rata-rata pada umur 51,4 tahun Wicaksana, 2009. Kehilangan kalsium dari jaringan tulang terjadi pada masa menopause. Osteoporosis pada menopause terjadi akibat jumlah estrogen dan progesteron menurun. Hormon estrogen diproduksi wanita dari masa kanak- kanak sampai dewasa. Hormon tersebut diperlukan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Rendahnya hormon estrogen dalam tubuh akan membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah Wijayakusumah, 2009. Ketika tingkat estrogen menurun, siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang akan dimulai. Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal. Tingkat resorpsi tulang akan menjadi lebih tinggi daripada formasi tulang, yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang Wardhana, 2012. Hormon estrogen memiliki efek pada puncak massa tulang. Sebagai contoh, wanita yang menstruasi pertamanya di usia yang muda dan menggunakan kontrasepsi oral, yang mana berisi estrogen, sering kali memiliki densitas mineral tulang yang tinggi. Sebaliknya, wanita muda yang periode menstruasinya berhenti karena berat badan rendah yang ekstrim atau latihan yang berlebihan, sebagai contoh, mungkin kehilangan yang signifikan jumlah dari densitas tulang, yang mana mungkin tidak bisa menyembuhkan walaupun setelah periode menstruasi kembali lagi NIH, 2015. 4. Asupan Nutrisi Kalsium Kalsium Ca adalah elemen yang paling besar jumlahnya di dalam tubuh. Kalsium merupakan konsistuen penting skeleton dan gigi yang berjumlah kira-kira 99 dari total kalsium tubuh. Di samping itu, kalsium adalah konsistuen esensial pada sel-sel hidup dan cairan jaringan. Secara kuantitatif, partisipasi kalsium dalam pembentukan tulang adalah fungsi kalsium yang paling penting. Kalsium berinteraksi dengan fosfat membentuk kalsium fosfat. Kalsium fosfat adalah material keras dan padat yang membentuk tulang dan gigi. Tulang diketahui tidak hanya sebagai pendukung atau komponen struktural tubuh, tetapi juga sebagai jaringan yang secara fisiologis menjadi sumber kalsium untuk pemeliharaan kondisi homeostasis Soeparno, 2011. Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Walaupun pada bayi, kalsium hanya sedikit, yaitu 25-30 g. Namun, setelah usia 20 tahun, secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1.200 g kalsium dalam tubuh. Jumlah ini, terdiri dari 99 kalsium yang berada di dalam jaringan keras yaitu pada tulang dan gigi Wirakusumah, 2007. Kebutuhan kalsium harus dipenuhi dari asupan makanan karena kalsium pada makanan diserap pada usus halus dengan proses transport aktif Martin, 1985 dalam Kosnayani, 2007. Kurang lebih terdapat 1 kg kalsium dalam tulang orang dewasa. Variasi kebutuhan tubuh akan kalsium lebih bergantung pada laju perkembangan tulang ketimbang kebutuhan metabolik. Kebutuhan maksimal terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat pada remaja, yang mencapai 1200 mghari, maka asupan kalsium sangat vital pada saat itu, untuk menjamin mineralisasi tulang yang adekuat Barasi, 2007. Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Kalsium di Indonesia perorang perhari Umur tahun Laki-laki mg Perempuan mg 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 65-80 tahun 1200 1100 1000 1000 1000 1200 1100 1000 1000 1000 Sumber : Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013 Kalsium adalah nutrisi esensial untuk kesehatan tulang. Defisiensi kalsium pada orang muda tercatat memiliki perbedaan yang signifikan di puncak massa tulang dan bisa meningkatkan resiko fraktur hip di kehidupan selanjutnya. Survei mengindikasikan bahwa wanita belasan tahun di United States memiliki lebih sedikit dari pada laki-laki belasan tahun untuk mendapatkan kecukupan kalsium NIH, 2015. Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan densitas tulang. Cadangan kalsium tubuh terdapat dalam tulang. Jika kekurangan kalsium tubuh akan mengambil cadangan kalsium di bank tulang. Semakin lama semakin banyak kalsium yang diambil, tulang semakin tipis, dan kemudian keropos. Asupan kalsium pada usia lanjut umumnya menurun karena kurangnya konsumsi makanan sumber kalsium. Disamping itu, bertambahnya usia dapat menurunkan daya serap terhadap kalsium Wirakusumah, 2007. Bullamore JR et al meneliti pengaruh usia pada penyerapan kalsium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyerapan kalsium menurun setelah usia 60 tahun dan setelah usia 80 tahun terjadi malabsorpsi yang signifikan Limawan, 2015. Densitas tulang berbeda-beda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Proses densitas tulang hanya berlangsung hingga seseorang berusia 30 tahun. Wirakusumah, 2007. Bila makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu memperkuat massa tulang, mencegah pengaruh negative dari berkurangnya keseimbangan kalsium dan mengurangi tingkat kehilangan massa kalsium pada tahun-tahun selanjutnya Wirakusumah, 2007. Tabel 2.2 Nilai kalsium berbagai jenis pangan mg100g Jenis Pangan Mg Jenis Pangan Mg Ikan bandeng presto 1422 Oncom 96 Susu skim 123 Udang kering 1209 Ikan rebon segar 31 Udang segar 136 Keju 777 Toge 29 Daging ayam 13 Bayam 267 Daging sapi 3 Kacang ijo 125 Susu kental manis 300 Kacang panjang 163 Yogurt 120 Mujair goreng 346 Es krim 123 Telur ayam 54 Mentega 15 Telur asin 120 Susu kedelai 50 Sawi 220 Jeruk 33 Daun singkong 165 Sarden kaleng 354 Kangkung 73 Tempe kedelai 129 Kacang merah 84 Tahu 124 Kacang tanah 58 Sumber : Atmarita, 2005. 