kompetensi K3 yang kurang, ketidakdisiplinan dan ketidakterbukaan petugas yang melaksanakan, rekan kerja yang masih reaktif dan tindak
lanjutnya kurang, serta pertentangan dengan divisi yang melaksanakan pekerjaan. Jadi, hambatan yang terjadi di TWJO merupakan hambatan
personal. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam sistem pelaporan yang
dimiliki TWJO, proses pelaksanaan pelaporannya memiliki sistem yang sudah baik sesuai dengan kebijakan dan standar K3 perusahaan dimana
alur pelaporannya dimulai dari petugas lalu di kumpulkan ke admin setelah itu ke deputi lalu ke manajer SHE dan ke manajemen lainnya dan
kembali untuk ditindaklanjuti temuannya sesuai dengan lingkup pekerjaannya.
Sejauh ini, pelaksanaan pelaporan mendapatkan dukungan penuh dari top manajemen dengan kebijakan punishment yang diberlakukan
perusahaan namun belum diberlakukannya reward. Sedangkan untuk proses pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelaporan, perusahaan
telah melaksanakan hal tersebut dengan melakukan inspeksi dan mengadakan pertemuan dengan pihak internal maupun eksternal untuk
memantau, mengevaluasi, menindaklanjuti berbagai hasil temuan yang diperoleh dilapangan dan mengetahui hambatan didalam proses
pelaksanaan pelaporan TWJO yang sebagian besar merupakan hambatan personal.
E. Gambaran Output dalam Sistem Pelaporan Near miss, Unsafe Act
dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016
Output yaitu hasil dari input yang telah diproses oleh bagian pengolah dan merupakan tujuan akhir sistem, output merupakan barang
dan jasa yang dihasilkan. Outcome dapat diperoleh berkaitan dengan output yang dihasilkan untuk perkembangan dari waktu ke waktu secara
berkelanjutan Baglieri dkk., 2014. Berdasarkan hasil penelitian, output di dalam sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition TWJO
yaitu berupa laporan near miss, laporan unsafe act, laporan unsafe condition dan juga laporan kecelakaan kerja.
Output yang dilaporkan kepada konsultan selama pelaporan yang berjalan selama 4 bulan di tahun 2016, untuk hasil laporan near miss ini
masih sangatlah minim. dan faktor penyebab dari kejadian near miss yang dilaporkan pada perusahaan adalah diakibatkan oleh unsafe act. Untuk
laporan unsafe act tidak dapat diketahui berapa jumlah atau persentasenya, hanya dilaporkan dan ditindaklanjuti secara langsung saat di lapangan
tanpa adanya bukti temuan yang di record. Sedangkan untuk laporan unsafe condition jumlah atau persentasenya pada laporan bulanan juga
belum ada hanya berupa lampiran. Melaporkan semua kejadian yang tidak diinginkan seperti near
miss merupakan aspek yang paling penting dari setiap program keselamatan McKinnon, 2012. Dimana laporan adalah segala sesuatu
yang dilaporkan; berita. Laporan berkala merupakan laporan rutin yang diberikan secara berkala KBBI, 2015. Semakin banyak near miss yang
dilaporkan maka semakin banyak kesempatan untuk menyelidiki,
mengidentifikasi dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi. Berdasarkan perspektif safety management, tujuan spesifik di
dalam mengumpulkan dan menganalisis data near miss yaitu untuk mengidentifikasi faktor kemungkinan atau elemen sistem yang dapat
menimbulkan kejadian near miss maupun sebagai prekursor kecelakaan
kerja di masa mendatang McKinnon, 2012.
Menurut McKinnon 2012 semua kecelakaan dapat dicegah merupakan prinsip dasar ilmu K3. Karena semua kecelakaan ada
penyebabnya maka penyebab tersebut dapat dihilangkan sehingga kecelakaan tidak terjadi. Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3
adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi.
Di dalam accidentnear miss incident ratio, high risk unsafe condition atau unsafe act atau kombinasi dari keduanya yang dapat
menyebabkan terjadinya kerugian. Mengingat bahwa setiap kecelakaan kerja yang dilaporkan, setiap cidera yang tercatat atau kerugian yang
terjadi terdapat banyak kejadian near miss yang tidak tercatat McKinnon, 2012. Sejalan dengan hal tersebut identifikasi dan penilaian bahaya
dimana hasil dari identifikasi bahaya-bahaya dengan program yang ditetapkan oleh perusahaan harus dilaporkan OSHA, 2013.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam sistem pelaporan yang dimiliki TWJO, output yang dihasilkan belum sepenuhnya tercatat dan
terekam di record dengan baik dikarenakan masih terdapat kejadian- kejadian yang tidak dilaporkan baik itu near miss, unsafe act maupun
unsafe condition dalam laporan. Karena kenyataannya semua kecelakaan kerja yang terjadi faktor penyebabnya berasal dari kejadian near miss,
unsafe act maupun unsafe condition yang dapat diketahui, ditindaklanjuti berdasarkan data-data yang diperoleh pada laporan yang tercatat dan
dilaporkan di perusahaan.