Struktur Organisasi Pengelolaan Ekowisata

BAB IV PENGELOLAAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS

MASYARAKAT

4.1 Struktur Organisasi Pengelolaan Ekowisata

Pengelolaan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah berada dibawah koperasi yang dibentuk oleh Kelompok Muara Baimbai. Secara struktural Pengelolaan ini memiliki Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara serta Manajer yang dirinci sebagai berikut: Susunan Pengurus Periode 2011 - 2016  Ketua I : Sutrisno  Ketua II : Ahmad Yani  Ketua III : Nurlia  Sekretaris : Zainal Abidin  Wakil Sekretaris : Sulastri  Bendahara : Saniah  Wakil Bendahara : Ahkmad Jais Susunan Pengawas Periode 2011 – 2016  Ketua : Sopian  Sekretaris : Sainik  Anggota : Hermansyah : Irwansyahril : Arwandani Dalam kepengurusan kawasan ekowisata setidaknya kelompok Muara Baimbai memiliki tiga ketua yang diangkat untuk menjalankan ekowisata. Pemilihan ketiga ketua didasarkan pada keadaan kelompok yang tidak setiap saat berada dilokasi ekowisata. Masing-masing anggota kelompok memiliki kesibukan tersendiri. Diluar pengelolaan ekowisata mangrove mereka memiliki kewajiban lain yang tidak bisa ditinggalkan misalnya bekerja sehingga ketika ketua I tidak berada dilokasi ekowisata maka ada ketua II atau ketua III yang siap menggantikan sementara. Selain adanya susunan kepengurusan, dalam pengelolaan ekowisata juga terdapat susunan pengawas yang terdiri dari ketua, seketaris dan anggota. Keberadaan susunan pengawas adalah untuk mengawasi berjalannya operasional ekowisata mangrove. Secara lebih spesifik kepengurusan pengelolaan ekowisata memiliki tujuan tersendiri ketika dibentuk, antara lain: 1 Mengundang individu dan stakeholder lain yang dipandang memiliki komitmen dan keberpihakan yang sama terhadap hutan mengrove sebagai kelompok independen. 2 Melakukan pertemuan bulanan anggota perkumpulan dan warga binaan untuk mengkoordinasikan dan mengimplementasikan rencana kerja bulanan. Misalnya ketika akan menyambut tahun baru maka seluruh pengelola ekowisata akan rapat membahas kegiatan yang akan dilakukan saat malam pergantian tahun. Melalui rapat bulanan tersebut maka dibentuklah kepanitian untuk mengimplementasikan rencana yang telah dibuat sebelumnya. 3 Melakukan monitoring dan evaluasi bulanan bersama yang melibatkan kelompok independen sebagai bagian dari mekanisme pengawasan dan pertanggungjawaban sosial. 4 Melakukan pembukuan keuangan yang transparan dan akuntabel demi menjaga dan mengembangkan kepercayaan terhadap sesama anggota kelompok dan warga binaan. Selain itu, jika ketersedian dana cukup, maka audit juga dilakukan dengan membayar jasa auditor keuangan independen. Jika hal-hal di atas dapat dijalankan maka kelompok ini akan dapat memastikan tujuan yang telah dicanangkan akan berhasil. Selain itu, terpeliharanya hutan mangrove dan mekanisme pengelolaan yang berkesinambungan akan menjadi ukuran keberhasilan yang utama. Secara keseluruhan pengelolaan ekowisata ini melibatkan semua anggota kelompok yang terdiri dari 56 anggota dimana anggota pria berjumlah 38, anggota wanita berjumlah 18 namun yang aktif hanya 50 anggota saja. Anggota yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata umumnya adalah nelayan dan ibu rumah tangga. Banyak diantara mereka bahkan merupakan pasangan suami istri yang sama-sama terlibat dalam pengelolaan ekowisata mangrove. Dalam perkembangannya kelompok Muara Baimbai tetap membuka peluang untuk orang yang ingin bergabung khusunya nelayan setempat. Untuk bergabung mereka hanya dikenakan Rp.200.000 sebagai simpanan pokok serta membayar iuran rutin sebesar Rp.10.000 tiap bulannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar kas kelompok tetap terisi.

4.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekowisata

Dokumen yang terkait

Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

16 108 104

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

3 41 146

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

BAB II GAMBARAN UMUM SEI NAGALAWAN 2.1 Sekilas Tentang Desa Sei Nagalawan - Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

0 1 28

Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

1 1 17

Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 1 16

Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 1 13

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI PESISIR SEI NAGALAWAN KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA

1 11 16