unsafe act. Hal ini didukung dengan hasil laporan near miss TWJO tahun 2016 pada dokumen HSE Monthly Report January-April 2016
Gambar 5.15.
Gambar 5.15 Tabel Kejadian Near Miss pada HSE Monthly Report
January-April 2016
Berdasarkan informasi diatas, data kejadian near miss yang terdapat pada kategori Non-Lost Time Injuries pada dokumen HSE
Monthly Report January-April hanya tercatat sebanyak 1 kejadian selama 4 bulan di tahun 2016. Near miss yang terjadi di TWJO faktor
penyebabnya adalah unsafe act. Berdasarkan record pelaporan SO yang dikumpulkan, terdapat 8 kejadian near miss yang tercatat. Hal
ini membuktikan bahwa data near miss yang direkapitulasikan pada laporan bulanan masih sangat minim. Berikut ini adalah bukti
lampiran data near miss yang dilaporkan SO Gambar 5.16.
Gambar 5.16 Record Kejadian Near Miss pada HSE Monthly Report
Hasil output laporan near miss yang dilaporkan kepada konsultan selama berjalan 4 bulan di tahun 2016 ini masih sangatlah
minim untuk rekapitulasinya tidak sesuai dengan record data near miss yang terdapat di lapangan dan faktor penyebab dari kejadian
near miss yang dilaporkan pada perusahaan adalah diakibatkan oleh unsafe act.
2. Laporan Unsafe Act
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen divisi SHE TWJO yaitu SHE manager, DSM CP 101 dan CP 102 informan
utama 1-3 untuk hasil laporan unsafe act menyatakan bahwa : “Penggunaan APD kalau unsafe act di pekerja” – IU1
“Unsafe act yang sering dijumpai di lapangan ya itu seperti tindakan yang ini tuh kadang pekerja mencuri-curi dimana dia naik
ketinggian dia ngga pake body harness. Yang paling banyak ya APD. Yang paling sangat riskan itu kalau kita sampe jatuh dari
ketinggian. Ya mereka kadang suka ini ya gitu, oh iya merokok dilokasi kerja yang ibaratnya di bahan mudah terbakar memang
banyak itu
” – IU2 “Untuk laporan unsafe act belum memiliki persentase sudah sering
ditemukan hanya berupa laporan langsung dan ditindak lanjut saat itu juga namun tidak di record secara detail dan belum memiliki
form khusus untuk melakukan pencatatannya. Unsafe act yang paling banyak terjadi
adalah masalah penggunaan APD” – IU3 Pernyataan wawancara dari ketiga informan utama diatas
menyatakan bahwa laporan unsafe act sejauh ini belum memiliki persentase atau rekapitulasi data selama ini datanya dilaporkan dan
ditindaklanjuti secara langsung, unsafe act yang terjadi di lokasi kerja paling banyak adalah masalah penggunaan APD. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara dengan SHE engineer informan utama 4 dan 5 yang mengumpulkan, mengolah dan membuat laporan unsafe act
yang menyatakan bahwa : “Belum ada sama sekali. Safety patrol itu kan patrol doang, ada sih
itu tapi kan dalam arti kegiatan itu bukan unsafe act tapi unsafe condition ya kan…..Sejauh yang saya temukan di lapangan memang
paling banyak APD untuk unsafe act-nya ” – IU4
“Paling banyak permasalahan ngga pake APD. Hampir sebagian besar itu pelanggarannya APD
” – IU5 SHE engineer menyatakan bahwa unsafe act yang mereka
temukan di lapangan adalah mengenai permasalahan tidak menggunakan dan pelanggaran terhadap APD, data yang dilaporkan
juga tidak dicatat karena form pelaporan untuk unsafe act belum ada, hal ini sejalan dengan penjelasan sebelumnya mengenai komponen
tahap input yaitu material yang berupa bentuk form pelaporan yang digunakan pada saat pelaporan.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan konsultan JMCMC informan kunci, unsafe act yang paling banyak terjadi
adalah tidak menggunakan APD dan tidak mengikuti peraturan perusahaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan wawancara berikut :
“Unsafe act yang paling banyak itu tidak menggunakan dan tidak ngikutin aturan yang ada. Kita udah jelas-jelas melekatkan banner
gunakan PPE tapi pasti ada yang ngga pake PPE ada yang bilang itu ngga bebas ngalangin sementara itu kan menyelamatkan dia
” – IK
Jadi, berdasarkan hasil wawancara dengan keenam informan yang terlibat untuk hasil laporan unsafe act tidak dapat diketahui
berapa jumlah atau persentasenya dikarenakan tidak terdapat form pelaporan yang detail atau spesifik sehingga data, informasi dan
dokumentasi mengenai unsafe act tidak terdapat pada laporan bulanan HSE hanya dilaporkan dan ditindaklanjuti secara langsung saat di
lapangan. Sedangkan unsafe act yang ditemukan terjadi diakibatkan karena banyaknya pekerja yang tidak menggunakan APD dan tidak
megikuti aturan yang ada di perusahaan.
3. Laporan Unsafe Condition
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen divisi SHE TWJO yaitu SHE manager, DSM CP 101 dan CP 102 informan
utama 1-3 untuk hasil laporan unsafe condition menyatakan bahwa : “Unsafe condition paling banyak adalah akses kerja, misalnya akses
kerja terhalang. Housekeeping itu bisa dijabarin macem-macem loh licin, banjir. Paling banyak pokoknya housekeeping
”– IU1 “Kondisi yang tidak aman diarea kerja pertama pipa scaffolding
ditaro diatas ketinggian, material tidak pada temp atnya” – IU2
“Sama halnya dengan laporan unsafe act, laporan unsafe condition juga belum memiliki persentase hanya lampiran daily safety patrol
form dilampirkan pada laporan bulanan SHE. Unsafe condition yang banyak terjadi adalah house keeping
”– IU3 Pernyataan wawancara dari ketiga informan utama diatas
menyatakan bahwa laporan unsafe condition sejauh ini belum