3 Kebisingan Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bisa
mempengaruhi performa kerja. Hampir sama halnya dengan pencahayaan, secara tidak langsung dapat memicu dan
meningkatkan rasa nyeri NPB yang dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang
tidak baik Spaulding, 2008. Seseorang yang menderita sakit kepala, tekanan darah tinggi dan nyeri punggung dan leher akan
mudah terpengaruh oleh efek lingkungan seperti kebisingan.
7. Metode Penilaian Faktor Pekerjaan Risiko NPB
Terdapat banyak metode penilain Faktor Pekerjaan risiko NPB antara lain yaitu:
a. NIOSH Lifting Equations Pada tahun 1981, NIOSH menerbitkan Work Practices Guide for
Manual Lifting untuk industri, metode penilaian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang meningkatkan risiko cedera
punggung. Mekanisme penggunaannya mengharuskan menganalisa data yang telah dikumpulkan yang berhubungan dengan tugas
mengangkat yaitu, lokasi vertikal beban, jarak pengangkatan beban, frekuensi dan jarak vertikal tempu beban, dan kemudian
menggunakan data-data model perkalian yang berasal dari nilai batas tindakan AL dan nilai minimum batas yang diizinkan MPL
menggunakan pendekatan industrial hygiene approach. Jika berat
aktual saat pekerja diminta untuk mengangkat di bawah tingkal AL, maka tugas dapat diterima. Jika berat aktual melebihi MPL dihitung
sebagai tiga kali AL, risiko yang signifikan dari tugas harus dievaluasi dan didesain ulang Karwowski dan Marras, 2006.
Versi NIOSH yang pertama hanya bisa diaplikasikan untuk angka pengangkatan manual yang terbatas. Kemudian, direvisi tahun 1991,
sehingga dapat diaplikasikan untuk pekerjaan pengangkatan untuk presentase angka yang lebih besar. NIOSH yang telah direvisi dapat
digunakan untuk mengevaluasi faktor asimetri, faktor pegangan tangan ke benda dan frekuensi pengangkatan Karwowski dan
Marras, 2006. Berikut adalah rumus NIOSH Lifting Equations:
Keterangan: LC Load Conctant : Konstanta beban
HM Horizontal Multiplier : Faktor pengali horizontal VM Vertical Multiplier : Faktor pengali vertikal
DM Distance Multiplier: Faktor pengali jarak perpindahan AM Asymemetric Multiplier : Faktor pengali asimetris
FM Frequency Multiplier : Faktor pengali frekuensi CM Coupling Multiplier : Faktor pengali koupling kondisi
pegangan beban. b.
Lumbar Motion Monitor Risk Assessment Model Lumbar Motion Monitor Risk Assessment Model gambar 2.5
adalah sebuah alat penilaian risiko yang dikembangan Marras dkk
1993. Alat penilaian ini dibuat menggunakan perangkat yang disebut Lumbar Motion Monitor LMM yang dikembangkan untuk
menangkap posisi sesaat, kecepatan, dan percepatan tulang belakang di pada tiga bidang pergerakan kardinal manuasia. Pendekatan
mereka untuk mengembangan alat penilaian ini adalah menggunakan perangkat goniometric tri-aksial untuk menangkap profil kinematik
tubuh pekerja saat melakukan pekerjaan dan kemudian dihubungkan dengan karakteristik kinematik bersama dengan deskripsi tugas,
kepuasan kerja, variabel kerja statis dari NIOSH Lifting Equation dengan riwayat kejadian cedera punggung Karwowski dan Marras,
2006. LMM menilai komponen dinamis risiko LBP atau NPB dalam
pengaturan kerja. LMM adalah electogoniometer triaksial yang bertindak sebagai eksoskeleton ringan dari tulang belakang. LMM
ditempatkan di bagian belakang individu, langsung pada tulang belakang, dan melekat dengan memanfaatkan sekitar panggul dan di
atas bahu. LMM menggunakan potensiometer untuk menukur posisi dari tulang belakang, dalam tiga dimensi. Data posisi dicatat di
komputer menggunakan software pendamping gambar 2.6 yang juga menghitung kecepatan dan percepatan gerakan tulang belakang
Stanton, 2006.
