mengambil contoh peranan negara terhadap penyelesaian sengketa perdagangan internasional rokok yang diajukan Indonesia terhadap Australia melalui WTO
World Trade Organization Organisasi Perdagangan Internasional. Dalam penyelesaian kasus perdagangan internasional ada sebuah lembaga
yang menangani soal sengketa ini, yaitu lembaga yang terdapat di badan World Trade Organization WTO Organisasi Perdagangan Internasional, yang
bernama Dispute Settlement Body DSB. Salah satu peranan WTO yaitu sebagai forum dalam menyelesaikan sengketa dan menyediakan mekanisme konsiliasi
guna mengatasi sengketa perdagangan yang timbul.
3
Dalam menjalankan perekonomian nasional dan internasional seyogianya semua hal yang berkepentingan menyatu secara bersama-sama demi
meningkatkan kesejahteraan rakyat di dalam negeri maupun di luar negeri universal. Semua subyek hukum yaitu dalam hal ini negara wajib tunduk
kepada aturan yang ada, aturan yang telah ada tidak boleh dilanggar. Semua negara yang ikut serta dalam hukum internasional wajib mematuhi regulasi yang
ada. Suatu negara tidak dapat melakukan proteksi ekonominya apabila ia dalam aturan hukum nasionalnya bertentangan dengan ketentuan hukum internasional
yang sudah ada dan yang sudah disepakati agreement secara bersama-sama.
3
Syahmin AK, Hukum Dagang Internasiona l Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, h. 246.
Australia diadukan lima negara ke WTO karena dianggap melanggar pasal XXIII dari General Agreement on Tariffs and Trade GATT 1994. Australia
dianggap keliru menerapkan kebijakan mewajibkan kemasan polos semua produk tembakau. Pengaduan ke WTO dilakukan Indonesia bersama Honduras,
Republik Dominika, Ukraina dan Kuba. Kelima negara ini menyampaikan dokumen pertama kepada Badan Penyelesaian Sengketa WTO yang membuat
argumentasi hukum bahwa kebijakan Australia yang diterapkan sejak 1 Desember 2012 yang mewajibkan kemasan polos untuk semua produk tembakau
merupakan pelanggaran terhadap ketentuan di WTO. Dalam pandangan Indonesia, kebijakan Australia diatas bertentangan dengan pasal XXIII dari
GATT 1994, serta tiga ketentuan WTO lainnya yakni: understandings on rules and procedures governing the settlement of dispute; agreement on trade related
aspects of intellectual property rights; dan agreement on technical barriers to trade.
4
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang penulis bahas tidak meluas sehingga dapat mengakibatkan ketidak jelasan dan ketidak pastian pembahasan masalah
maka penulis dengan ini membatasi masalah yang akan diteliti, antara lain,
4
m.bisnis.comindustriread2014101412264889sengketa-rokok-indonesia-resmi- laporkan-australia-ke-wto, 14:00 WIB, 5-11-14.
membahas peran negara diluar pengadilan, yaitu melalui diplomasi dan membahas peran negara dalam pengadilan, yaitu melalui panel WTO.
Kemudian prospek penyelesaian kasus ini kedepannya melihat dari kasus yang serupa yang ada sebelumnya.
2. Perumusan Masalah
Menurut peraturan internasional negara tidak boleh menutup diri dalam perdagangan internasional, pada praktiknya negara Australia menutup
perdagangan rokok terhadap Indonesia. Rumusan tersebut penulis rinci dalam pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah prospek penyelesaian kasus sengketa dagang antara
Indonesia dengan Australia? b.
Bagaimana peranan negara Indonesia dalam kasus sengketa perdagangan internasional rokok dengan Australia melalui World Trade Organization?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mendalami tentang permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan
masalah. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui prospek penyelesaian sengketa perdagangan antara
Indonesia dengan Australia. b.
Untuk mengetahui tugas negara atau peran negara dalam penyelesaian kasus sengketa perdagangan internasional rokok dengan Australia melalui
Badan Penyelesaian Sengketa WTO.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi pengembangan teori ilmu hukum bisnis, ilmu hukum
internasional, ilmu hukum perdagangan internasional, ilmu hukum tata negara, ilmu hubungan internasional dan ilmu politik bagi yang membacanya.
Manfaat penelitian ini juga dapat menjadi rujukan bagi pejabat negara agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan mutu kualitas indonesia di mata
dunia internasional. Manfaat penelitian ini juga untuk menambah atau melengkapi koleksi perbendaharaan dan koleksi karya ilmiah dengan
memberikan kontribusi atau sumbangsih pemikiran bagi penerapan hukum di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dan
landasan bagi peneliti lanjutan.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Demi terciptanya cita-cita suatu negara maka negara harus memiliki tujuan yang dikehendaki oleh masyarkat di dalamnya. Terdapat sebuah teori
mengenai negara, yaitu teori tujuan negara. Meskipun orang telah lama memikirkan, tetapi oleh karena tujuan negara itu menentukan segala keadaan
dalam negara, maka orang biasanya menyelipkan pembicaraan tentang ajaran tujuan negara ini dalam ajaran keseluruhannya untuk menentukan
sifat daripada ajarannya. Pentingnya pembicaraan tentang tujuan negara ini terutama berhubungan dengan bentuk negara, susunan negara, organ-organ
negara atau badan-badan negara yang harus diadakan, fungsi dan tugas daripada organ-organ tersebut, serta hubungannya antara organ yang satu
dengan organ yang lain yang selalu harus disesuaikan dengan tujuan negara. Tujuan negara dalam banyak hal tergantung pada tempat, keadaan,
waktu, serta sifat daripada kekuasaan penguasa. Karena mungkin apa yang dalam waktu ratusan tahun lalu tidak menjadi tugas negara, dalam zaman
sekarang ini menjadi tugas negara yang amat penting, misalnya soal ekonomi. Jadi, tujuan negara adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan
kebahagiaan rakyatnya, atau menyelenggarakan masyarkat adil dan makmur.
5
Pada sekarang ini tujuan negara lebih menekankan untuk terciptanya welfare state, demi tercapainya kemaslahatan bersama.
5
Soehino, Ilmu Negara Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004, Cet.Keenam, h. 148.