Sebaiknya perusahaan mewajibkan kepada pekerja agar melakukan senam pagi secara rutin dan lebih memperhatikan pola makan dan jenis
makan yang dikonsumsi. Olahraga yang teratur juga memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis, dan berbagai penyakit rangka
serta penyakit lainnya, olahraga sangat menguntungkan karena risikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara bertahap, dimulai
dengan intensitas rendah pada awalnya untuk menghindari cedera pada otot dan sendi Kurniawidjaja, 2011. Serta keuntungan lain dari olahraga
terlihat pada senam aerobik selama 50 menit tiga kali seminggu dapat mengendalikan tekanan darah dan lemak darah Yatim, 2005. Latihan
olahraga, sebagaimana diketahui mempunyai pengaruh yang jelas pada penurunan kadar lemak dan kolestrol dalam darah Sumosardjuno, 1990.
6. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan NPB
Masa kerja diukur dengan menjumlahkan total keseluhuhan masa kerja di PT. Bakrie Metal Industries. Menurut Ohlsson dkk 1989
melaporkan bahwa terjadinya peningkatan derajat keeratan OR antara nyeri pada leher dan bahu dengan masa kerja yang bergantung pada usia
kerja. Derajat peningkatan keluhan MSDs semakin bertambah ketika masa kerja seseorang semakin lama. Hal ini dikarenakan tingkat
endurance otot yang sering digunakan untuk bekerja akan menurun seiring dengan lamanya seseorang bekerja. Berdasarkan tabel hasil 5.4,
dapat dilihat bahwa pada bagian fabrikasi pekerja yang memiliki masa kerja terendah adalah 23 bulan dan pekerja yang memiliki masa kerja
terlama adalah 307 bulan 25 tahun 7 bulan, dengan rata-rata masa kerja
pekerja adalah 92.98 bulan 7 tahun 8 bulan. Sedangkan pada bagian office pekerja memiliki masa kerja terendah adalah 12 bulan dan pekerja
yang memiliki masa kerja terlama adalah 299 bulan 24 tahun 11 bulan, dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 132.48 bulan 11 tahun 1
bulan. Distribusi dari kedua bagian tersebut adalah pekerja yang memiliki masa kerja terendah adalah selama 12 bulan dan pekerja yang
memiliki masa kerja terlama adalah 307 bulan 25 tahun 7 bulan, dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 107.1 bulan 8 tahun 11 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa pada bagian fabrikasi dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 92.98 bulan 7 tahun
8 bulan, pekerja lebih banyak berusia ≥ 30 tahun. Pada bagian office dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 132.48 bulan 11 tahun 1
bulan, pekerja lebih banyak berusia ≥ 30 tahun. Dikarenakan dengan masa kerja yang telah cukup lama tersebut maka pekerja pada kedua
bagian tersebut telah memiliki usia ≥ 30 tahun. Hal tersebut didukung dengan data dari Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan
Pusdatinaker Kota Bekasi tahun 2012, pekerja dengan usia 15-34 tahun berjumlah 911.984 sedangkan pekerja berusia 35-55 tahun berjumlah
853.972 Pusdatinaker, 2012. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja yang berusia ≥ 30 tahun lebih banyak dari pada pekerja yang
berusia 30 tahun. Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerjaan yang terkait
dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa kerja merupakan
faktor risiko yang sangat mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan risiko terjadinya NPB. Berdasarkan hasil analisis antara faktor masa kerja
dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries menunjukan bahwa pada kelompok pekerja yang memiliki keluhan NPB
sebanyak 63.2 memiliki masa kerja rata-rata 91.56 bulan 7 tahun 8 bulan, sedangkan kelompok pekerja yang tidak memiliki keluhan NPB
sebanyak 36.8 memiliki masa kerja rata-rata 41.02 bulan 3 tahun 5 bulan. Hasil diatas sesuai dengan teori dari Ohlsson dkk 1989, bahwa
keluhan MSDs akan semakin bertambah ketika masa kerja seseorang bertambah juga kejenuhan baik secara fisik maupun psikis.
Berdasarkan hasil uji statistik tabel 5.7 diperoleh p value sebesar 0.448 P value 0.05 hal ini menunjukkan hipotesis ditolak yang berarti
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara masa kerja dengan keluhan NPB pada pekerja di bagian Fabrikasi PT. Bakrie
Metal Industries tahun 2015. Tidak adanya hubungan dimungkinkan karena pekerja rata-rata memiliki masa kerja 9 tahun sehingga belum
banyak pekerja yang bekerja lebih dari 15 tahun. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Oktarisya 2009, didapatkan
bahwa sebesar 66,7 pekerja yang telah bekerja lebih dari 15 tahun telah mengalami MSDs, diantaranya pada bagian bahu kanan dan kiri, leher
dan punggung bawah. Akibatnya keluhan NPB yang dirasakan oleh pekerja belum terasa atau belum ada pada saat penelitian dilakukan.
Kemungkinan lainnya disebabkan karena faktor pekerjaan lebih berpengaruh terhadap timbulnya keluhan NPB. Faktor lainnya, proses
adaptasi dapat memberikan efek positif yang dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan aktivitas atau performasi kerja dan
kemungkinan pekerja telah beradaptasi dengan pekerjaannya. Serta adanya perpindahan pekerja rolling dengan perusahaan Bakrie lainnya
dengan jenis pekerjaan yang sejenis pada bagian fabrikasi sehingga menyebabkan pada bagian fabrikasi masa kerjanya terbilang lebih
singkat dibandingkan dengan bagian office. Hasil tersebut tidak sesuai dengan yang hasil penelitian yang
dilakukan oleh Oktarisya 2009, bahwa sebesar 66,7 pekerja yang berumur lebih dari 15 tahun telah mengalami MSDs, diantaranya pada
bagian bahu kanan dan kiri, leher dan punggung bawah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa derajat peningkatan keluhan MSDs semakin
meningkat ketika masa kerja seseorang semakin lama, karena semakin lama seseorang bekerja tentunya akan menerima risiko lebih besar jika
dibandingkan dengan pekerjaan yang baru. Penelitian tersebut juga tidak sesuai dengan hasil penelitian Handayani 2011, dimana dalam
penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan MSDs, dengan nilai p value pada
penelitian tersebut sebesar 0.004 p value ≤ 0.05, ketidaksesuaian
dikarenakan adanya perbedaan sampel dalam penelitian dimana sampel penelitian tersebut adalah pekerja pada bagian polishing.
Namun hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Mutiah 2013, dimana dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan MSDs,
dengan nilai p value pada penelitian tersebut sebesar 0.434 p value 0.005. Serta sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti
2011, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada bagian bahu, pinggang dan
kaki.
7. Hubungan Pencahayaan dengan Keluhan NPB