Sumber Daya Manusia SDM

Pernyataan wawancara dari ketiga safety officer juga sejalan dengan hasil wawancara konsultan JMCMC informan kunci, QA informan pendukung 1 dan risk engineer informan pendukung 2 yang menyatakan bahwa : “Semua, harusnya semua pihak terlibat” – IK “Ya kalau sistem pelaporannya itu semuanya sih kayanya, kita juga terlibat seharusnya ya” – IP1 “Semua. Harusnya yang aware pertama itu adalah selain divisi HSE ya pelaksana, construction dulu baru divisi-divisi lainnya ” – IP2 Pernyataan-pernyataan wawancara yang telah dijelaskan sebelumnya secara lebih detail tingkatannya dapat dilihat berdasarkan telaah dokumen perusahaan yang memiliki struktur organisasi Gambar 5.2 yang menjelaskan bahwa terdapat beberapa divisi dalam proyek pembangunan MRTJ. Divisi-divisi tersebut diantaranya, yaitu project management, QA division, QC division, SHE division, project control division, contruction division CP 101, contruction division CP 102, engineering division, commercial division, administration division contract department, QS department, MC department. Jadi, semua pernyataan dari informan baik informan utama, kunci dan informan pendukung menyatakan bahwa semua bagian terlibat di dalam melakukan sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition namun untuk lebih spesifik dalam melakukan pelaporan yang berperan penting adalah divisi SHE. Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam melakukan pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition dapat diketahui jumlahnya berdasarkan hasil laporan setiap bulan TWJO kepada konsultan. Berdasarkan hasil wawancara dengan SHE manager, DSM CP 101 dan CP 102 menyatakan bahwa : “SDM disini banyak ada dan bisa dilihat di laporan bulan HSE kita ” – IU1 “Banyak pokoknya bisa diliat di laporan” – IU2 “Bisa juga kamu cek datanya di laporan bulanan kita” – IU3 Ketiga informan utama diatas menyatakan bahwa jumlah sumber daya manusia yang terlibat didalam sistem pelaporan dapat dilihat lengkapnya pada laporan bulanan divisi SHE. Hal ini sejalan dengan pernyataan wawancara dari kedua informan utama yaitu SHE engineer yang mengumpulkan data dan membuatkan laporan bulanan, berikut adalah pernyataan wawancaranya : “Kalau dihitung-hitung disini sebenernya sih banyak, banyak dalam arti kita ngga bisa nilai itu dari totalnya berapa ya kan ada di laporan bulanan yang saya buat ” – IU4 “Jumlahnya banyak bisa dilihat dilaporan bulanan SHE kami yang saya buat” – IU5 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan pendukung yaitu konsultan JMCMC, QA dan risk engineer mereka juga sejalan dengan pernyataan sebelumnya. Dimana konsultan disini juga yang menyetujui, memeriksa dan memantau laporan bulanan SHE. Pernyataan wawancaranya adalah sebagai berikut : “Jumlahnya ada di monthly report HSE yang biasanya di submit ke ka mi dulu” – IK “Banyak yang pastinya bisa dilihat di laporan-laporan SHE juga setau saya ya” – IP1 “Banyak saya ngga tau persisnya berapa” – IP2 Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama lainnya yang berada di lapangan yaitu safety officer ada menyatakan bahwa jumlah SDM dapat diperoleh melalui SHE engineer dan ada juga yang menyebutkan jumlahnya, penyataan wawancaranya adalah sebagai berikut : “Kurang lebih Jumlahnya ada 1000 pekerja” – IU6 “Saya kurang hafal itu berapa jumlahnya, admin biasanya tau karena mereka yang membuat”– IU7 “Ya