Gambar 2.5 Lumbar Motion Monitor
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
Sistem LMM dirancang untuk mengakomodasi mayoritas ukuran tubuh individu dan disesuaikan dengan empat kategori tambah
kecil, kecil, menengah dan besar. Hal ini penting untuk memastikan LMM sesuai sehingga gerakan batang akurat saat diukur. Ukuran
yang sesuai dipakai selama pengumpulan data tergantung pada sejumlah faktor, terutama seorang saat berdiri dan panjang punggung
dan jumlah gerakan yang dilakukan selama bekerja.
Gambar 2.6 Output yang dihasilkan dengan menggunakan software LMM
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
Perangkat lunak ini menyediakan berbagai metode untuk mengevaluasi data yang dikumpulkan, yaitu:
1 Informasi deskriptif tentang kinetika badan Ini termasuk rincian posisi, kecepatan dan percepatan dari ketiga
bidang pergerakan untuk setiap data yang dikumpulkan. Informasi ini berguna untuk deskripsi umum.
2 Risiko LBP atau NPB Risiko LBP atau NPB dapat dihitung dengan berbagai cara.
Risiko juga dapat dihitung untuk suatu tugas atau pekerjaan yang rata-rata pekerja yang telah menggunakan aktivitas sambil
mengenakan LMM. Penilaian ini memungkinkan pengguna untuk secara kuantitatif memastikan faktor pekerjaan misalnya,
fleksi, kecepatan memutar, lift rate kemungkinan paling bertanggung jawab atas tingkat risiko yang dihasilkan. Perangkat
lunak ini juga memungkinkan data dieksport ke file teks yang dapat dianalisis dengan menggunakan aplikasi lain.
c. Three-Dimensional Static Strength Prediction Program Model
Three-Dimensional Static
Strength Prediction
Program 3DSSPP model dikembangkan oleh para peneliti University of
Michigan adalah sistem permodelan biomekanika yang dapat digunakan untuk menghitung momen atau gaya saat bekerja pada
sendi yang terdiri dari rantai kinematik. Setelah model biomekanik tiga dimensi dikembangkan, momen tiga dimensi tentang L5S1 dan
tulang kompresi dapat dihitung. Selanjutnya saat postur tiga dimensi didapat kemudian dapat dibandingkan dengan data dari database
kapasitas kekuatan manusia sehingga estimasi presentasi populasi. Hasil dari pendekatan model ini adalah kompresi pada tulang
belakang dan presentasi dari populasi yang memiliki kapasitas untuk mengerahkan yang diperlukan tulang belakang sebagaimana pada
gambar 2.7 Karwowski dan Marras, 2006.
Gambar 2.7 Tiga dimensi model menggunakan 3DSSPP Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
d. Rapid Upper Limb Assessment RULA Metode RULA pertama kali dikembangkan oleh Lynn
McAtamney dan Niel Corlett, E 1993. Metode ini prinsip dasarnya hampir sama dengan metode REBA maupun metode OWAS. Ketiga
metode ini sama-sama mengobservasi segmen tubuh khususnya upper limb dan mentrasfernya dalam bentuk skoring. Selanjutnya,
skor final yang diperoleh akan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan saran perbaikan secara tepat Tarwaka, 2010.
RULA adalah sebuah metode menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktifitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan tubuh bagian
atas upper limb. RULA digunakan untuk menilai postur, beban dan pergerakan yang berhubungan dengan pekerjaan yang menetap.
Seperti pekerjaan yang termasuk pekerjaan yang menggunakan komputer, manufaktur dan pedagang dimana pekerja duduk atau
berdiri tanpa berpindah Nigel dan McAtamnety, 1993. Tahapan aplikasi metode RULA, sebagai berikut:
