BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian ini mengkaji tentang pengelolaan ekowisata mangrove berbasis masyarakat dalam pengembangan ekowisata Kampoeng Nipah di Desa Sei
Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian didasarkan pada ketertarikan peneliti terhadap perkembangan ecotourism
1
Mangrove merupakan jenis tanaman yang tumbuh di pesisir pantai. Hampir sepanjang pantai di nusantara ditumbuhi oleh tanaman mangrove.
Mangrove memiliki fungsi penting dalam ekosistem pesisir, keberadaan mangrove mampu menahan abrasi pada bibir pantai. Mangrove juga menjadi
tempat yang baik untuk berkembang biak bagi beberapa spesies ikan yang akan menghasilkan telur. Selain itu mangrove juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi
untuk dimanfaatkan. Salah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam
gelombang besar termasuk tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dewasa
ini serta keprihatinan akan kerusakan ekosistem mangrove akibat aktivitas manusia.
1
Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Didalam tulisan ini digunakan istilah ekowisata yang banyak dipakai sebagai istilah umum berdasarkan konsep yang
digunakan oleh Chafid Fandeli dalam buku pengusahaan ekowisata
dampak tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau
2
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologi
dan ekonomi. Fungsi ekologi meliputi penahan abrasi, amukan angin topan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi
.
3
air laut dan sebagai penyedia nutrient bagi biota perairan. Sementara itu, fungsi ekonomi antara lain sebagai
penyedia kayu, daun-daunan sebagai penyedia obat-obatan, bahan bangunan, alat penangkap ikan dan pupuk pertanian
4
Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia memberikan dampak negatif terhadap ekosistem mangrove. Hutan mangrove banyak digunduli untuk
kepentingan sesaat. Ada yang menjadikan tambak, perkebunan kelapa sawit dan lain sebagainya. Akibat pemanfaatan mangrove yang menyalahi aturan kini
kondisi mangrove terancam. Hampir sebagian mangrove di Indonesia mengalami kerusakan yang cukup parah.
. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau yang terlindung
dari angin atau di belakang tumbuh karang di lepas pantai yang terlindung Nybakken, 1992 dalam Suryono, 2013
2
Hutan Bakau Http:id.m.wikipedia.orgwikiHutan_bakau
diakses 10 April 2014
3
Intrusi air laut adalah masuknya atau menyusupnya air laut ke dalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung di dalamnya. Erinutami.blogspot.com2012intrusi-air-
laut.html?m=1
4
Mulyadi. S. Ekonomi Kelautan Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2005 Hal.2
Menurut penelitian Badan Lingkungan Hidup BLH Sumatera Utara Sumut menyebutkan, 90 persen mangrove di Sumatera Utara mengalami
kerusakan cukup parah. Penyebabnya antara lain, alih fungsi hutan mangrove menjadi perkebunan sawit dan tambak ikan. Alih fungsi menjadi perkebunan
sawit mencapai 12 ribu hektar lebih, sementara tambak ikan 10 ribu hektar lebih. Kerusakan cukup besar terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten
Batubara, Kota Tanjung Balai, Kota Sibolga dan Nias
5
Rusaknya ekosistem mangrove berdampak langsung pada kehidupan masyarakat pesisir. Seperti misalnya kerusakan mangrove di Secanggang,
menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 33,89 persen dimana kelompok yang paling terkena dampaknya adalah nelayan. Selain itu, sekitar 85,4 persen
masyarakat pesisir di kawasan tersebut kesulitan dalam berusaha dan mendapatkan pekerjaan dibandingkan sebelum kerusakan mangrove
. Keberadaan ekosistem mangrove berhubungan erat dengan manusia.
Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kawasan hutan mangrove beralih fungsi menjadi lahan yang lebih
bernilai ekonomis. Praktik tersebut diatas perlahan-lahan mengancam keberadaan mangrove karena cenderung mengabaikan fungsi utama mangrove.
