akan mengajak seluruh anggota kelompok untuk hadir dan berdiskusi untuk mengambil keputusan. Anggota kelompok juga memiliki pemahaman yang baik
tentang keorganisasian. Mereka menjalankan pekerjaaan sesuai dengan apa yang telah disepakati secara bersama-sama.
Pembagian tugas biasa dilakukan dengan berdiskusi terlebih dahulu. Bila sedang ramai seperti di akhir pekan atau hari libur maka hampir sebagian anggota
kelompok terlibat dalam pengelolaan. Pembagian kerja dilakukan secara spesifik misalnya 2-3 orang bertugas untuk menjaga pintu masuk dan menjual tiket, 2
orang bertugas menjaga pemotongan tiket, 2 orang menjaga parkir, 5 orang menjaga kantin, 5 orang menjaga tempat penjualan oleh-oleh, 2 orang menjaga
toilet, 8 orang membuat oleh-oleh serta beberapa orang menjaga kawasan ekowisata.
4.3 Masyarakat Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Ekowisata
Pengelolaan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah melibatkan 50 lebih masyarakat setempat dalam operasionalnya. Bang Iyan merupakan satu dari
puluhan penduduk setempat yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah. Bang Iyan lahir tahun 1970 di Kampoeng Nipah dan sampai
saat ini masih berdomisili di Sei Nagalawan. Seperti kebanyakan penduduk yang tinggal di pesisir Bang Iyan pernah bekerja sebagai nelayan. Namun karena terus
mendesaknya kebutuhan ekonomi maka beliau memutuskan untuk menjadi karyawan di PT. Aquafarm yang beroperasi di Sei Nagalawan.
Beliau mulai bergabung dengan Kelompok Muara Baimbai sejak tahun 2009 hingga saat ini. Beliau ikut menikmati bagaimana hidup matinya kelompok
yang kini sudah cukup dikenal dalam mengelola ekowisata mangrove Kampoeng Nipah. Beliau salah satu orang yang berjibaku untuk mendirikan kelompok ini
agar dapat terus berjalan dengan dukungan para nelayan setempat. Bekerja di PT. Aquafarm tidak membuat beliau lantas meninggalkan
kelompok. Setiap sabtu dan minggu ketika libur kerja beliau selalu menghabiskan waktu di lokasi ekowisata untuk mendukung dan memastikan ekowisata ini terus
berjalan. Kendati bergerak dengan sangat lambat beliau tetap yakin ekowisata mangrove ini mampu menjadi jaminan hari tua anggota-anggota kelompoknya.
Beliau berkata: “Disini kita memang ga dapat gaji seperti ditempat wisata
lainnya. Pendapatan dari pengelolaan ini dikumpul di kas dan setahun sekali baru dibuka terutama waktu mau lebaran,
alhamdulillah dapatnya lumayan banyak dan mendukung ekonomi. Selain itu kita disini juga punya simpan pinjam, jadi
kita bisa simpan uang tiap bulannya dan kalo lagi butuh uang tinggal pinjam”
Itulah penjelasan beliau mengapa ekowisata mangrove ini harus terus
dijalankan. Beliau bercerita bahwa masalah finansial merupakan masalah awal yang mereka hadapi dalam pengembangan ekowisata. Kendati demikian, sudah
banyak investor yang ingin menanamkan modal di ekowisata mangrove namun beliau dan seluruh anggta kelompok menolak.
“Udah banyak investor yang mau nanam modal disini tapi kita ga kasih. Kalo mereka nanam modal yang ada kita malah jadi
pekerja mereka kan” Kini beliau bersama anggota kelompok yang lain tetap berpegang teguh
pada komitmen awal untuk menjadikan ekowisata mangrove milik bersama.
Pengelolaan yang swadaya dan tidak memberatkan membuat Bang Iyan terus bergabung.
Selain Bang Iyan adapula Bang Isa yang sudah cukup lama bergabung untuk mengelola ekowisata mangrove. Beliu merupakan seorang nelayan yang
menggantungkan hidupnya berdasarkan hasil yang diperoleh dari tangkapannya. Sebagai nelayan tentu tidak bisa berharap hasil tangkapannya akan selalu banyak.
Kendati tidak mengeluarkan modal yang banyak untuk menangkap ikan namun ketidakpastian hasil tangkapan membuat beliau mulai berpikir untuk mulai
mencari pekerjaan tambahan.
Berkat pemahaman beliau yang mulai memandang ke depan tentang hari tua maka beliau memutuskan untuk bergabung dengan Kelompok Muara Baimbai.
Disini beliau mulai bisa menabung dan melakukan simpanan. Selain itu ikan hasil tangkapannya semakin bernilai ekonomis manakala dijual di lokasi ekowisata.
Bergabungnya Bang Isa bukan serta merta dilakukan ketika mangrove ini sudah menjelma menjadi kawasan ekowisata. Jauh ketika lahan mangrove masih
terhampar kosong beliau sudah bergabung dan ikut melakukan penanaman bersama anggoat kelompok.
Mengelola kawasan ekowisata mangrove tidak serta merta dilakukan hanya oleh kaum pria. Banyak kaum perempuan yang merupakan ibu rumah
tangga juga terlibat aktif, salah satunya adalah Ibu Saniah. Beliau merupakan salah satu perempuan yang sudah terlibat sejak awal penanaman mangrove oleh
Kelompok Muara Baimbai. Bersama dengan kaum perempuan yang lain beliau melakukan penanaman mangrove dengan kondisi alam yang panas dan lokasi
penanaman berlumpur yang dalamnya hampir sepinggang orang dewasa. Dengan sukarela beliau ikut melakukan penanaman ini dan sekarang beliau sudah
menikmati hasilnya. Memiliki 9 orang anak tidak serta merta membuat Ibu Saniah hanya
berdiam diri di rumah. Kini beliau disibukan dengan kegiatan kelompok dalam pengelolaan ekowisata. Beliau menjadi salah satu perempuan yang paham betul
tentang teknik pengolahan mangrove menjadi bahan makanan. Tidak semua anggota kelompok paham akan teknik ini. Oleh karena itu beliau sangat penting
dalam pengolahan mangrove menjadi produk makanan. Saat ini beliau menjabat sebagai Bendahara Koperasi Serba Usaha Muara
Baimbai. Bergabung sejak awal pembentukan hingga sekarang membuat beliau paham betul akan arti kelompok. Dari kelompok beliau belajar kebersamaan
untuk mencapai satu tujuan yang sama. Kini beliau dengan suami serta anaknya terlibat dalam pengelolaan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah.
4.4 Oleh–Oleh Khas Mangrove