1 Menentukan siklus kerja dan mengobservasi pekerja selama variasi siklus kerja tersebut
2 Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan video atau foto
3 Menentukan skor postur tubuh saat bekerja pada bagaian tubuh seperti:
a Lengan atas b Lengan bawah
c Pergelangan tangan d Leher
e Badan f Kaki
4 Menentukan skor penggunan otot muscle use dan pembebanan atau pengerahan tenaga force
5 Menghitung grand skor dan action level untuk menilai kemungkian risiko yang terjadi.
e. Ovako Working Analysis System OWAS Metode OWAS diperkenalkan pertama kali oleh seorang penulis
dari Osmo Karhu Finlandia, tahun 1977 dengan judul “Correcting
working postures in industry: A practical method for analysis ” yang
diterbitkan di dalam “Applied Ergonomic” Tarwaka, 2010. Metode ini memungkinkan untuk dilakukan identifikasi pada beberapa
posisi; yaitu punggung, lengan dan kaki dengan pemberian kode pada masing-masing posisi. Namun demikian, metode ini tidak
menilai secara detail tingkat keparahan pada masing-masing posisi Tarwaka, 2010.
Posedur aplikasi metode OWAS, sebagai berikut: 1 Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan
menggunakan video atau foto 2 Pemberian kode pada posisi yang diamati untuk setiap posisi
dan pembebanan dengan membuat “kode posisi” identifikasi. 3 Menentukan skor postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh
seperti: a Punggung
b Lengan c Kaki
4 Menghitung untuk setiap kode posisi, kategori risiko yang mana dia berasal, untuk mengidentifikasi posisi kritis atau
yang lebih tingkat risikonya bagi pekerja 5 Menghitung presentase repetitif atau frekuensi relatif dari
masing-masing posisi pungung, lengan dan kaki yang berhubungan dengan posisi yang lainnya.
6 Penentuan hasil identifikasi pekerja pada posisi kritis, tergantung pada frekuensi relatif dari masing-masing posisi,
kategori risiko didasarkan pada masing-masing posisi dari berbagai bagian tubuh punggung, lengan dan kaki.
f. Rapid Entire Body Assessment REBA Metode REBA diperkenalkan oleh Sue Hignett dan Lynn
McAtamney yang secara efektif digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja. Metode ini merupakan hasil kerja kolaboratif oleh tim
ergonomist, fisioterapi, ahli, okupasi dan para perawat yang
mengidentifikasi sekitar 600 posisi di industri manufakturing Tarwaka, 2010. Metode REBA memungkinkan dilakukan suatu
analisis secara bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan, badan,
leher dan kaki. Metode ini juga mendefinisikan faktor-faktor lainnya yang dianggap dapat menentukan untuk penilaian akhir dari postur
tubuh, seperti beban atau force atau gaya yang dilakukan, jenis pegangan atau jenis aktivitas otot yang dilakukan oleh pekerja
Tarwaka, 2010. Skor akhir dari REBA memberikan indikasi dari level risiko dan tingkat keparahan dengan mengambil tindakan mana
yang harus didahulukan Hignett dan McAtamney, 2000 dalam Karwowski dan Marras, 2006. Metode ini relatif mudah digunakan
karena untuk mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan besar yang spesifik, hanya berupa range sudut.
1 Prosedur Penggunaan REBA Adapun prosdur dalam penggunaan REBA yaitu:
a Menentukan periode
waktu observasi
dengan mempertimbangkan posisi tubuh pekerja, dan jika
memungkinkan tentukan siklus waktu kerja b Posisi tubuh pekerja saat bekerja direkam untuk
memilih tugas dan postur yang akan dinilai pada langkah berikutnya.
c Lakukan identifikasi posisi untuk semua pekerjaan yang dianggap paling penting dan berbahaya untuk
penilaian lebih lanjut. 2 Langkah-langkah Penilaian REBA
Dalam rangka melakukan evaluasi mengenai postur tubuh, teknik REBA membagi memjadi 2 kelompok anggota tubuh,
kelompok A meliputi badan, leher dan kaki. Sementara itu kelompok B meliputi anggota tubuh bagian atas lengan,
lengan bawah dan pergelangan tangan. Langkah dan observasi penilaiannya yaitu:
a Kelompok A Penilaian Anggota tubuh bagian badan, leher dan kaki
1 Mengobservasi dan menentukan skor postur badan Posisi badan yang memiliki risiko terkecil
pada posisi badan tegak lurus. Badan pada posisi 20
atau lebih, baik pada posisi fleksi ataupun ekstensi akan semakin memperbesar risiko. Hal
ini dibuktikan dengan semakin besarnya skor untuk tiap postur yang berisiko. Skor akan
memiliki nilai yang lebih tinggi jika posisi badan pekerja membungkuk atau memutir secara lateral
karena untuk tiap keadaan ini skor akan bertambah satu. Skoring postur badan dapat
dilihat pada tabel 2.2.
