Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa Internasional
menyiapkan dan mengambil langkah-langkah yang perlu agar negara- negara yang bersengketa bertemu satu sama lain dan merundingkan
sengketanya. Bila pihak-pihak yang bersengketa telah setuju untuk saling bertemu, berakhir pulalah misi negara yang menawarkan jasa-jasa
baiknya tersebut.
c. Mediasi wasaathatun
A voluntary process that is sometimes used when negotiation seems to be failing is mediation.
31
Mediasi merupakan salah satu alternatif dan cara penyelesaian suatu persengketaan dimana para pihak-pihak yang bersengketa
menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator dengan maksud untuk memperoleh hasil yang adil dan diterima oleh para pihak yang
bersengketa.
32
Apabila dibandingkan dengan good offices maka keterlibatan pihak ketiga dalam mediasi sudah lebih besar. Dalam mediasi, mediator
berperan aktif mendamaikan pihak-pihak bersengketa, memiliki kewenangan-kewenangan tertentu memimpin jalannya perundingan, juga
mendistribusikan proposal masing-masing pihak bersengketa. Mediator
31
John D. Donnell dkk, Law For Business Illinois – USA: Richard D. Irwin, INC, 1983,
Edisi Revisi, h. 21.
32
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Jakarta: Sinar Grafika, 2012, h. 322.
juga diharapkan bisa memberikan proposal untuk menyelesaikan sengketa.
Jika usulan oleh mediator tidak diterima, maka mediator masih dapat melanjutkan fungsi mediasinya dengan membuat usulan-usulan
baru. Karena itu, salah satu fungsi utama mediator adalah mencari berbagai solusi penyelesaian, mengidentifikasi hal-hal yang dapat
disepakati oleh para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat mengakhiri sengketa. Pasal 3 dan 4 the Hague Convention on the
Peaceful Settlement of Disputes 1907 menyatakan bahwa usulan-usulan yang diberikan mediator janganlah dianggap sebagai suatu tindakan yang
tidak bersahabat terhadap suatu pihak yang merasa dirugikan.
33
Penyelesaian sengketa melalui mediasi menempatkan kedua belah pihak pada posisi yang sama, tidak ada pihak yang dimenangkan atau
pihak yang dikalahkan win-win solution.
34
33
Article 3: Independently of this recourse, the Contracting Powers deem it expedient and desirable that one or more Powers, strangers to the dispute, should, on their own initiative and as far
as circumstances may alow, offer their good offices or mediation to the States at variance. Power strangers to the dispute have the right to offer good offices or mediation even during the course of
hostilities. The exercise of this right can never be regarded by either of the parties in dispute as an unfriendly act.
Article 4: The part of the mediator consists in reconciling the opposing claims and appeasing the feelings of resentment which may have arisen between the States at variance.
34
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional Jakarta: Kencana, 2009, h. 24.
Mediasi hanya dapat terlaksana dalam hal para pihak bersepakat dan mediator menerima syarat-syarat yang diberikan oleh para pihak yang
bersengketa.
35
d. Pencarian Fakta fact findingInquiry
36
Fungsi dari inquiry adalah untuk memfasilitasi penyelesaian sengketa dengan mencari kebenaran fakta, tidak memihak, melalui
investigasi secara terus menerus sampai fakta yang disampaikan salah satu pihak dapat diterima oleh pihak yang lain.
37
Inquiry dapat dilaksanakan oleh suatu komisi yang permanen. Individu maupun
organisasi terpilih untuk memberikan expert opinion-nya. The Hague Convention for the Pacific Settlement of International
Disputes tahun 1907 dengan tegas mengatakan bahwa laporan komisi pencarian fakta sifatnya terbatas mengungkapkan fakta-faktanya saja
dan bukan merupakan suatu keputusan: .... is limited to a statement of facts and has in no way the character of an award .... Pasal 35.
38
35
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer Bandung: PT Refika Aditama, 2006, h. 227.
36
Pencarian fakta dalam bahasa Arab disebut tahqiqi
37
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, Cet.Kedua, h. 331.
38
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet.Kedua, h. 21.
e. Konsiliasi mushaalihat
Konsiliasi menurut the Institute of International Law melalui the Regulations on the Procedure of International Conciliation yang
diadopsinya pada tahun 1961 dalam Pasal 1 dinyatakan: a method for the settlement of international disputes of any nature
according to which a Commission set up by the Parties, either on a permanent or an ad hoc basis to deal with a dispute proceeds to the
impartial examination of the dispute and attempts to define the terms of a settlement susceptible of being accepted by them, or of
affording the Parties with a view to its settlement, such aid as they may have requested.
John Wade dari Bond Universiry Dispute Resolution Center, Australia memberikan definisi konisliasi sebagai berikut:
“Conciliation is a process by which the parties in a conflict with assisting of neutral third party conciliator identifying the problem,
creating options, consider solution options, and strive to rech agreement
.”
