Definisi Near Miss Incident Reporting NEMIR System

Informasi tentang sistem pelaporan near miss harus dibuat dan diketahui oleh setiap orang. Sistem komunikasi internal dapat dilakukan sesuai dengan metode yang diterapkan perusahaan. Selain itu, tersedia form untuk melakukan pelaporan sehingga feedback dari sistem yang diimplementasikan berjalan dengan baik McKinnon, 2012. Form pelaporan dan pencatatan sebaiknya sederhana atau simple, mudah dibawa dan selalu tersedia. Lembar pelaporan dalam jumlah yang banyak akan menyulitkan pelapor dalam mengisi form. Selain itu, perusahaan perlu memberikan edukasi atau training kepada pekerjanya yang terlibat dalam pelaporan near miss. Berikut ini adalah contoh form pelaporan near miss pada gambar 2.2 McKinnon, 2012 : Gambar 2.2 Near Miss Reporting Form McKinnon, 2012 Terdapat kesempatan nyata untuk meningkatkan keselamatan dengan fokus terhadap critical level kejadian near miss. Baik manajer maupun pekerja di perusahaan perlu untuk mengembangkan sistem yang komprehensif yang mampu untuk dapat mendokumentasikan, menganalisis dan memperbaiki kejadian near miss agar dapat mencegah kecelakaan kerja dikemudian hari McKinnon, 2012. Di dalam mengimplementasikan sistem pelaporan near miss terdapat beberapa hal sebagai berikut McKinnon, 2012 : 1 Kebijakan Policy merupakan pernyataan resmi organisasi atau perusahaan yang merefleksikan tekad dan komitmen yang dijadikan sebagai landasan utama dan acuan organisasi dalam rangka pencapaian visi dan misi organisasi. Kebijakan yang dibuat berisi tentang bagaimana komitmen perusahaan yang berkaitan untuk melakukan pelaporan. 2 Standar Standard, terdapat dokumen-dokumen yang mengacu pada standar sistem pelaporan near miss, dimana mendeskripsikan tentang komitmen perusahaan untuk melaporkan dan melakukan investigasi serta tanggung jawab apa saja yang ada. Di dalam menentukan standar terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut : a. Objektif Objective adalah menjelaskan metodologi untuk melaporkan dan menginvestigasi non injury loss-producing accident dan near misses, sehingga penyebab langsung dan penyebab dasar dari kejadian teridentifikasi serta merekomendasikan pencegahan. b. Referensi References dapat berupa kebijakan organisasi, mengacu pada local safety legislation peraturan perundangan tentang keselamatan dan referensi terkait elemen-elemen safety program yang ada. c. Definisi Definitions, mendefinisikan atau menjelaskan istilah-istilah yang terdapat di dalam standar agar mudah dipahami. d. Peran dan tanggung jawab, setiap pegawai yang diberikan tanggung jawab atau terlibat di dalam pelaporan seharusnya segera memberitahukan supervisor dan menyiapkan temuan bukti atau dokumentasi di lapangan. e. Isi dan alur prosedur yang berupa urutan langkah pelaksanaan aktivitas. 3 Amnesti Amnesty, jika manajemen menginginkan sistem pelaporan dapat berjalan dan berkontribusi dengan baik maka mekanisme pelaporan sebaiknya diberlakukan punishment apabila tidak melaporkan kejadian near miss dan begitu pula sebaliknya akan diberikan reward bila kejadian near miss dilaporkan dengan baik. 4 Kredibilitas Credibility, perusahaan membangun dan mengkomunikasikan dengan jelas tujuan dari program K3 dengan meningkatkan keterlibatan top management didalam implementasi program. Sistem yang kredibel dan diterima oleh semua pegawai atau pekerja harus mendapatkan dukungan dari pemimpin perusahaan, dimana terdapat partisipasi dari manajemen untuk memperbaiki proses. Sehingga terdapat feedback dan follow up action dalam laporan bahaya yang ditemukan.

I. Kerangka Teori

Setiap perusahaan memiliki kebijakan K3 yang mendukung setiap pelaksanaan kegiatan kerjanya. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang harus diberikan perlindungan terhadap aspek K3 mengingat ancaman bahaya potensial yang berhubungan dengan pekerjaan. Upaya perusahaan dalam melakukan manajemen terhadap keselamatan kerja salah satunya dengan menerapkan program K3. Tujuan dari program K3 adalah mengurangi cidera, penyakit dan kematian akibat pekerjaan. Elemen-elemen yang terdapat didalam program yang efektif adalah kepemimpinan manajemen, partisipasi pekerja, identifikasi dan penilaian bahaya, pencegahan dan pengendalian bahaya, pendidikan dan pelatihan, serta program evaluasi dan peningkatan OSHA, 2013. Melaporkan semua kejadian yang tidak diinginkan seperti unsafe act, unsafe condition dan near miss merupakan aspek yang paling penting dari setiap program keselamatan. Semakin banyak kejadian yang dilaporkan maka semakin banyak kesempatan untuk menyelidiki, mengidentifikasi dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi McKinnon, 2012. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan berupa gambaran sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di perusahaan maka peneliti menggunakan pendekatan sistem dan NEMIR System. Near Miss Incident Reporting NEMIR System merupakan bagian dari program K3 untuk mencegah terjadinya kerugian yang besar atau terjadinya accident. Di dalam mengimplementasikannya diperlukan beberapa hal berikut yaitu kebijakan, standar, amnesti dan kredibilitas McKinnon, 2012. Sedangkan pendekatan sistem merupakan suatu filsafat atau persepsi tentang struktur yang mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan dalam suatu organisasi dengan cara yang efisien dan yang paling baik Kelly, 2007. Pencapaian sebuah manajemen dapat terlihat melalui pendekatan sistem, bagaimana elemen-elemen didalamnya terhubung dengan organisasi perusahaannya. Sistem yang paling mendasar dikategorikan dengan tiga elemen yaitu input masukan, process proses dan output keluaran dimana ketiga elemen ini digambarkan melalui diagram sederhana Bagan 2.4. Pada tahap awal peneliti menentukan komponen- komponen tahap input, selanjutnya terdapat tahap proses dan memperoleh output yang berupa laporan. Berikut ini adalah bagan kerangka teori penilitian Kelly, 2007 : Bagan 2.4 Kerangka Teori Kelly, 2007, McKinnon, 2012 Proses 1 Pelaksanaan Pelaporan 2 Pemantauan Pelaksanaan