5. Aktivitas fisik Aktivitas fisik didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh responden sehari-hari yang meliputi olahraga, kegiatan diwaktu bekerja, serta kegiatan di waktu luang Baecke, 1982. Wanita dan laki-laki dan dewasa muda yang latihan secara teratur mencapai lebih besar puncak massa tulang dibandingkan yang tidak melakukan latihan. Perempuan dan pria berumur 30 tahun dan lebih bisa membantu mencegah kehilangan tulang dengan latihan teratur. Aktivitas yang terbaik untuk tulang adalah latihan weight-bearing. Latihan ini melatih kekuatan yaitu dengan bekerja melawan gravitasi, seperti berjalan, hiking, jogging, naik turun tangga, bermain tennis, menari, dan latihan berat NIH, 2015. Aktivitas olahraga dengan pembebanan weigh- bearing exercise dapat membantu pembentukan osteoblast lebih aktif. Olahraga lompat tali atau jalan kaki sekitar 30 menit yang dilakukan tiga atau empat kali dalam seminggu dapat meningkatkan massa panggul dan mengurangi penurunan massa tulang Permatasari, 2011. Semakin rendah aktivitas fisik, maka densitas tulang pun beresiko menjadi lebih rendah. Hal ini terjadi karena aktivitas fisik olahraga dapat membangun tulang dan otot menjadi lebih kuat, juga meningkatkan keseimbangan metabolisme tubuh Wirakusumah, 2007. Olahraga baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan massa tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh meningkatkan massa tulang. pada orang dewasa, olahraga dapat memperlambat penurunan massa tulang akibat usia serta meningkatkan kesehatan secara umum, sehingga mengurangi risiko terjatuh. Olahraga membantu memperkuat tulang Trihapsari, 2009. Wanita yang malas bergerak atau berolahraga akan terhambat proses osteoblasnya. Selain itu, kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak bergerak dan berolahraga, maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa Zaviera, 2008. Menurut dr. Sadoso, olahraga mampu meningkatkan DMT atau mengurangi hilangnya jaringan tulang pada kaum muda, pramenopause, dan pascamenopause. Berbagai penelitian menunjukkan, puncak massa tulang anak-anak sampai dewasa yang aktif berolahraga lebih tinggi daripada yang jarang berolahraga Zaviera, 2008 6. lifestyle Behaviors a Perilaku Merokok Merokok bisa berhubungan dengan rendahnya densitas tulang di masa remaja ataupun perilaku yang tidak sehat lainnya, seperti minum alkohol dan kebiasaan duduk yang terus menerus. Fakta buruk efek negative dari merokok pada puncak massa tulang, dan perokok tua akan menambahkan risiko untuk kehilangan massa tulang dan fraktur NIH, 2015. Pada wanita perokok ada kecenderungan kadar estrogen dalam tubuhnya lebih rendah dan kemungkinan memasuki masa menopause lima tahun lebih awal dibandingkan dengan bukan perokok. Kecepatan kehilangan massa tulang juga terjadi lebih cepat pada wanita perokok. Asap rokok dapat menghambat kerja ovarium dalam memproduksi hormon estrogen. Disamping itu, nikotin juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap dan menggunakan kalsium Wirakusumah, 2007. Penelitian menunjukkan bahwa merokok mempercepat kehilangan tulang serta turut andil atas berkurangnya kemampuan penyerapan kalsium Trihapsari, 2009. Perokok sangat rentan terkena DMT tidak normal karena zat nikotin yang terdapat didalamnya dapat mempercepat penyerapan tulang. selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan- susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Disamping itu, rokok juga menimbulkan hipertensi, PJK, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila darah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin dapat menyebabkan rendahnya DMT baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek rokok pada tulang mulai terasa setelah usia 35 tahun, karena proses pembentukan tulang pada umur tersebut mulai terhenti Trihapsari, 2009. b Kebiasaan Konsumsi Alkohol Efek mengkonsumsi alkohol untuk puncak massa tulang masih belum jelas. Efek alkohol pada tulang telah dipelajari secara lebih ekstensif pada orang dewasa, dan hasilnya mengindikasikan bahwa mengkonsumsi tinggi alkohol berhubungan dengan densitas tulang yang rendah. Para ahli mengasumsikan bahwa mengkonsumsi alkohol secara tinggi di masa muda memberikan efek yang merugikan untuk kesehatan skeletal NIH, 2015. Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat merugikan kesehatan karena akan mengganggu proses metabolisme kalsium dalam tubuh. Alkohol dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung yang terjadi beberapa saat setelah minum-minuman beralkohol. Banyaknya luka kecil akibat minum-minuman beralkohol akan menyebabkan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah Wirakusumah, 2007. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, akan meningkatkan terjadinya resiko patah tulang. Hal ini disebabkan alkohol dapat mengurangi massa tulang, mengganggu metabolisme vitamin D dan menghambat penyerapan kalsium. Sehingga terjadinya osteoporosis pun lebih besar pada orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol Agustin, 2009.

E. Quantitative Ultrasound QUS