39
Hakim Manly O. Hudson mengatakan bahwa kosiliasi adalah: “Suatu proses penyusunan usulan-usulan penyelesaian setelah diadakan
penyelidikan mengenai fakta dan suatu upaya untuk mencari titik temu pendirian-pendirian yang saling bertentangan. Para pihak dalam sengketa
itu tetap bebas menerima atau menolak proposal-proposal yang dirumuskannya tersebut”.
40
39
Arus Akbar Silondae dan Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Bisnis Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2010, h. 93.
40
Oentoeng Wahjoe, Hukum Pidana Internasional Perkembangan Tindak Pidana Internasional Proses Penegakannya Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011, h. 144.
Konsiliasi merupakan metode penyelesaian sengketa secara politik yang menggabungkan cara-cara inquiry dengan mediasi. Dalam konsiliasi
pihak ketiga melakukan penyelidikan terhadap sengketa yang dipermasalahkan para pihak dan kemudian memberikan rangkaian usulan
formal penyelesaian sengketanya. Usulan penyelesaian ini bagaimanapun tidak mengikat disputing parties. Konsiliasi dapat dilakukan oleh
lembaga atau komisi yang permanen maupun ad hoc. Dalam praktik, perbedaan antara mediasi internasional dan
konsiliasi internasional terkadang masih samar-samar blurred, tetapi pusat ide dari konsiliasi itu sendiri yaitu konsiliator atau badan
konsiliasi yang diharapkan untuk mengeluarkan keputusan yang tidak mengikat is expected to issue a non-binding decision.
41
2. Penyelesaian Sengketa Secara Damai Melalui Jalur Organisasi Internasional
a. Penyelesaian Melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa al-umamu al-
muttahidatu Seperti termuat dalam pasal 1 Piagam PBB, tujuan utama PBB
United Nation adalah menciptakan perdamaian dan keamanan internasional.
42
PBB juga mendorong agar sengketa-sengketa diselesaikan
41
Sean D Murphy, Principles of International Law Amerika Serikat: ThomsonWest, 2006, h. 116.
42
To maintain international peace and security, and to that end; to take effective collective measures for the prevention and removal of threats to the peace, and for the suppression of acts of
melalui cara-cara penyelesaian secara damai. Dalam upayanya menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, PBB memiliki lima
kelompok tindakan yaitu:
43
Preventive Diplomacy: suatu tindakan untuk mencegah timbulnya suatu sengketa diantara para pihak, mencegah luasnya suatu sngketa, atau
membatasi perluasan suatu sengketa. Peace Making: tindakan untuk membawa para pihak yang bersengketa
untuk saling sepakat, khusunya melalui cara-cara damai seperti yang terdapat dalam BAB VI UN Charter.
44
Peace Keeping: tindakan untuk megerahkan kehadiran PBB dalam pemeliharaan perdamaian dengan kesepakatan para pihak yang
berkepentingan. Peace Building: tindakan untuk megidentifikasi dan mendukung
struktur yang ada guna memperkuat perdamaian untuk mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah kembali menjadi konflik.
aggression or other breaches of the peace, and to bring about by peaceful means, and in conformity with the principles of justice and international law, adjustment or settlement of international disputes
or situations which might lead to a breach of the peace;
43
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet.Kedua, h. 95.
44
The parties to any dispute, the continuance of which is likely to endanger the maintenance of international peace and security, shall first of all, seek a solution by negotiation, enquiry,
mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement, resort to regional agencies or arrangements, or other peaceful means of their own choice.
Peace Enforcement: wewenang Security Council berdasarkan piagam untuk menentukan adanya suatu tindakan yang merupakan ancaman
terhadap perdamaian b.
Penyelesaian Melalui Organisasi Regional Pada umumnya organisasi regional memiliki fungsi sebagai good
offices jasa baik dan mediasi. Organisasi Regional tersebut antara lain: Organization of American States OAS, 30 April 1948. Pasal 1
Piagam menggariskan tujuan pembentukan OAS yaitu: .... to achieve an order of peace and justice, to promote their solidarity, to strenghten their
collaboration and to defend their sovereignity, their territorial integrity, and their independence
The Organization of African Unity OAU, 23 Mei 1963. European Union EU
Association of Southeast Asian Nations ASEAN
3. Penyelesaian Sengketa Secara Damai Melalui Jalur Hukum syariah
a. Penyelesaian Melalui Arbitrase tahkim
Kata arbitrase berasal dari bahasa Latin arbitrare yang artinya kekuasaan untuk m
enyelesaikan sesuatu menurut “kebijaksanaan”.
45
45
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, h.24.
Arbitration differs from mediation in that the third party to whom the dispute is submitted decides the outcome.
