akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp.8.000 untuk dewasa serta Rp.5.000 untuk anak-anak dan siswa sekolah. Dari total pembayaran tersebut hanya Rp.5.000
yang masuk ke dalam kas pengelola sementara Rp.3.000 menjadi tarif retribusi tempat rekreasi Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Serdang
Bedagai. Setelah sampai, wisatawan dapat menikmati beragam sarana dan prasarana
yang ditawarkan. Sarana dan prasarana yang tersedia dibangun secara swadaya dan sederhana oleh penduduk setempat. Sarana dan prasarana yang ditawarkan
beragam yang sangat mendukung keberlanjutan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah.
3.4.1 Pemandu Wisata
Pemandu wisata atau yang biasa disebut sebagai guide sangat mudah ditemukan di wisata mangrove Kampoeng Nipah. Hal ini dikarenakan masyarakat
setempat yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata mangrove sadar akan konsep wisata sehingga mereka tahu cara menghadapi kunjungan wisatawan. Pemandu
wisata yang juga merupakan masyarakat setempat paham betul tentang ekowisata mangrove Kampoeng Nipah. Mereka bahkan fasih bercerita tentang sejarah
hingga aktifitas mereka saat ini. Setiap orang yang tergabung dalam kelompok Muara Baimbai ini dapat
dipastikan dapat menjadi pemandu wisata. Semua hampir memiliki kemampuan yang sama untuk menginformasikan kepada pengunjung tentang kawasan
ekowisata tersebut. Pertama sekali saya datang ke lokasi wisata Kampoeng Nipah
langsung disambut oleh seorang perempuan paruh baya yang sedikit tambun mendatangi saya sambil bertanya “mau ngapain dek, ada yang bisa ibu bantu?”
dengan halus saya membalas pertanyaan beliau “saya mau lihat-lihat dulu buk, nanti kalo ada yang penting saya hubungi ibu ya” Beliau balik tersenyum sambil
berkata “Iya, silahkan berkeliling dulu sambil dinikmati pemandangannya, kalo ada apa-apa datang aja ke kantin, Ibu selalu dikantin sampe nanti sore”
Begitulah cara pengelola setempat menyambut tamu. Disini tidak tersedia receptionist atau information center yang dibangun secara khusus. Semua
dikerjakan secara bersama-sama di kantin yang merangkap sebagai pusat informasi sekaligus. Hal ini mempunyai beberapa nilai positif, salah satunya
pengunjung bisa bertanya dan berbagi cerita secara langsung sambil menikmati menu makanan yang disediakan oleh pihak pengelola.
Untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan ekowisata maka Bang Tris selaku ketua melatih anggota kelompok khususnya pemuda dan anggota yang
baru bergabung untuk cakap komunikasi sehingga dapat memandu tiap pengunjung yang datang. Pelatihan ini bahkan dilakukan sampai larut malam
karena cukup sulit mengajarkan kepada mereka tentang informasi yang mendukung ekowisata mangrove. Mayoritas penduduk setempat hanya tamat di
bangku SMP bahkan ada yang tidak tamat pendidikan SD sehingga Bang Tris bekerja ekstra untuk melatih mereka.
3.4.2 Joglo