Analisis Deskriptif Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

menunjukkan bahwa meskipun BPRS merupakan lembaga keuangan mikro namun kepercayaan dan minat masyarakat untuk menyimpan dananya di BPRS semakin baik dan terus meningkat. Semakin banyak dana yang dapat dihimpun oleh bank semakin besar pula pembiayaan yag disalurkan oleh bank kepada masyarakat. 3. Capital Adequacy Ratio CAR Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio kecukupan modal pada bank maupun BPRS yang berfungsi untuk menutupi risiko kerugian dari aktiva produktif, misalnya pemberian pembiayaan. Nilai CAR yang tinggi dapat meningkatkan cadangan kas untuk memperluas pembiayaan yang diberikan oleh bank. Sehingga tingkat profitabilitas bank juga akan semakin meningkat. Perkembangan CAR pada BPRS selama periode 2009-2015 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.3 Perkembangan Capital Adequacy Ratio CAR pada BPRS Sumber : Bank Indonesia, data diolah 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 Ju n -09 Ok t-0 9 Fe b -10 Ju n -10 Ok t-1 Fe b -11 Ju n -11 Ok t-1 1 Fe b -12 Ju n -12 Ok t-1 2 Fe b -13 Ju n -13 Ok t-1 3 Fe b -14 Ju n -14 Ok t-1 4 Fe b -15 Ju n -15 Per sen Periode CAR Gambar di atas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan CAR secara signifikan pada tahun 2009, yaitu pada bulan september sebesar 30,27 meningkat secara signifikan menjadi 43,86 pada Oktober 2009. Namun terjadi penurunan yang signifikan pula pada November 2009, nilai CAR menjadi 34,57. Kemudian dari tahun 2010 hingga 2015 tingkat perkembangan CAR pada BPRS di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Selama periode 2010-2015, nilai CAR tertinggi terjadi pada bulan Februari 2010, yaitu sebesar 33,25. Kemudian mengalami penurunan menjadi 30,80 pada Januari 2011. Nilai CAR terus bergerak turun hingga mencapai 21,73 pada bulan Juni 2015. Walaupun nilai CAR terus mengalami penurunan, kondisi tersebut masih aman karena Bank Indonesia menetapkan besarnya modal minimum yang wajib disediakan oleh bank adalah sebesar 8. 4. Inflasi Inflasi merupakan masalah ekonomi yang hampir dihadapi oleh semua negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga barang secara umum dan berlangsung terus menerus. Tingkat inflasi yang masih rendah atau dibawah 10 pertahun masih dapat dengan mudah dikendalikan. Namun inflasi yang sudah mencapai dua digit ke atas, harus segera diatasi karena dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat dan mengganggu stabilitas ekonomi suatu negara. Perkembangan inflasi di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia Sumber : Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan gambar di atas pergerakan inflasi di Indonesia dari tahun 2009 hingga 2015 berfluktuatif. Dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan. Mulai Juni 2009 tingkat inflasi sebesar 3,65 kemudian sampai akhir tahun 2009 turun menjadi 2,78. Selama tahun 2010 tingkat inflasi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari sekitar 3 meningkat menjadi 6. Tetapi pada tahun 2011 hingga Februari 2012 inflasi mengalami penurunan menjadi 3,56. Kenaikan yang cukup besar terjadi pada bulan Juni sampai Juli 2013 yaitu dari 5,90 menjadi 8,61. Namun pada awal tahun 2015 tingkat inflasi kembali turun lagi ke angka 6,29. Meskipun di Indonesia sering terjadi kenaikan harga barang-barang tetapi tingkat inflasi di Indonesia masih tergolong ke dalam inflasi yang rendah karena masih berada di bawah angka 10. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 Ju n -09 Ok t-0 9 Fe b -10 Ju n -10 Ok t-1 Fe b -11 Ju n -11 Ok t-1 1 Fe b -12 Ju n -12 Ok t-1 2 Fe b -13 Ju n -13 Ok t-1 3 Fe b -14 Ju n -14 Ok t-1 4 Fe b -15 Ju n -15 Per sen Periode Inflasi 5. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar atau kurs menunjukkan seberapa besar rupiah yang diperlukan untuk memperoleh mata uang asing. Kurs yang berlaku di Indonesia saat ini adalah sistem kurs mengambang terkendali, yaitu kurs valuta asing ditentukan oleh kekuatan pasar sampai pada tingkat tertentu dan jika telah melampaui batas akan segera distabilkan oleh intervensi pemerintah. Perkembangan nilai tukar rupiah di Indonesia dari 2009 sampai 2015 dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 4.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Kurs di Indonesia Sumber : Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat bahwa perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dari tahun 2009 hingga 2015 cenderung melemah. Pada Juni 2009 nilai tukar rupiah berada di level Rp 10.257,59 dan terus menguat menjadi Rp 8.574,79 pada Agustus 2011. Sepanjang tahun 2012 sampai awal tahun 2015 nilai tukar rupiah terus melemah dari Rp 9.154,70 menjadi Rp 12.641,95. Hingga pada bulan Juni 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 Ju n -09 Ok t-0 9 Fe b -10 Ju n -10 Ok t-1 Fe b -11 Ju n -11 Ok t-1 1 Fe b -12 Ju n -12 Ok t-1 2 Fe b -13 Ju n -13 Ok t-1 3 Fe b -14 Ju n -14 Ok t-1 4 Fe b -15 Ju n -15 R u p iah Periode Kurs 2015 nilai tukar rupiah terhadap dollar kembali melemah, mencapai Rp 13.379,95. Angka ini menjadi angka tertinggi selama periode 2009-2015. Melemahnya nilai tukar rupiah ini disebabkan karena kondisi ekonomi Amerika yang semakin membaik sehingga dollar kembali menguat. Selain itu, neraca perdagangan negara mengalami defisit. Produk impor masih membanjiri pasaran, sementara tingkat ekspor negara kita masih rendah. 6. Tingkat Bagi Hasil Tingkat bagi hasil adalah prosentase pembagian hasil atas keuntungan yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Besarnya ketentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama dan harus terjadi dengan adanya kerelaan dimasing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Prinsip bagi hasil inilah yang membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah. Perkembangan tingkat bagi hasil pada BPRS di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 4.6 Perkembangan Tingkat Bagi Hasil pada BPRS Sumber : Bank Indonesia, data diolah 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Ju n -09 Ok t-0 9 Fe b -10 Ju n -10 Ok t-1 Fe b -11 Ju n -11 Ok t-1 1 Fe b -12 Ju n -12 Ok t-1 2 Fe b -13 Ju n -13 Ok t-1 3 Fe b -14 Ju n -14 Ok t-1 4 Fe b -15 Ju n -15 Per sen Periode Tingkat Bagi Hasil Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa perkembangan tingkat bagi hasil pada BPRS di Indonesia berfluktuasi. Selama periode 2009-2015, tingkat bagi hasil tertinggi terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu sebesar 23,52. Tingkat bagi hasil mengalami penurunan pada September 2011 yaitu sebesar 23,33 turun menjadi 15,81 pada Juni 2011. Tingkat terendah bagi hasil terjadi pada bulan Juli 2014 yaitu hanya 14,73. Besarnya tingkat bagi hasil yang diterima setiap bulannya berbeda-beda. Adakalanya bagi hasil yang diterima jumlahnya besar dan adakala jumlahnya kecil. Hal ini karena bagi hasil yang dibagikan kepada nasabah tergantung pada keuntungan usaha yang diperoleh.

B. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah data setiap variabel layak digunakan atau tidak dalam penelitian ini. Selain itu, uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum Best Linier Unbiased Estimator = BLUE yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Hasil pengujian asusmsi klasik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji normalitas dengan pendekatan Normal P-P Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov. 1 Analisis grafik dengan Normal P-P Plot Gambar 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot Berdasarkan gambar Normal P-P Plot di atas menunjukkan bahwa sebaran titik-titik relatif mendekati garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa data residual yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal. Kelemahan dari uji normalitas dengan Normal P-P Plot terletak pada kriteria dekatjauhnya sebaran titik-titik. Tidak ada batasan yang jelas mengenai dekat atau jauhnya sebaran titik-titik tersebut sehingga sangat dimungkinkan terjadi kesalahan penarikan kesimpulan. Untuk lebih meyakinkan bahwa data sudah berdistribusi normal maka dilakukan pula uji normalitas dengan menggunakan uji Komogorov-Smirnov. 2 Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.1 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N 72 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation .96414598 Most Extreme Differences Absolute .073 Positive .073 Negative -.072 Test Statistic .073 Asymp. Sig. 2-tailed .200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Asymp. Sig. 2-tailed adalah sebesar 0,200 lebih besar dari α 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel independen dan dependen dalam penelitian ini merupakan data yang berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Model regresi yang baik adalah tidak mengandung multikolinieritas. Untuk menguji multikoinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Suatu model regresi dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas apabila nilai Tolerance 0,01 atau nilai VIF 10. Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas: Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai Tolerance masing- masing variabel bebas DPK, CAR, Inflasi, Kurs dan TBH lebih besar dari 0,10. Begitu pula dengan nilai VIF variabel bebas DPK, CAR, Inflasi, Kurs dan TBH lebih kecil dari 10. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada semua variabel bebas tersebut. Berdasarkan syarat asumsi klasik regresi dengan OLS, maka model regresi linier yang baik adalah terbebas dari adanya multikolinieritas. Dengan demikian, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika residualnya mempunyai varians

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar (kurs) dan inflasi terhadap pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013

9 73 133

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

2 9 189

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

10 23 17

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

0 0 15

PENDAHULUAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indonesia).

0 2 9

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

1 2 121

ANALISIS PENGARUH NPF, CAR, FDR, DPK, DAN ROA TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

4 27 17