man powernya yang terlibat nya ya seperti di suatu area ya kurang lebih u ntuk area 101 sekitar 800 an lah” – IU8 Pernyataan-pernyataan diatas didukung dan dapat diperoleh lebih tepatnya pada HSE monthly report yang terbaru yaitu HSE monthly report 2016. Dimana sumber daya manusia SDM pada perusahaan disebut man power. Total akumulasi man power setiap bulannya dari awal proses pekerjaan proyek hingga saat ini baik yang masih terlibat di dalam proyek maupun yang telah selesai mencapai 13.743 orang dapat diperoleh melalui tabel statistic safety record Gambar 5.10. Untuk total non staff TWJO pada saat ini berdasarkan data yang diperoleh adalah sebanyak 759 orang , sedangkan total total staff TWJO adalah sebanyak 294 orang. data tersebut dapat diperoleh pada tabel monthly HSE performance report Gambar 5.11. Gambar 5.10 Statistic Safety Record Gambar 5.11 Monthly HSE Performance Report Safety officer SO berperan untuk melakukan pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition serta bekerja sama dengan orang-orang divisi lain yang berada di lokasi pekerjaan. SO memiliki tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan pekerjaannya. Tugas dan tanggung jawab seorang SO adalah berdasarkan hasil wawancara dengan SO informan utama 6,7 dan 8 sebagai berikut : “Tugasnya kita ngasih pengarahan untuk perilaku pekerja. Untuk near miss tugas SO mengurangi atau mencegah bahaya dari pekerja. Untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan. Tanggung jawabnya tetep mengikuti prosedur pekerjaan ” – IU6 “Tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dia buat kronologis pelaporan near miss-nya kemudian mencatat dan nanti melaporkan ” – IU7 “Ya tugas saya melaporkannya jika terjadi unsafe act ya berarti ya harus bisa memproteksi dimana istilahnya sebelum terjadi kita proteksi dululah mana yang menjadi tugas kita dan menjadi tanggungjawab kita ” – IU8 Ketiga SO tersebut menyatakan bahwa saat di lokasi tugas dan tanggung jawabnya yaitu mencegah, memproteksi, melaporkan apabila menemukan unsafe act, unsafe condition dan near miss. Hal ini sejalan berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama SHE manager, DSM CP 101, DSM CP 102, dan SHE engineer yang menyatakan bahwa: “Mmm tugas dan tanggung jawab SO ini membikin semacam pemberitahuan singkat biasanya dari SO misalnya pesan singkat. Pak kami disini trus nanti dari safety enginering akan bikin primary report karna laporan awal ini akal dikirim kan ke konsultan sama owner kami itu yan g harus dilakukan” “Peran safety officer ya melihat, memberitahu dan menindaklanjuti. Dari pembuat record tanggung jawabnya sampai administrasi dan yang melakukan safety patrol ” “Tugas dan melaksanakan near miss adalah suatu tanggung jawab semua pekerja diloka si dimana tempat kita bernaung” “…tugas-tugas yang beginikan orang SO ya kan orang-orang dilapangan sendiri. Mereka melihat kondisi yang tidak aman nanti mereka sendiri yang evaluasi mereka sendiri yg dalam arti men-cut nya atau kasih solusinya. Artinya orang-orang lapangan ngga sekedar SO juga tapi pelaksana juga harus bisa, gitu loh Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan pendukung juga menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang SO harus memenuhi dan mentaati peraturan, mengingatkan pekerja lainnya dan melaporkan temuan K3. Hal ini sejalan dengan pernyataan wawancara berikut : “Tugasnya