Pada saat
posisi badan
fleksi terjadi
ketegangan terutama
pada ligamentum
interspinosus dan supraspinosus, diikuti dengan ligamentum intraskapular dan ligamentum flavum.
Beban kompresif pada diskus sewaktu fleksi membuat diskus berpotensi merobek anulus
fibrosus, akibatnya nucleus pulposus mampu keluar melalui robekan. Keluarnya hernia nucleus
pulposus selanjutnya dapat menekan saraf spinal, bila kerja sering membungkuk, ligamen dan otot-
otot penyangga tulanng belakang dapat melemah dan
meningkatkan tekanan
pada diskus
intervertebral Kurniawidjaja, 2014.
Tabel 2.2 Ilustrasi Posisi Badan dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi badan tegak lurus
2 Posisi badan fleksi : antara 0-20
dan ekstensi antara 0-20
3 Posisi badan fleksi: antara 20-60
dan ekstensi 20
4 Posisi badan membungkuk fleksi 60
+1 Posisi badan membungkuk dan atau
memutir secara lateral
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
2 Mengobservasi dan menentukan skor postur leher Posisi leher yang memiliki risiko terkecil pada
posisi 0 . Leher pada posisi 20
, baik pada posisi fleksi
ataupun ekstensi
akan semakin
memperbesar risiko. Hal ini dibuktikan dengan semakin besarnya skor untuk tiap postur yang
berisiko. Skor akan memiliki nilai yang lebih tinggi jika posisi leher pekerja menunduk atau
memutir secara lateral karena untuk tiap keadaan ini skor akan bertambah satu. Skoring postur leher
dapat dilihat pada tabel 2.3. Spina servikal sebagai sumber nyeri leher dan
punggung adalah struktur yang kompleks yang dapat
mengalami perubahan
patologis menyebabkan nyeri. Bahu yang menggantung
mempengaruhi spina sevikal. Skapula berotasi ke bawah, dada
menggantung, rongga toraks
berkurang sehingga kapasitas vital menurun dan orang bertambah pendek karena otot trapesius
berorigo pada spina servikal maka skapula yang tertekan memberi tegangan pada otot leher.
Foramen intervetebra lebih menutup pada postur lordotik sevikal yang meningkat dan akar syaraf
tertekan. Kontraksi isometrik yang telalu kuat
dapat menyebabkan robekan serabut otot serta edem. Kontraksi otot yang berkepanjangan akan
menyebabkan penekanan berkepanjangan pada diskus intervetebra Tulaar, 2008.
Tabel 2.3 Ilustrasi Posisi Leher dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi leher fleksi : antara 0-20
2 Posisi leher fleksi atau ekstensi 20
+1 Posisi leher menunduk dan atau memutir
secara lateral
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
3 Mengobservasi dan menentukan skor postur kaki Posisi kaki yang memiliki risiko terkecil pada
posisi kedua kaki tertopang dengan baik di lantai dalam keadaan berdiri maupun berjalan. Posisi
kaki jika salah satu kaki tidak tertopang di lantai dengan baik atau terangkat akan semakin
memperbesar risiko. Hal ini dibuktikan dengan semakin besarnya skor untuk tiap postur yang
berisiko. Skor akan memiliki nilai yang lebih tinggi jika posisi salah satu atau kedua lutut kaki
ditekuk fleksi antara 30-60 untuk keadaan ini skor
akan bertambah satu. Kenaikan tersebut mungkin bertambah sampai dengan dua, jika salah satu atau
kedua lutut kaki ditekuk fleksi 60 . Skoring
postur kaki dapat dilihat pada tabel 2.4. Duduk maupun berdiri dengan posisi yang
salah akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya.
Menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia
nukleus pulposus Samara, 2005.