6
5
Penelitian Hutan Mangrove Sumatera Utara Rusak Parah
. Sementara itu di Sei Nagalawan awalnya hutan mangrove juga pernah mengalami kerusakan
yang tidak jauh berbeda dengan Secanggang. Mereka bahkan merasakan
http:www.mongbay.co.id20131214penelitian-hutan-mangrove-sumatera-utara-rusak-parah diakses pada tanggal 10 April 2014
6
Ahmad Suryono, Sukses Usaha Pembibitan Mangrove Sang Penyelamat Pulau. Pustaka Baru Press, Jogjakarta, 2013 Hal.23
dampaknya secara langsung bilamana terjadi angin kencang yang langsung bergerak ke rumah penduduk. Hasil tangkapan juga menurun dan mereka harus
melaut lebih jauh menuju ke tengah laut akibat rusaknya mangrove. Mereka bahkan tidak dapat lagi menemukan kepiting bakau yang hidup dan berkembang
biak di hutan-hutan bakau
7
1. Daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut sebagai something
to see, artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain.
. Salah satu cara agar pesisir tetap produktif tanpa merusak kestabilan
ekosistem mangrove adalah dengan mengembangkan kawasan hutan mangrove menjadi kawasan ekowisata. Pengembangan ekowisata tentu akan saling
menguntungkan dimana mangrove tetap lestari dan masyarakat pesisir tetap mendapatkan keuntungan dengan tidak merusak ekosistem mangrove.
Pengembangan ekowisata mangrove dengan melibatkan masyarakat setempat merupakan program sustainability development dimana masyarakat dapat terus
merasakan manfaatnya selama mangrove dikelola dengan manajemen yang baik. Daerah tujuan wisata setidaknya harus memenuhi tiga syarat utama untuk
dikunjungi oleh wisatawan potensial, yaitu:
2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut something to do,
artinya di tempat tersebut banyak yang bisa dilihat dan dilakukan,
7
Wawancara langsung dengan salah satu penduduk setempat yang juga mengelola ekowisata mangrove 24 Mei 2014
harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang membuat mereka tinggal lebih lama.
3. Di daerah tersebut harus ada apa yang disebut dengan istilah something
to buy, artinya di daerah tersebut harus ada fasilitas untuk berbelanja terutama barang-barang kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh
8
Ketiga hal tersebut setidaknya telah ada di ekowisata mangrove Sei Nagalawan. Pengelolaan ekowisata mangrove disini memiliki apa yang disebut
sebagai something to see yang tidak dimiliki daerah lain meliputi pemandangan muara sungai, pesisir, ekosistem mangrove, aktivitas nelayan serta penduduk
setempat. Secara budaya, Sei Nagalawan juga memiliki keistimewaan tersendiri karena mayoritas penduduk setempat merupakan suku bangsa Banjar yang hidup
secara dominan. Something to do disini meliputi berbagai kegiatan aktivitas misalnya, tracking mengelilingi mangrove baik dengan berjalan, menyewa
perahu, menanam mangrove, memancing dan lain sebagainya. Sementara berkaitan dengan something to buy, pengunjung atau wisatawan dapat membeli
produk hasil laut maupun produk olahan hasil mangrove. Produk tersebut meliputi menu makanan seafood hasil laut, kerupuk olahan berbahan dasar ikan tongkol,
kerupuk mangrove, teh mangrove, dodol maupun sirup yang diolah dari mangrove. Ketiga hal tersebut sudah dijalankan oleh masyarakat setempat sebagai
pengelola yang telah memiliki kesadaran dalam pariwisata. .
8
Murniarti, “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata” Skripsi FISIP-UNS, 2008 Hal:18
Pengembangan mangrove untuk tujuan wisata berbasis wisata telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah desa wisata mangrove di Desa Sei
Nagalawan, Serdang Bedagai. Pengelolaan desa wisata mangrove melibatkan masyarakat setempat sebagai pengelola. Mangrove yang dikelola masyarakat
merupakan mangrove yang mereka tanam sendiri secara swadaya. Awalnya, kondisi ekosistem mangrove di Desa Sei Nagalawan telah mencapai tahap kritis,
namun berkat kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan, lahan tersebut ditanami kembali dan kini mereka merasakan manfaatnya. Mangrove
telah menjadi salah satu sumber pendapatan mereka. Berkaitan dengan desa wisata, hal ini merupakan salah satu target
pengembangan pariwisata. Desa dinilai masih alami dan memiliki daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan daerah perkotaan yang lumayan padat
penduduknya dan sangat kompleks. Para wisatawan lebih senang berkunjung di tempat yang bebas dari kebisingan dan aktivitas yang mereka lakukan seharian.
Desa wisata diartikan sebagai tempat atau daerah yang memiliki produk, pelaku, akses dan potensi sehingga menjadikan daerah tersebut sebagai tempat tujuan
wisata
9
1.2 Tinjauan Pustaka