harus melaporkan namun meningkatkan kesadaran itu yang masih sulit ” – IK “Ya tugas dan tanggung jawab ya memenuhi dan mentaati apa peraturan yang ada di TWJO ini, sistemnya gimana, pelaporannya gimana SO mengikuti alurnya” – IP1 “SO itu mengingatkan dan juga advice dan harus ada stop authority jadi kalau misalnya mereka ngeliat something not fit atau sesuatu yang ngga sesuai dari aspek K3 nya mereka punya kuasa untuk stop atau memberhentikan untuk memperbaiki keadaan site dulu itu tercantum di dalam kontrak dan ada dikontrak kita. Semua staf HSE kita itu punya authority untuk memperbaiki keadaan lapangan sampai aman, nyaman” – IP2 Pernyataan-pernyataan wawancara dari semua informan diatas semuanya sejalan bahwa divisi SHE khususnya SO saat di lokasi kerja harus mengingatkan, melaporkan dan menindaklanjuti temuan yang ada baik itu near miss, unsafe act dan unsafe condition. Berdasarkan hasil telaah dokumen peran dan tanggung jawab divisi SHE TWJO adalah secara efektif mengimplementasikan kebijakan K3, memberikan arahan dan kepemimpinan yang tepat. Struktur organisasi divisi SHE TWJO terdiri dari SHE manager, deputy safety manager DSM CP 101, deputy safety manager DSM CP 102, chief environmental, safety engineer, environmental engineer, safety officer, paramedic, ,flagman, 5R. Struktur organisasi divisi SHE TWJO adalah sebagai berikut Bagan 5.2 : Bagan 5.2 Struktur Organisasi Divisi SHE SHE MANAGER DEPUTY SAFETY MANAGER CP 101 PARAMEDIC CHIEF ENVIRONMENTAL DEPUTY SAFETY MANAGER CP 102 ENVIRONMENTAL ENGINEER SAFETY ENGINEER SAFETY OFFICER 5R FLAGMAN Masing-masing jabatan yang terdapat di divisi SHE TWJO memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja baik di site, site office maupun main office. Safety, health and environmental manager memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Memimpin, merencanakan dan memberikan motivasi di dalam pelaksanaan keselamatan, kesehatan dan pengendalian kerugian. b. Membantu di dalam mengembangkan dengan meninjau prosedur-prosedur dan merancang sistem untuk memfalisitasi pekerjaan yang aman. c. Konsultasi dengan manajemen proyek untuk meninjau prosedur-prosedur kerja yang aman, secara langsung mengkomunikasikan dan melaporkan kepada project management dan semua member TWJO serta bertindak sebagai penghubung dengan pengawas regulator. d. Mengatur dan menyusun aktifitas-aktifitas pekerjaan secara umum dan mengarahkan seluruh jabatan di divisi SHE, memberikan program-program pelatihan keselamatan dan memantau keselamatan, kesehatan dari lingkungan kerja. e. Menginstruksikan atau mengambil tindakan yang tepat didalam memberhentikan aktifitas pekerjaan di site yang dapat menyebabkan cidera atau luka, memastikan bahwa semua pelaporan kecelakaan-kecelakaan dan insiden-insiden serius dilaporkan kepada project manage ment, employer’s representative dan engineer. f. Menyiapkan laporan-laporan bulanan yang diperlukan oleh project manager mengenai keseluruhan project safety performance dan menjaga safety diary record, semua yang berkaitan dengan kejadian-kejadian dan aktifitas pekerjaan sehari-hari. Deputy safety manager DSM baik di CP 101 maupun CP 102 memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Membantu di dalam mengembangkan dengan meninjau prosedur-prosedur dan sistem kerja termasuk pihak subkontraktor serta memastikan bahwa prosedur-prosedur keselamatan dan kesehatan