Ruang Lingkup Pekerjaan Gambaran Umum Perusahaan

dilakukan TWJO pada pembangunan jalur rel layang meliputi penebangan pohon, pemasangan pagar sepanjang batas proyek, menghancurkan dan atau merelokasi fasilitas utilitas umum, survei tes pit, pekerjaan struktur viaduct yaitu bored piling for permanent structure, pile cap and pier work permanent pier coloumn dan pier head dan PC box girder erection using VG4 gantry. Pembangunan struktur layang terutama berupa box type PC girder dengan pier tunggal. Selama pembangunan bagian layang, diperkirakan akan menghasilkan tanah galian pekerjaan excavation untuk konstruksi pile dan pondasi untuk struktur. Berikut adalah ruang lingkup scope pekerjaan divisi SHE TWJO, diantaranya yaitu : a. Desain dan konstruksi + 6,2 km struktur viaduct. b. Desain dan konstruksi 3 stasiun layang termasuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal. c. Desain dan konstruksi 1 depot termasuk pengembangan tanah, pekerjaan struktur dan instalasi alat-alat depot. d. Pekerjaan sementara temporary works yang berhubungan dengan konstruksi. e. Perencanaan dan implementasi pengalihan lalu lintas yang berhubungan dengan konstruksi. f. Pengalihan dan dukungan terhadap utilitas selama konstruksi berlangsung. g. Desain, suplai dan instalasi semua pemeliharaan bangunan stasiun termasuk AC, proteksi kebakaran atau api, drainase, memompa dan membongkar pipa-pipa pekerjaan. h. Suplai, instalasi dan mengawasi signage dan grafik alat-alat yang digunakan. i. Memeriksa dan mengawasi pekerjaan pemeliharaan bangunan dan alat-alat depo. j. Mengadakan pelatihan atau training.

4. Struktur Organisasi Perusahaan

Bagan 5.1 Struktur Organisasi Tokyu-WIKA Joint Operation PROJECT MANAGEMENT QUALITY ASSURANCE QA DIVISION QUALITY CONTROL QC DIVISION SHE SAFETY, HEALTH ENVIRONMENT DIVISION CONSTRUCTION DIVISION CP 102 CONSTRUCTION DIVISION CP 101 PROJECT CONTROL DIVISION ENGINEERING DIVISION COMMERCIAL DIVISION ADMINISTRATION DIVISION CONTRACT DEPARTMENT QS DEPARTMENT MC DEPARTMENT

B. Hasil Gambaran Tahap Input dalam Sistem Pelaporan Near miss,

Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 Hasil ini merupakan gambaran tahap input di dalam penelitian untuk mengetahui gambaran sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di perusahaan. Informasi yang diperoleh berdasarkan hasil observasi peneliti dengan melihat secara langsung kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, wawancara kepada informan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan dan telaah dokumen. Pada tahap input ini, informasi yang diperoleh melalui wawancara kepada sebelas informan dan telaah dokumen. Saat melakukan telaah dokumen beberapa data dan informasi diperoleh dari dokumen-dokumen dan rekaman-rekaman yang ada di perusahaan. Komponen input penelitian ini terdiri dari sumber daya yang berupa material, sumber daya manusia SDM dan metode pelaporannya.

1. Material

Material didalam penelitian ini terdiri dari Form Pelaporan, Kebijakan K3 Perusahaan dan Standar Perusahaan. a. Form Pelaporan Berdasarkan hasil wawancara, proses penyusunan form pelaporan yang digunakan tersebut dalam melakukan pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition diketahui bahwa proses penyusunan form-form pelaporan tersebut sudah ada standarnya yang diadopsi dari perusahaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari pihak manajemen K3 yaitu SHE manager informan utama 1 yang menyatakan bahwa : “Jadi kalau form itu kita kan sudah ada formatnya ya, sudah ada standar bakunya dari kita inikan 2 perusahaan besar, TOKYU dan WIKA nah masing-masing punya standar baku sendiri-sendiri. Di TWJO ini format itu intinya disatukan standar bakunya WIKA sama TOKYU terbentuk jadilah format khusus untuk form” – IU1 Pernyataan dari informan utama 1 bahwa proses penyusunan form-form pelaporan tersebut sudah ada standar bakunya masing- masing yang diadopsi dari kedua perusahaan TOKYU dan WIKA. Berdasarkan hasil wawancara dengan Deputy Safety Manager DSM CP 101 informan utama 2 menyatakan bahwa : “Proses penyusunan form menggunakan form yang dari awal sudah ada dan digunakan oleh WIKA. Hal ini dikarenakan saya sebagai deputy safety officer berasal dari WIKA maka saya menggunakan form yang dibuat oleh WIKA. Karena proyek ini bersifat joint operation antara WIKA dengan TOKYU akan tetapi dua perusahaan ini belum mengeluarkan satu kebijakan form yang akan disubmit ke konsultan, jadi proyek ini menggunakan pengadopsian form dari WIKA” – IU2 Pernyataan wawancara informan utama diatas menyatakan bahwa proses penyusunan form dari awal sudah ada dan digunakan oleh perusahaan WIKA jadi menggunakan form yang dibuat perusahaan WIKA. Karena kedua perusahaan yaitu TOKYU dan WIKA belum mengeluarkan satu kebijakan form yang di submit ke konsultan. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan dari informan utama 1 yang menyatakan bahwa standar baku masing-masing perusahaan disatukan dan terbentuklah form khusus. Berdasarkan hasil wawancara dengan deputy safety manager DSM CP 102 informan utama 3 dan SHE engineer informan utama 4 menyatakan bahwa :