Perbandingan Kasus Sengketa Rokok Indonesia – Amerika dengan

acquainted with it, that they propose to introduce a particular technical regulation; 2.9.2 notify other Members through the Secretariat of the products to be covered by the proposed technical regulation, together with a brief indication of its objective and rationale. Such notifications shall take place at an early appropriate stage, when amendments can still be introduced and comments taken into account; 2.9.3 upon request, provide to other Members particulars or copies of the proposed technical regulation and, whenever possible, identify the parts which in substance deviate from relevant international standards; 2.9.4 without discrimination, allow reasonable time for other Members to make comments in writing, discuss these comments upon request, and take these written comments and the results of these discussions into account 2.10: Subject to the provisions in the lead-in to paragraph 9, where urgent problems of safety, health, environmental protection or national security arise or threaten to arise for a Member, that Member may omit such of the steps enumerated in paragraph 9 as it finds necessary, provided that the Member, upon adoption of a technical regulation, shall: 2.10.1 notify immediately other Members through the Secretariat of the particular technical regulation and the products covered, with a brief indication of the objective and the rationale of the technical regulation, including the nature of the urgent problems; 2.10.2 upon request, provide other Members with copies of the technical regulation; 2.10.3 without discrimination, allow other Members to present their comments in writing, discuss these comments upon request, and take these written comments and the results of these discussions into account 2.12: Except in those urgent circumstances referred to in paragraph 10, Members shall allow a reasonable interval between the publication of technical regulations and their entry into force in order to allow time for producers in exporting Members, and particularly in developing country Members, to adapt their products or methods of production to the requirements of the importing Member 12.3: Members shall, in the preparation and application of technical regulations, standards and conformity assessment procedures, take account of the special development, financial and trade needs of developing country Members, with a view to ensuring that such technical regulations, standards and conformity assessment procedures do not create unnecessary obstacles to exports from developing country Members berdasarkan pasal 2.1-12.3 dapat disimpulkan bahwa produk lokal dengan produk impor harus disamakan, tidak boleh dibeda-bedakan. Regulasi yang dibuat suatu negara tidak boleh bertujuan untuk membentuk suatu hambatan-hambatan bagi negara lain. Negara dalam menerapakan suatu regulasi yang baru, maka ia harus memberikan penjelsan terhadap regulasinya tersebut, mempublikasi pemberitahuan dari dini mungkin mengenai aturan agar negara lain mengetahui bahwa mereka membuat regulasi baru, memberitahukan kepada sekretariat, tanpa diskriminasi mengizinkan negara lain untuk menyatakan pendapatnya, memberikan salinan regulasi apabila diminta oleh anggota. Anggota memberi pernyataan bahwa regulasi yang baru, tidak memberikan hambatan atau mempersulit negara yang sedang berkembang. Harus ada selang waktu tidak kurang dari enam bulan antara publikasi dan berlakunya regulasi tersebut. 2. General Agreement on Tariffs and Trade 1994 Pasal 3 National Treatment on Internal Taxation and Regulation ayat 4 – dan tidak dapat di justifikasi dibawah pasal XXb 81 : The products of the territory of any contracting party imported into the territory of any other contracting party shall be accorded treatment no less favourable than that accorded to like products of national origin in respect 81 necessary to protect human, animal or plant life or health of all laws, regulations and requirements affecting their internal sale, offering for sale, purchase, transportation, distribution or use. The provisions of this paragraph shall not prevent the application of differential internal transportation charges which are based exclusively on the economic operation of the means of transport and not on the nationality of the product. berdasarkan pasal 3 ayat 4 tersebut dapat disimpulkan bahwa produk dalam dan luar negeri harus diperlakukan dengan sama tanpa membeda- bedakan dengan menaati hukum, regulasi, persyaratan penjualan, penawaran barang, harga, transportasi dan penggunaan distribusi. Tidak membedakan tarif angkutan perdagangan Tobacco Control Act melarang peredaran semua rokok yang mengandung aroma dan rasa flavored cigarettes, termasuk rokok kretek di Amerika. Meski demikian, peraturan tersebut tidak melarang rokok yang mengandung aroma dan rasa menthol. Argumentasi dari Amerika adalah disahkannya Tobacco Control Act adalah, untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan rokok yaitu dengan mengurangi konsumsi rokok pada anak muda. Undang-Undang tersebut menyebutkan larangan bagi semua jenis rokok yang mengandung zat aditif berupa bahan alami, tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah yang menimbulkan rasa dan aroma tertentu, seperti cengkeh, vanila dan cherry. Rokok kretek asal Indonesia dianggap mengandung zat aditif, berupa cengkeh, sehingga turut dilarang. Hasil studi yang dilakukan oleh sebuah institut Penyalahgunaan Narkoba di Amerika Serikat pada tahun 2006 menyebutkan bahwa rokok kretek merupakan produk pemula yang menggoda orang sehingga mereka menjadi terbiasa merokok. 