Tabel 2.4 Ilustrasi Posisi Kaki dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi kedua kaki tertopang dengan baik di
lantai dalam keadaan berdiri maupun berjalan 2
Salah satu kaki tidak tertopang di lantai dengan baik atau terangkat
+1 Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara
30-60 +2
Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara 60
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
4 Memasukkan tiap skor yang didapat badan, leher
dan kaki ke dalam tabel A untuk mendapatkan
skor postur A. Skor psotur A dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Skor A REBA
Badan Leher
1 2
3 Kaki
Kaki Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2
2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3
2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4
3 5 6 7 5 6 7 9 6 7 8 9 5
4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9 5 Mengobservasi dan menentukan skor beban
force Beban yang tidak berisiko adalah beban seberat
kurang dari lima kg, sedangkan beban yang termasuk kategori berisiko adalah beban yang
memiliki berat lima kg. Skor akan memiliki nilai yang lebih tinggi jika pembebanan secara
tiba-tiba atau mendadak karena untuk keadaan ini skor akan bertambah satu. Skor beban dapat
dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Skor untuk beban atau
Force Skor
Posisi
+0 Beban atau force 5 kg
+1 Beban atau force antara 5
– 10 kg +2
Beban atau force 10 kg +1
Pembebanan atau force secara tiba-tiba atau mendadak
6 Menjumlahkan skor postur A dengan skor beban force untuk mendapatkan skor A
b Kelompok B Penilaian Anggota tubuh bagian atas 1 Mengobservasi dan menentukan skor postur
lengan Posisi lengan yang memiliki risiko terkecil pada
posisi 0-20 , baik pada posisi fleksi ataupun
ekstensi. Posisi yang berisiko adalah posisi fleksi pada sudut 21-45
, 45-90 dan 90
atau pada posisi ekstensi 20
. Hal ini dibuktikan dengan semakin besarnya skor untuk tiap postur yang
berisiko. Skor ini akan bertambah jika bahu diangkat atau lengan diputar atau dirotasi atau jika
lengan diangkat menjauh dari badan untuk keadaan ini skor akan bertambah satu. Tetapi skor
akan berkurang satu jika berat lengan ditopang untunk menahan gravitasi. Skoring postur lengan
dapat dilihat pada tabel 2.7. Bahu dalam pengukuran REBA disebut
sebagai posisi lengan atas yang menggantung mempengaruhi spina sevikal. Skapula berotasi ke
bawah, dada
menggantung, rongga
toraks berkurang sehingga kapasitas vital menurun dan
orang bertambah pendek karena otot trapesius berorigo pada spina servikal maka skapula yang
tertekan memberi tegangan pada otot leher. Foramen intervetebra lebih menutup pada postur
lordotik sevikal yang meningkat dan akar syaraf tertekan. Kontraksi isometrik yang telalu kuat
dapat menyebabkan robekan serabut otot serta edem. Kontraksi otot yang berkepanjangan akan
menyebabkan penekanan berkepanjangan pada diskus intervetebra Tulaar, 2008.
Tabel 2.7 Ilustrasi Posisi Lengan dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi lengan fleksi atau ekstensi antara
0-20 2
Posisi lengan fleksi antara 21-45 atau
ekstensi 20 3
Posisi lengan fleksi antara 46-90 4
Posisi lengan fleksi 90 +1
Jika bahu diangkat atau lengan diputar atau dirotasi
+1 Jika lengan diangkat menjauh dari badan
-1 Jika berat lengan ditopang untuk
menahan gravitasi
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
2 Mengobservasi dan menentukan skor postur lengan bawah
Posisi lengan bawah yang memiliki risiko terkecil pada posisi fleksi pada sudut 60-100
. Posisi yang
berisiko adalah posisi fleksi pada sudut 60 atau
100 . Hal ini dibuktikan dengan semakin besarnya
skor untuk tiap postur yang berisiko. Skoring postur lengan bawah dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Ilustrasi Posisi Lengan Bawah dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi lengan bawah fleksi antara 60-100
2 Posisi lengan fleksi 60
atau 100
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
3 Mengobservasi dan menentukan skor postur pergelangan tangan
Posisi pergelangan tangan yang memiliki risiko terkecil yaitu paa posisi fleksi atau ekstensi pada
sudut 0-15 yang mendapat skor satu skor
terkecil. Posisi yang berisiko adalah posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi pada sudut
15 . Risiko akan bertambah besar jika pada
pergelangan tangan saat bekerja mengalami torsi atau deviasi baik ulnar maupun radial karena skor
bertambah satu untuk keadaan tersebut. Skoring postur pergelangan tangan dapat dilihat pada tabel
2.9.