46
Arbitrase adalah salah satu cara atau alternatif penyelesaian sengketa yang telah dikenal lama dalam hukum internasional. Namun
demikian sampai sekarang belum ada batasan atau definisi resmi mengenai arbitrase. Sarjana Amerika Latin Podesta Costa dan Ruda
mendeskripsikan badan ini sebagai berikut: Arbitration is the resolution of international dispute through the
submission, by formal agreement of the parties, to the decision of a third party who would be one or several persons by means of
contentious proceedings from which the result of definitive judgement is derived.
47
Menurut William H. Gill, arbitrase diartikan sebagai “An arbitration is the reference of a dispute or difference between not less than two
persons for determination after hearing both sides in judicial manner by another person or persons, other than a court of competent
jurisdiction. ”
48
Lawrence S. Clarck, Robert J. Aalberts, dan Peter D. Kinder mendefinisikan arbitrase sebagai an arrangement in which the parties
46
A. James Barnes dkk, Law for Business New York: The McGraw-Hill Companies, Inc, 2006, Edisi Kesembilan, h. 30.
47
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet.Kedua, h. 39.
48
Dijan Widijowati, Hukum Dagang Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2012, h. 240.
agree to refer a dispute to an impartial third party the arbitrator and to be bound by this determination.
49
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase menurut Komisi Hukum Internasional adalah a procedure for the settlement of disputes
between states by a binding award on the basis of law and as a result of fan undertaking voluntarily accepted.
50
Dalam Black’s Law Dictionary, Arbitration is: “The reference of dispute to an impartial third person chosen by the parties to the dispute
who agree in advance to abide by the arbitrator’s award issued after hearing at which both parties have an opportunity to be heard. An
arrangement for taking and abiding by the judgement of selected persons in some disputed matter. Instead of carrying it to establish tribunals of
justice, and is intended to avoid the formalities, the delay, the expense and vexation of ordinary litigation
”.
51
Objek perjanjian arbitrase hanyalah sengketa di bidang perdagangan, yaitu meliputi: perniagaan, perbankan, keuangan,
penanaman modal, industri dan hak milik intelektual.
52
49
Lawrence S. Clark, dkk, Law and Business The Regulatory Environment Amerika Serikat: McGraw-Hill, Inc, 1994, Edisi. Keempat, h. 25.
50
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, Cet.Kedua, h. 339.
51
Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia Dualisme Kewenangan Pengadilan Niaga dan Lembaga Arbitrase Jakarta: Kencana, 2009, h. 35.
52
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AusAID, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014, h. 37.
Michael B. Metzger mengemukakan pendapat keuntungan penyelesaian sengketa melalui arbitrase:
53
1. Quicker resolutuion of disputes;
2. Lower costs in time and money to the parties; and
3. The availability of professional who are often expert in the
subject matter of dispute.
Salah satu sifat pokok dari arbitrase adalah suatu prosedur yang menghasilkan keputusan-keputusan yang mengikat bagi para pihak yang
bersengketa.
54
Hakikat arbitrase ialah prosedur penyelesaian sengketa konsensual dalam arti bahwa penyelesaian sengketa melalui arbitrase hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan negara bersengketa yang bersangkutan.
55
Persetujuan itu dapat merupakan persetujuan umum sebelumnya atau persetujuan khusus untuk sengketa tertentu.
b. Penyelesaian Melalui Mahkamah Internasional mahkamatul umamu
Salah satu alternatif penyelesaian sengketa secara hukum atau judicial settlement dalam hukum internasional adalah penyelesaian
53
Kementrian Perdagangan RI, Telaahan Hukum Forum Arbitrase Sebagai Alternatif Penanganan Sengketa Jakarta: Biro Hukum Sekretariat Jenderal, 2011, h. 22.
54
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Internasional Jakarta: PT Tatanusa, 2007, h. 221.
55
F Sugeng Istanto, Hukum Internasional Jakarta: Sinar Grafika, 1998, Cet. Kedua. h. 92.
melalui badan peradilan badan internasional world courtinternational court. Dalam hukum internasional, penyelesain secara hukum dewasa ini
dapat ditempuh melalui berbagai cara atau lembaga, yaitu Permanent Court of International Justice PCIJ atau Mahkamah Internasional, The
International Tribunal for The Law of The Sea Konvensi Hukum Laut 1982, atau International Criminal Court ICC.
56
4. Penyelesaian Sengketa Secara Kekerasan atau Paksaan iqrah
Penyelesaian sengketa secara kekerasan atau paksaan berarti dalam hal ini yaitu perang. Keseluruhan tujuan dari perang adalah untuk menaklukan
negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat penyelesaian dimana negara yang ditaklukan tersebut tidak memiliki alternatif lain selain
mematuhinya.
57