Inflasi Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation. 2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Ini disebut cost inflation. 20 Gambar 2.2 Kurva Demand Inflation Pada gambar 2.2, karena permintaan masyarakat akan barang-barang aggreat demand bertambah misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, maka kurva aggregat demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H 1 ke H 2 . 20 Boediono, Ekonomi Moneter, hal. 162-163 H 2 H 1 S D2 Q 1 Q 2 Harga Output D1 Gambar 2.3 Kurva Cost Inflation Bila biaya produksi naik misalnya, arena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat aggregat supply bergeser dari S1 ke S2. Kasus cost inflation biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang kelesuan usaha

3. Dampak Inflasi

Ada beberapa masalah sosial biaya sosial yang muncul dari inflasi yang tinggi ≥ 10 per tahun, yaitu : 21 a. Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang 21 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi Makroekonomi , Jakarta: LPFEUI, 2008, hal. 371-372 H 1 H 2 S2 S1 D Q 4 Q 3 Harga Output berpenghasilan kecil dan tetap kecil. Makin tinggi tingkat inflasi, makin cepat penurunan tingkat kesejahteraan. b. Makin Buruknya Distribusi Pendapatan Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Jika inflasi 20 per tahun, pertumbuhan tingkat pendapatan harus lebih besar dari 20 per tahun. Persoalannya adalah jika inflasi mencapai 20 per tahun, dalam masyarakat hanya segelintir orang yang mempunyai kemampuan meningkatkan pendapatannya ≥ 20 per tahun. Akibatnya, ada sekelompok masyarakat yang mampu meningkatkan pendapatan riil pertumbuhan pendapatan nominal dikurangi laju inflasi lebih besar dari 0 per tahun. Tetapi sebagian besar masyarakat mengalami penurunan pendapatan riil. Distribusi pendapatan, dilihat dari pendapatan riil, makin memburuk. c. Terganggunya Stabilitas Ekonomi Pengertian yang paling sederhana dari stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam perekonomian. Produsen berproduksi pada kapasitas penuh optimal. Konsumen juga memakai barang dan jasa optimal dengan kebutuhan mereka. Kondisi nyaman ini mulai terganggu bila inflasi yang relatif tinggi menjadi kronis. Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang masa depan ekspektasi para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik. Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak dari yang seharusnyabiasanya. Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi. Akibatnya, permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat. Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka menunda penjualan, untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Penawaran barang dan jasa berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Tentu saja, kondisi ekonomi akan menjadi semakin memburuk. Hubungan Inflasi Dengan Pembiayaan Mudharabah Kondisi perekonomian yang selalu menarik perhatian perbankan dalam menyalurkan pembiayaan adalah tingkat inflasi. Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Inflasi menyebabkan harga barang-barang menjadi naik. Ketika tingkat inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap dan kecil. Masyarakat akan mengurai konsumsi tersier, namun tetap menggunakan dananya untuk membeli bahan-bahan pokok guna memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Selain itu, dampak dari inflasi adalah melemahkan semangat menabung dari masyarakat dan mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu pemupukan kekayaan seperti tanah, bangunan, logam mulia mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial, transportasi dan lainnya. 22 Minat menabung masyarakat menurun menyebabkan dana yang dihimpun dari masyarakat jumlahnya ikut menurun. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada masyarakat.

F. Nilai Tukar Kurs

1. Pengertian Kurs

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang sesuatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. 23 Menurut Douglas Greenwald 1982:430 exchange rates nilai tukar uang atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan quotation harga pasar dari mata uang asing foreign currency dalam harga mata uang domestik domestic currency begitu pula sebaliknya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka 22 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hal. 139 23 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011, cetakan ke-20, hal 397 pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum. 24 Kebijakan nilai tukar uang dalam islam dapat dikatakan menganut sistem “managed floating”, dimana nilai tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah bukan merupakan cara atau kebijakan itu sendiri karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri. Jadi bisa dikatakan bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yang tepat. 25

2. Sistem Nilai Tukar di Indonesia

Secara umum dapat disimpulkan nilai tukar uang yang digunakan oleh Indonesia sejak periode 1964 hingga sekarang, sistem nilai tukar yang berlaku di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali yaitu: a. Sistem Nilai Tukar Tetap Sistem nilai tukar tetap fixed exchange rate dimana lembaga otoritas moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing yang terjadi. b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran 24 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam Bandung: Alfabeta, 2010, hal. 107 25 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, hal. 116 valuta asing, biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan neraca pembayaran. Dengan sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, maka BI melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread. c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Nilai tukar mengambang bebas, di mana pemerintah tidak mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Indonesia mulai menerapkan menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada periode 1997 hingga sekarang. Sejak pertengahan Juli 1997, rupiah mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai rupiah terhadap US dollar. 26 Apabila suatu negara mengalami defisit neraca perdagangan yaitu nilai impor lebih besar daripada nilai ekspornya, maka kurs mata uangnya akan meningkat atau dengan kata lain nilai mata uangnya mengalami penurunan depresiasi artinya bahwa nilai mata uang suatu negara menjadi semakin rendah dibandingkan mata uang mitra dagangnya. Dan sebaliknya jika suatu negara mengalami surplus neraca perdagangan dimana nilai ekspornya lebih 26 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, hal. 122-124 besar daripada nilai impornya, maka kurs mata uangnya akan menurun atau dengan kata lain nilai mata uangnya mengalami peningkatan apresiasi. 27

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, hubungan ekonomi antar negara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain, secara tidak langsung akan berdampak ada indikator suatu negara. Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuhbebas free floating system yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya US ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak masa itu naik turunnya nilai tukar fluktuasi ditentukan oleh kekuatan pasar. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US pasca diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang terus mengalami kemerosotan. Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat menembus level US70barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US dan berada kisaran Rp 9.200 sampai Rp 10.200 er US. Nilai tukar rupiah merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait dengan APBN. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan 27 Imamudin Yuliadi, Ekonomi Moneter Jakarta: PT. Indeks, 2008, hal. 61

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar (kurs) dan inflasi terhadap pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013

9 73 133

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

2 9 189

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

10 23 17

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

0 0 15

PENDAHULUAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indonesia).

0 2 9

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

1 2 121

ANALISIS PENGARUH NPF, CAR, FDR, DPK, DAN ROA TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

4 27 17