Pembiayaan Mudharabah Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw dan Rasulullah saw pun membolehkannya.” HR. Thabrani 5

3. Rukun Mudharabah

Faktor-faktor yang harus ada rukun dalam akad mudharabah adalah: 6

a. Pelaku pemilik modal maupun pelaksana usaha

Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal shahibul mal, sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha mudharib atau ‘amil. Tanpa dua pelaku ini, akad mudharabah tidak ada. b. Objek mudharabah modal dan kerja Faktor kedua objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian 5 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2009, hal. 95-96 6 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, hal. 205-206 gharar besarnya modal mudharabah. Namun para ulama mazhab Hanafi membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan shahibul mal . Yang jelas tidak boleh adalah modal mudharabah yang belum disetor. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan hutang. c. Persetujuan kedua belah pihak ijab-qabul Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin-minkum sama-sama rela. Di sini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. d. Nisbah keuntungan Faktor yang keempat yakni nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidk ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yag berhak diterima oleh keduan pihak yang bermudharabah.

4. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah

Skema standar mudharabah adalah skema yang berlaku antara dua pihak saja secara langsung, yakni shahibul-mal berhubungan langsung dengan mudharib . Dan inilah sesungguhnya praktik mudharabah yang dilakukan oleh nabi dan para sahabat serta umat muslim sesudahnya. Dalam kasus ini, yang terjadi adalah investasi langsung direct financing antara shahibul-mal sebagai surplus unit dengan mudharib sebagai deficit unit. Dalam direct financing seperti ini, peran bank sebagai lembaga perantara intermediary tidak ada. Mudharabah klasik seperti ini memiliki ciri-ciri khusus, yakni bahwa biasanya hubungan antara shahibul-mal dengan mudharib merupakan hubungan personal dan langsung serta dilandasi rasa saling percaya amanah. Shahibul-mal hanya mau menyerahkan modalnya kepada kepada orang yang ia kenal dengan baik, profesionalitas maupun karakternya. Modus mudharabah seperti itu tidak efisien lagi dan kecil kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal: a. Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, di mana mereka tidak saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang langsung dan personal. b. Banyak investasi sekarang ini yang membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahibul-mal untuk sama-sama menjadi penyandang dana untuk satu proyek tertentu. c. Lemahnya disiplin terhadap ajaran islam menyebabkan sulitnya bank memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya. Untuk mengatasi hal di atas, khususnya masalah pertama dan kedua, maka ulama kontemporer melakukan inovasi baru atas skema mudharabah, yakni mudharabah yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini diperankan oleh bank syariah sebagai lembaga perantara yang mempertemukan shahibul-mal dengan mudharib. Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah Dalam skema indirect financing di atas, bank menerima dana dari shahibul-mal dana pihak ketiga sebagai sumber dananya. Dana-dana ini dapat berupa tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu bervariasi. Selanjutnya, dana-dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan earning assets. Keuntungan dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik dana pihak ketiga. 7

C. Dana Pihak Ketiga DPK

Dana pihak ketiga simpanan menurut UU Perbankan RI No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah danatau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain 7 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 210-211 Mudharib Pelaku usaha Bank Syariah Intermediasi Keuangan Shahibul- mal Pemilik dana Penitipan dana Penyaluran dana Bagi Hasil Bagi Hasil Defisit Unit Surplus Unit yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah. 8 BPRS tidak melakukan penghimpunan dana dalam bentuk giro, maka pembahasan DPK dalam penelitian ini hanya tabungan dan deposito. 1. Tabungan Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, danatau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

a. Tabungan Wadiah

Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, Bank Syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah. Beberapa ketentuan umum tabungan wadiah sebagai berikut: 1. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat on call sesuai dengan kehendak pemilik harta. 8 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 107 2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. 3. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening. b. Tabungan Mudharabah Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib pengelola dana, sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal pemilik dana. Bank Syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, Bank Syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah trustee, yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Beberapa ketentuan umum tabungan mudharabah sebagai berikut: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 9 2. Deposito Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah danatau UUS. Jangka waktu deposito bisa 1, 3, 6 dan 12 bulan. Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, DSN MUI telah 9 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 297-301

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar (kurs) dan inflasi terhadap pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013

9 73 133

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

2 9 189

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

10 23 17

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

0 0 15

PENDAHULUAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indonesia).

0 2 9

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

1 2 121

ANALISIS PENGARUH NPF, CAR, FDR, DPK, DAN ROA TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

4 27 17