3 Evaluasi Pelaksanaan Pelaporan

Input 1 Material Kebijakan K3, Standar, Form Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition 2 Sumber Daya ManusiaMan Pekerja Proyek, Pihak Manajemen diantaranya Manajer dan Staff Divisi SHE TWJO 3 Metode Metode Pelaporan Output Laporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition 43

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Berpikir

Perlindungan terhadap tenaga kerja berdasarkan aspek K3 harus dilakukan mengingat bahwa terdapat ancaman bahaya potensial yang berhubungan dengan pekerjaan. Upaya perusahaan dalam melakukan manajemen terhadap keselamatan kerja salah satunya dengan menerapkan program K3. Dimana tujuan dari program K3 adalah mengurangi cidera, penyakit dan kematian akibat pekerjaan. Di dalam program keselamatan salah satu aspek yang paling penting adalah melaporkan semua kejadian yang tidak diinginkan seperti unsafe act, unsafe condition dan near miss. Semakin banyak kejadian yang dilaporkan maka semakin banyak kesempatan untuk mengidentifikasi, menyelidiki dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi. Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai bagaimana gambaran sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition yang terdapat di perusahaan untuk menghindari kecelakaan kerja accident yang terjadi dapat terulang di perusahaan yaitu peneliti menggunakan NEMIR System dan pendekatan sistem. NEMIR System merupakan bagian dari program K3 untuk mencegah terjadinya kerugian yang besar atau accident. Di dalam mengimplementasikannya diperlukan beberapa hal berikut yaitu kebijakan, standar, amnesti dan kredibitas dan sistem yang paling mendasar dikategorikan dengan tiga elemen, yaitu input masukan, process proses dan output keluaran Pada tahap awal peneliti menentukan komponen-komponen input berupa sumber daya apa saja yang diperlukan dalam penelitian diantaranya yaitu material, SDM dan metode. Material yang digunakan dalam pelaporan adalah kebijakan K3, standar dan form pelaporan. Metode yang digunakan perusahaan dapat berupa reporting-based methods dan observation-based methods. Sedangkan SDM yaitu pekerja dan pihak manajemen, baik manajer maupun pekerja di perusahaan perlu untuk terlibat di dalam mengembangkan sistem yang komprehensif yang mampu untuk dapat mendokumentasikan, menganalisis dan memperbaiki kejadian near miss. Selanjutnya terdapat tahapan proses berupa pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari pelaporan. Dalam tahapan proses untuk mengimplementasikan sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition terdapat beberapa hal sebagai berikut : 1 Kebijakan Policy yang dibuat berisi tentang bagaimana komitmen perusahaan yang berkaitan untuk melakukan pelaporan. 2 Standar Standard, terdapat dokumen-dokumen yang mengacu pada standar sistem pelaporan near miss, dimana mendeskripsikan tentang komitmen perusahaan untuk melaporkan dan melakukan investigasi serta tanggung jawab apa saja yang ada. Di dalam menentukan standar terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut : a. Objektif Objective adalah menjelaskan metodologi untuk melaporkan dan menginvestigasi non injury loss-producing accident dan near misses, sehingga penyebab langsung dan penyebab dasar dari kejadian teridentifikasi serta merekomendasikan pencegahan. b. Referensi References dapat berupa kebijakan organisasi, mengacu pada local safety legislation peraturan perundangan tentang keselamatan dan referensi terkait elemen-elemen safety program yang ada. c. Definisi Definitions, mendefinisikan atau menjelaskan istilah- istilah yang terdapat di dalam standar agar mudah dipahami. d. Peran dan tanggung jawab, setiap pegawai yang diberikan tanggung jawab atau terlibat di dalam pelaporan seharusnya segera memberitahukan supervisor dan menyiapkan temuan bukti atau dokumentasi di lapangan. e. Isi dan alur prosedur yang berupa urutan langkah pelaksanaan aktivitas. 3 Amnesti Amnesty, jika manajemen menginginkan sistem pelaporan dapat berjalan dan berkontribusi dengan baik maka mekanisme pelaporan sebaiknya diberlakukan punishment apabila tidak melaporkan kejadian near miss dan begitu pula sebaliknya akan diberikan reward bila kejadian near miss dilaporkan dengan baik.