kerja diusulkan oleh para subkontraktor kepada semua tingkatan yang akan meninjau dan memahami contractor’s site safety plan. b. Memantau semua kegiatan kerja perusahaan dan subkontraktor, melakukan inspeksi rutin di lapangan serta menghadiri semua site safety meeting. c. Mengkonsultasikan secara rutin dengan site management terkait SMK3 perusahaan. d. Mengumpulkan dan mengajukan informasi statistik keselamatan kepada SHE manager setiap bulan. e. Menginstruksikan safety officer untuk memastikan setiap area memahami safety plan dan memastikan semua record terkait first aid, cidera atau luka. f. Menyelidiki pelaporan kecelakaan dan menyiapkan laporan- laporan yang telah disepakati oleh SHE manager serta memperbaiki, menginstruksikan atau mengambil tindakan yang tepat didalam memberhentikan aktifitas pekerjaan di area kerja yang dapat menyebabkan cidera atau luka, Chief environmental memiliki tugas dan tanggung jawab didalam memantau, meginstruksikan environmental engineer dan tim 5R resik, rawat, ringkas, rajin, rapih dalam menjaga lingkungan di area kerja agar terbebas dari dampak-dampak pencemaran yang ditimbulkan oleh aktifitas pekerjaan proyek. Environmental engineer memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pengukuran di area kerja proyek yang berupa pengukuran kebisingan, getaran, dll. Selain itu berkaitan dengan administrasi di dalam membuat pelaporan harian, mingguan maupun bulanan tentang aktifitas kerja atau performa lingkungan proyek. Sama halnya dengan environmental engineer, safety engineer bertugas dan bertanggung jawab terhadap administrasi dalam membuat pelaporan harian, mingguan maupun bulanan tentang keselamatan dari aktifitas kerja proyek. Safety officer SO baik di CP 101 maupun CP 102 memiliki tugas dan tanggung jawab yaitu untuk memantau semua kegiatan kerja yang berkaitan dengan keselamatan termasuk subkontraktor, menghadiri semua site safety meeting, memantau secara langsung aktifitas pekerjaan dari tim konstruksi site engineer, supervisor, foreman, daily worker di lapangan, memberhentikan aktifitas pekerjaan di area kerja yang dapat menyebabkan cidera atau luka, mencatat dan melaporkan hasil temuan di lapangan kepada safety engineer dan DSM. Hal ini tentunya sejalan dengan pernyataan wawancara yang sudah dijelaskan sebelumnya. Tim flagman CP 101 dan CP 102 bertugas dan bertanggung jawab untuk mengatur aktifitas-aktifitas pekerjaan di jalan atau fasilitas umum, mengatur lalu lintas kendaraan proyek dan mengawasi keluar masuknya kendaraan proyek. Sedangkan untuk tim 5R CP 101 dan CP 102 bertugas dan bertanggung jawab untuk memindahkan, mengangkut material yang sudah tidak terpakai dan membersihkan lingkungan di area kerja dari sampah atau limbah-limbah proyek yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan kemudian melaporkannya kepada environmental engineer serta chief environmental. Paramedic bertugas dan bertanggung jawab untuk mengobati para pekerja apabila dalam keadaan sakit dan kecelakaan kerja, mengurus jaminan kesehatan dan membantu tugas SHE di lokasi kerja untuk mencari temuan. Jadi, komponen input berupa sumber daya manusia yang terdapat di perusahaan semuanya terlibat di dalam melaksanakan sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition hanya saja yang banyak berperan adalah divisi SHE dengan tugas dan tanggung jawab yang dimiliki masing-masing jabatan.