Tabel 2.9 Ilustrasi Posisi Pergelangan Tangan dan
Skoring Skor
Posisi
1 Posisi pergelangan tangan fleksi atau
ekstensi antara 0-15 2
Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi 15
+1 Pergelangan tangan pada saat bekerja
mengalami torsi atau deviasi baik ulnar maupun radial
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
4 Memasukkan tiap skor yang didapat lengan, lengan bawah dan pergelangan tangan ke dalam
tabel B untuk mendapatkan skor postur B. Skor postur B dapat dilihat pada tabel 2.10.
Tabel 2.10 Skor B REBA
Lengan Lengan Bawah
1 2
Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan
1 2
3 1
2 3
1 1
2 2
1 2
3 2
1 2
3 2
3 4
3 3
3 4
4 5
5 4
4 5
5 5
6 7
5 6
7 8
7 8
8 6
7 8
8 8
9 9
5 Mengobservasi dan menentukan skor untuk jenis pegangan
Jenis pegangan yang tidak berisiko adalah pegangan baik dan kekuatan pegangan berada
pada posisi tengah, sedangkan beban yang berisiko adalah pegangan yang terlalu dipaksakan
atau tidak ada pegangan atau genggaman tangan. Skor jenis pegangan dapat dilihat pada tabel 2.11.
Tabel 2.11 Skoring untuk Jenis Pegangan
Skor Posisi
+0 Pegangan Bagus Pegangan kontainer
baik dan kekuatan pegangan berada pada posisi tengah
+1 Pegangan Sedang Pegangan tangan
dapat diterima, tetapi tidak ideal atau pegangan optimum yang dapat diterima
untuk menggunakan bagian tubuh lainnya
+2 Pegangan Kurang Baik Pegangan ini
mungkin dapat digunakan tetapi tidak diterima
+3 Pegangan Jelek Pegangan ini terlalu
dipaksakan, atau tidak ada pegangan atau genggaman tangan, pegangan
bahkan tidak dapat diterima untuk menggunakan bagian tubuh lainnya.
6 Menjumlahkan skor postur B dengan skor untuk jenis pegangan untuk mendapatkan skor B
7 Masukkan ke dalam matriks masing-masing nilai skor A dan skor B untuk mendapatkan skor C.
Skor C dapat dilihat pada tabel 2.12.
Tabel 2.12 Skor C REBA
Skor A
Skor B
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 1
1 1
1 2
3 3
4 5
6 7
7 7
2 1
2 2
3 4
4 5
6 6
7 7
8 3
2 3
3 3
4 5
6 7
7 8
8 8
4 3
4 4
4 5
6 7
8 8
9 9
9 5
4 4
4 5
6 7
8 8
9 9
9 9
6 6
6 6
7 8
8 9
9 10 10 10 10 7
7 7
7 8
9 9
9 10 10 11 11 11 8
8 8
8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9
9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Gambar 2.8 Diagram Alur Penilaian dengan Metode REBA
Sumber: Karwowski dan Marras, 2006
8 Mengobservasi dan menentukan skor untuk jenis aktivitas otot. Skoring untuk jenis aktivitas otot
dapat dilihat pada tabel 2.13
Tabel 2.13 Skoring untuk Jenis Aktivitas Otot
Skor Posisi
+1 Satu atau lebih bagian tubuh dalam
keadaan statis, misalnya ditopang untuk lebih dari 1 menit
+1 Gerakan berulang-ulang terjadi, misalnya
repetisi lebih dari 4 kali per menit tidak termasuk berjalan
+1 Terjadi perubahan yang signifikan pada
postur tubuh atau postur tubuh tidak stabil selama bekerja
9 Menjumlahkan skor C dengan jenis aktivitas otot untuk mendapatkan skor akhir REBA
Nilai skor akhir merupakan nilai akhir dari pengukuran dengan menggunakan metode REBA. Metode REBA
mengklasifikasikan skor akhir ke dalam lima tingkatan. Setiap tingkat aksi menentukan tingkat risiko dan tindakan
