Metode Penentuan Sampel Metode Pengumpulan Data

Selain menggunakan grafik, pengujian normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan 0,05 maka semua data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, apabila nilai Kolmogorov- Smirnov signifikan 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Penyimpangan asumsi model klasik adalah adanya multikolinearitas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna koefisien korelasi tinggi atau bahkan 1. 4 Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi yaitu dengan menggunakan VIF Variance Inflation Factor dan nilai Tolerance, maka: a Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 VIF ≤ 10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas. b Jika nilai Tolerance tidak kurang dari 1 Tolerance ≥ 1 atau 0,10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Penyimpangan asumsi model klasik selanjutnya adalah adanya heteroskedastisitas. Dalam persamaan regresi perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang 4 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi Yogyakarta: BPFE, 2013, hal. 84 satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama, disebut terjadi homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak samaberbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisistas. 5 Model regresi dengan heteroskedastisitas mengandung konsekuensi yang serius bagi estimator metode OLS karena tidak lagi BLUE. 6 Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui apakah suatu model regresi mengandung unsur heteroskedastisitas atau tidak. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya heteroskedastisitas, sebagai berikut: a Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola literatur bergelombang, kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas b Jika tidak ada pola tertentu yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas menggunakan Scatterplot sangat lemah karena hanya mengandalkan analisis visual. Untuk mendapatkan kepastian dalam menentukan terjadi atau tidaknya masalah 5 Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Jakarta: Buku Kita, 2009, hal. 82 6 Agus Widarjono, Ekonometrika Yogyakarta: EKONOSIA, 2009, hal. 117 heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Uji Glejser pada umumnya meregresikan antara nilai residual yang absolut dengan semua variabel independennya. Uji Glejser secara umum dinotasikan sebagai berikut: e = b 1 + b 2 X 2 + v Dimana: e = nilai absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model X 2 = variabel penjelas. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. b Terjadi heteroskedastisitas, jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. d. Uji Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t berada dan kesalahan pengganggu periode t-1 sebelumnya. Jika kita menganalisis data runtut waktu time series maka variabel gangguan antara waktu akan saling berhubungan. Oleh karena itu, data runtut waktu diduga sering kali mengandung unsur autokorelasi. Sedangkan data cross section diduga jarang ditemui adanya unsur autokorelasi. 7 Pengujian masalah autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin Watson Uji Dw, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 DW -2. 2. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 DW +2. 3. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW +2. 8 2. Uji Hipotesis a. Uji Parsial Uji t Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel independen secara masing-masing parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan: a Bila t hitung t tabel maka Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 7 Agus Widarjono, Ekonometrika, hal. 141 8 Danang Sunyoto, Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 116 b Bila t hitung t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha artinya bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai signifikansi t pada tingkat α yang digunakan yaitu sebesar 5. Analisis ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai signifikansi 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut: a Jika signifikansi t 0,05, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. b Jika signifikansi t 0,05 maka Ho diterima yang berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Uji Simultan Uji F Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan perubahan nilai variabel tergantung atau tidak. Untuk menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok fit atau tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. 9 Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 9 Suliyanto, Ekonometrika Terapan, hal. 61 a Bila F hitung F tabel maka Ho diterima dan menolak Ha, artinya bahwa secara simultan variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b Bila F hitung F tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha artinya bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai signifikansi F pada tingkat α yang digunakan yaitu sebesar 5. Analisis ini didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut: a Jika signifikansi F 0,05, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. b Jika signifikansi F 0,05 maka Ho diterima yang berarti variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Uji Koefisien Determinasi R 2 Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel- variabel bebas independen terhadap variabel terikatnya dependen. Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai Adjusted R-square R 2 . Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 yaitu 0 ≤ R 2 ≤ 1. Bila R 2 = 1 berarti 100 total variasi variabel terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya dan menunjukkan ketepatan yang baik, dan bila R 2 = 0 berarti tidak ada total variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebasnya. 10

F. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen Y Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi pembiayaan mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Juni 2009 hingga Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah. 2. Variabel Independen X Variabel independen yang digunakan sebagai berikut : a. Dana Pihak Ketiga DPK X 1 Dana Pihak Ketiga DPK adalah dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat oleh bank. Dana simpanan deposit masyarakat merupakan jumlah dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Deposit ini terdiri dari berbagai bentuk, yaitu simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka dan rekening giro. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai 10 Yanti Budiasih, Statistika Deskriptif Untuk Ekonomi Bisnis Tangerang: Jelajah Nusa, 2012, hal. 198 operasinya dari sumber dana ini. Data DPK diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah. b. Capital Adequacy Ratio CAR X 2 Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio modal yang menunjukan kemampuan suatu bank dalam menutupi setiap risiko yang terjadi atas kegiatan operasional dalam pengembangan usahanya. Bank yang mampu menutupi risiko dengan dana modalnya menunjukan bank tersebut dalam keadaan sehat. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan Syariah, yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen perbulan. c. Inflasi X 3 Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga- harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Atau kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Data tentang inflasi yang digunakan adalah data laju inflasi dalam persen yang terjadi di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data pada Bank Indonesia yang dapat diakses pada situs www.bi.go.id . Data ini berupa data bulanan, yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen per bulan. d. Nilai Tukar Rupiah X 4 Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing adalah nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dalam hal ini adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Data operasional yang digunakan berupa data bulanan, yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk rupiah. Data ini diperoleh dari data pada Bank Indonesia yang dapat diakses pada situs www.bi.go.id . e. Tingkat Bagi Hasil X 5 Tingkat bagi hasil adalah sebuah bentuk pengembalian dari kontrak investasi berdasarkan suatu periode tertentu dengan karakteristiknya yang tidak tetap dan tidak pasti besar kecilnya perolehan tersebut. Besarnya ketentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama tanpa adanya unsur paksaan. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada Statistik Perbankan Syariah, yaitu dari Juni 2009 sampai Juni 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen. 67 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini data diolah secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistics 22 untuk mempercepat mendapatkan perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Pembiayaan mudharabah pada BPRS menjadi variabel dependen. Sementara itu yang menjadi variabel independen dana pihak ketiga DPK, Capital Adequacy Ratio CAR, inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat bagi hasil. Hasil dan pembahasan masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama di mana ada yang bertindak sebagai shahibul mal pemilik dana dan sebagai mudharib pengelola dana dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Apabila pembiayaan mudharabah dapat dilaksanakan dengan maksimal akan menggerakan sektor ekonomi riil yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran. Perkembangan pembiayaan mudharabah pada BPRS dapat dilihat pada gambar berikut:

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar (kurs) dan inflasi terhadap pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013

9 73 133

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

2 9 189

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

10 23 17

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

0 0 15

PENDAHULUAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indonesia).

0 2 9

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

1 2 121

ANALISIS PENGARUH NPF, CAR, FDR, DPK, DAN ROA TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

4 27 17