3. Metode

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen divisi SHE TWJO yaitu SHE manager, DSM CP 101 dan CP 102 informan utama 1-3 menyatakan bahwa : “Lebih banyak di observasi ya jadi kalau metode yang digunakan petugas yang ada di lapangan yaitu investigasi ke lapangan, jadi dari investigasi itu nanti muncul penyebab utamanya apa sih, ini yang dicari kan akar masalahnya ” – IU1 “Metode pelaporan yang digunakan yakni reporting tapi pelaporannya sesempatnya dikirim dan masih banyak kekurangan dalam sisi reporting sehingga banyak revisi atas pelaporan tersebut ” – IU2 “Kalau metode yang kita laporkan dan yang kita gunakan adalah apabila anda melihat anda laporkan. Berdasarkan observasi atau juga patrol yg dilakukan. Karena kalau kita observasi berarti kan keinginan kita atau tekad kita sedang mengawasi orang bekerja. Sedangkan patrol adalah pada saat kita melakukan perlintasan atau keliling untuk mengamati lingkungan kerja kita secara tidak langsung kita mengamati ada sesuatu yg membahayakan dan near miss. Itu bisa kita jadikan kategori yang lain. Karena observasi adalah kita meniatkan diri, kita mengawasi orang lain. Kalau patroli adalah pada saat kita patroli ternyata didalam patrol itu ada yg kita ketemukan. Nah itu ada dua metode ya, satu metode observasi kedua adalah metode patrol ” – IU3 Pernyataan wawancara dari ketiga informan utama diatas menyatakan bahwa metode yang digunakan dalam sistem pelaporan adalah berupa observasi di lapangan, reporting dan juga patroli. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan SHE engineer informan utama 4 dan 5 yang mengumpulkan, mengolah dan membuat laporan yang menyatakan bahwa : “Metodenya sih yang saya alami selama 11 bulan disini komunikasi ya. Nanti yang bikin datanya saya sendiri, kaya kecelakaan- kecelakan diarea misalnya 101 gitu ya kan saya sendiri yang laporin nanti, saya yang buat. Saya bikin investigasinya, saya bikin rektifikasinya baru nanti kita laporlah ke SHE manager dan masuklah nanti ke laporan bulanan, seperti itu ” – IU4 “Melihat temuan di lapangan di foto trus di share dan dicatet. Untuk laporannya saya yang buat, intinya sih melihat kemudian mencatat dan melaporkan ”– IU5 Pernyataan wawancara dari SHE engineer bahwa metode yang digunakan dalam sistem pelaporan adalah dengan melihat temuan, melaporkan atau mengkomunikasikan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara kepada safety officer informan utama 6-8 yang melaksanakan pekerjaan di lapangan yang menyatakan bahwa : “Yang pertama melihat ya memantau berkomunikasi dengan supervisor atau pekerja trus kita catetin dan kita laporin ”– IU6 “Kalo disini metode pelaporannya ya disini ada form. Sebenernya prinsipnya sama antara di jalan ataupun di gedung contohnya dia ditulis tanggal pokonya waktu tanggal kejadiannya, itu dimana posisinya ”– IU7 “Metodenya ya saya melihat di lapangan, saya foto untuk bukti lalu saya melaporkan ”– IU8 Pernyataan wawancara dari safety officer bahwa metode yang digunakan dalam sistem pelaporan adalah dengan cara melihat, memantau, mengkomunikasikan dan melaporkan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara kepada informan kunci yang menyatakan bahwa : “Metode yang dilakukan adalah dengan observasi dan kemudian membuat report yang akan di submit ke kami pihak konsultan ” – IK Pernyataan wawancara dari konsultan tersebut informan kunci bahwa metode yang digunakan dalam sistem pelaporan adalah dengan cara observasi dan kemudian membuat report atau laporan. Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara kepada informan pendukung yang menyatakan bahwa : “Ya caranya mungkin diberitahu dulu ke safety nanti safety memberitahukan yang di lapangan itu kaya gimana baru pelaporan ke atasannya safety dari safety ke bagian lainnya disosialisasikan ” – IP1 “Melihat atau observasi, mencatat kemudian memberikan solusi dengan mengambil tindakan yang tepat di lapangan ” – IP2 Jadi, komponen input berupa metode pelaporan yang dimiliki perusahaan berdasarkan pernyataan wawancara dari semua informan utama, informan pendukung dan informan kunci bahwa bentuk metode yang digunakan dalam sistem pelaporan near miss, unsafe act, dan unsafe condition adalah dengan cara melihat atau observasi, memantau, mengkomunikasikan lalu membuat laporan.

C. Hasil Gambaran Tahap Proses dalam Sistem Pelaporan Near

Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 Hasil ini merupakan gambaran pada tahap proses di dalam penelitian untuk mengetahui sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition. Informasi yang diperoleh untuk mengetahui gambaran proses berdasarkan wawancara dengan sebelas informan yaitu dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, melakukan observasi dan telaah dokumen. Telaah dokumen yang dilakukan terhadap beberapa data dan informasi diperoleh dari hasil laporan yang ada di perusahaan.