korektif yang disarankan pada posisi yang dievaluasi. Semakin besar nilai dari hasil yang diperoleh, maka akan
lebih besar risiko yang dihadapi untuk posisi yang bersangkutan. Nilai satu menunjukan nilai minimum,
sedangkan nilai 15 adalah nilai maksimum, yang menyatakan bahwa posisi tersebut berisiko tinggi dan harus segera
diambil tindakan secepatnya, sebagimana dapat dilihat pada tabel 2.14, dibawah ini:
Tabel 2.14 Kategori Tingkat Risiko
Skor REBA
Action Level
Tingkat Risiko
Tindakan Perbaikan
1 Sangat rendah
Tidak ada tindakan yang diperlukan
2 - 3 1
Rendah Mungkin diperlukan
tindakan 4
– 7 2
Sedang Diperlukan tindakan
8 - 10 3
Tinggi Diperlukan tindakan
segera 11 - 15
4 Sangat tinggi
Diperlukan tindakan sesegera mungkin
3 Kelebihan dan Kekurangan REBA Metode REBA memiliki banyak kelebihan, antara lain:
a Merupakan metode yang sangat sensitif untuk mengevaluasi risiko
b Membagi segmen-segmen tubuh yang akan diberi kode secara individu, dan mengevaluasi baik anggota badan
bagian atas maupun badan, leher dan kaki c Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh
pada beban postural selama penanganan kontainer yang dilakukan dengan tubuh atau bagian tubuh lainnya
d Dapat digunakan untuk postur tubuh yang stabil maupun tidak stabil
e Skor akhir dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, untuk menentukan prioritas penyelidikan dan
perubahan yang perlu dilakukan
Selain memiliki beberapa kelebihan, metode REBA ini pun memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan, antara lain:
a Hanya menilai aspek postur dari pekerja b Tidak mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh
pekerja terutama yang berkaitan dengan faktor psikososial
c Tidak menilai kondisi lingkungan kerja terutama yang berkaitan dengan vibrasi, temperatur, dan jarak
pandang.
Tabel 2.15 Kelebihan dan Kelemahan Metode Penilaian Faktor Pekerjaan Risiko NPB
No. Metode Penilaian Risko
Kelebihan Kelemahan
1. NIOSH Lifting Equations
1. Terdokumentasikan dengan baik 2. Telah teruji dalam beberapa penelitian
laboratorium 3. Metode perhitungannya tersedia di internet
Karwowski dan Marras, 2006 1. Banyak keterbatasan praktis
2. Metode masih dapat dimodifikasi 3. Membutuhkan beberapa langkah-langkah
teknis Karwowski dan Marras, 2006
2. Lumbar Motion Monitor
Risk Assessment Model 1. Data yang dikumpulkan adalah kuantitatif dan
tiga dimensi dari kinematika tubuh 2. Model risiko LBP atau NPB menentukan
sejauh mana tingkat risiko atau keseluruhan tingkat risiko LBP atau NPB itu sendiri
3. Dampak dari intervensi pekerjaan dapat dinilai dengan cepat
Karwowski dan Marras, 2006 1. Penggunaan LMM membutuhkan pelatihan
bagi yang menggunakan 2. Pengumpulan data memerlukan keterlibatan
aktif dari pekerja 3. Penilaian biasanya membutuhkan lebih
banyak waktu pengumpulan data 4. LMM dapat bersentuhan dengan peralatan
lainnya ketika dipakai di ruang kerja 5. Model risiko LBP atau NPB tidak menilai
potensi risiko cedera pada bagian tubuh lainnya.
Karwowski dan Marras, 2006 3.
Three-Dimensional Static
Strength Prediction
Program Model 1. Dapat menilai risiko yang terkait dengan satu
kali pergerakan, karena membandingkan langsung saat diperlukan dari pekerjaan
2. Dapat memperkirakan nilai kompresi tulang belakang yang dapat dibandingkan dengan
batas beban untuk menilai risiko relatif 3. Digunakan untuk pekerjaan yang dilakukan
berulang Karwowski dan Marras, 2006
1. Tidak memiliki
torsi atau
kekuatan kompresi tulang belakang yang mendekati
kemampuan kekuatan manusia atau batas beban kompresi tulang belakang
Karwowski dan Marras, 2006
Tabel 2.14 Lanjutan No.
Metode Penilaian Risko Kelebihan
Kelemahan
4. Rapid
Upper Limb
Assessment RULA 1. Menilai sebuah angka perbedaan postur
selama putaran
dalam bekerja
untuk menyiapkan sebuah profil dari beban otot
2. Untuk dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan intervensi lebih lanjut dari
tindakan perbaikan 3. Pemberian skor pada RULA terperinci,
misalnya penambahan sudut drajat pada setiap postur, gaya, dan beban mendapatkan
tambahan nilai satu
4. Mudah digunakan, cepat, praktis, dapat dikombinasikan dengan metode lainnya
5. Dapat digunakan untuk menilai secara teliti pekerjaan atau postur untuk satu pekerja atau
kelompok Karwowski dan Marras, 2006
1. Hanya terfokus pada faktor-faktor risiko terpilih yang dievaluasi
2. Hanya untuk pekerjaan dengan postur kerja duduk terus-menerus dan berdiri statis,
kurang cocok untuk pekerjaan dengan gerakan yang dinamis
3. Metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan
menggenggam, meluruskan,
memutar dan memerlukan tekanan pada telapak tangan
4. Metode ini tidak mengukur antropometri tempat kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya postur janggal Tarwaka, 2010
5. Ovako Working Analysis
System OWAS 1. Banyak digunakan dan didokumentasikan
2. Mudah digunakan, cepat praktis dan dapat dikombinasikan dengan metode lainnya
Tarwaka, 2010 1. Tidak
menilai secara
detail tingkat
keparahan pada masing-masing posisi 2. Tidak memisahkan bagian kanan atau kiri
pada tubuh ekstremitas atas; tidak ada penilaian leher dan siku atau pergelangan
tangan
3. Tidak mempertimbangkan penggulangan atau durasi postur
Tarwaka, 2010
Tabel 2.14 Lanjutan No.
Metode Penilaian Risko Kelebihan
Kelemahan
6. Rapid
Entire Body
Assessment REBA 1. Merupakan metode yang sangat sensitif untuk
mengevaluasi risiko 2. Membagi segmen-segmen tubuh yang akan
diberi kode
secara individu,
dan mengevaluasi baik anggota badan bagian atas
maupun badan, leher dan kaki 3. Metode ini digunakan untuk menganalisis
pengaruh pada beban postural selama penanganan kontainer yang dilakukan dengan
tubuh atau bagian tubuh lainnya
4. Dapat digunakan untuk postur tubuh yang stabil maupun tidak stabil
5. Skor akhir
dapat digunakan
dalam menyelesaikan masalah, untuk menentukan
prioritas penyelidikan dan perubahan yang perlu dilakukan
Karwowski dan Marras, 2006 1. Hanya menilai aspek postur dari pekerja
2. Tidak mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh pekerja terutama yang
berkaitan dengan faktor psikososial 3. Tidak menilai kondisi lingkungan kerja
terutama yang berkaitan dengan vibrasi, temperatur, dan jarak pandang
Karwowski dan Marras, 2006
79 Berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode penilaian faktor
pekerjaan risiko NPB pada tabel 2.15, maka penulis memilih menggunakan metode REBA dikarenakan beberapa alasan,
antara lain: a Metode REBA membagi segemen-segmen tubuh
menjadi anggota tubuh bagian badan, leher, kaki dan anggota tubuh bagian atas. Dimana pada REBA
terdapat penilaian pada postur badan, leher, kaki dan lengan yang mana posisi tersebut berhubungan dengan
terjadinya keluhan NPB. b Cepat dan praktis.
c Dapat digunakan untuk postur tubuh yang stabil maupun tidak stabil.
C. Analisis Statistik