82 Argumentasi Indonesia adalah bahwa regulasi teknis yang dibuat oleh Amerika Serikat telah menghambat kegiatan perdagangan Indonesia, dimana hal tersebut berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. Selain itu prosedur regulasi teknis seharusnya diberitahukan dulu ke anggota WTO, tetapi Amerika Serikat tidak menyampaikan sebelumnya, dan hal ini menjadi suatu keberatan bagi Indonesia. 83 Badan Banding WTO, sesuai dengan laporan Panel WTO memutuskan : 1. Mengabulkan gugatan Indonesia atas TBT Agreement Pasal 2.1 : u pholds, albeit for different reasons, the Panle’s finding, in paragraph 7.428 of the Panel Report, th at clove cigarettes and menthol cigarettes are “like products” within the meaning of Article 2.1 of the TBT Agreement; u pholds, albeit for different reasons, the Panels’s finding, in paragraph 7.292 of the Panel Report, that, by banning clove cigarettes while exempting menthol cigarettes from the ban, Section 907a1A of the FFDCA accords imported clove cigarettes less favourable treatment than that accorded to domestic menthol cigarettes, within the meaning of Article 2.1 of the TBT Agreement dengan alasan, bahwa rokok kretek dan rokok mentol merupakan produk yang serupa like products. Amerika Serikat juga melanggar atas ketentuan 82 Diakses dari amti.idri-amerika-gelar-perundingan-soal-boikot-rokok-kretek-indonesia pada tanggal 29 Agustus 2015, 14:40 WIB 83 Diakses dari Ditjenkpi.kemendag.go.idwebsite_kpiindex.php?module=news_detailnews_content_id=1004deta il=true pada tanggal 29 Agustus 205, 14:45 WIB pasal 2.1 karena sudah melarang rokok kretek beredar di dalam negeri, sementara rokok mentol dibiarkan, hal ini melanggar ketentuan tentang perlakuan tidak menguntungkan. 2. Mengabulkan gugatan Indonesia atas TBT Agreement Pasal 2.12: upholds, albeit for different reasons, the Panel’s finding, in paragraph 7.595 and 8.1h of the Panel Report, that, by failing to allow an interval of not less than six months between the publication and the entry into force of Section 907a1A of FFDCA, the United States acted inconsistently with Article 2.12 of the TBT Agreement dengan alasan, dengan tidak adanya selang waktu tidak kurang dari enam bulan antara publikasi dan berlakunya Pasal 907 a1A dari Federal Food, Drug and Cosmetic Act Family Smoking Prevention Tobacco Control Act. 3. Conversely, the Panel rejected Indonesia’s claims under Articles .2, 2.5, 2.8, 2.9, 2.10 and 12.3 of the TBT Agreement Menolak gugatan Indonesia atas TBT Agreement Pasal 2.2, 2.5, 2.8, 2.9, 2.10 dan 12.3 4. The Panel declined to rule on Indonesia’s alternative claim under Article III:4 of the GATT 1994 and on the United States related defence under Article XXb of the GATT 1994 Panel menolak GATT 1994 Pasal III ayat 4 Atas putusan WTO maka Indonesia memenangkan sengketanya dengan Amerika Serikat pada tanggal 4 April 2012. Indonesia – Australia Indonesia menggugat Australia ke Dispute Settlement Body yang berada dibawah naungan World Trade Organization pada tanggal 3 Maret 2014. Indonesia menganggap Australia melalui kebijakannya yaitu Tobacco Plain Packaging 2011 telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Internasional, sehingga Indonesia menggugat ke WTO atas 84 : 1. Technical Barriers to Trade Agreement Pasal 2.1 dan 2.2 sama dengan tuntutan terhadap Amerika Serikat 2. GATT 1994 Pasal III:4 sama dengan tuntuntan terhadap Amerika Serikat 3. Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPS Pasal : 2.1 : In respect of Parts II, III and IV of this Agreement, Members shall comply with Articles 1 through 12, and Article 19, of the Paris Convention 1967 3.1 : Each Member shall accord to the nationals of other Members treatment no less favourable than that it accords to its own nationals with regard to the protection3 of intellectual property, subject to the exceptions already provided in, respectively, the Paris Convention 1967, the Berne Convention 1971, the Rome Convention or the Treaty on Intellectual Property in Respect of Integrated Circuits. In respect of performers, producers of phonograms and broadcasting organizations, this obligation only applies in respect of the rights provided under this Agreement. Any Member availing itself of the possibilities provided in Article 6 of the Berne Convention 1971 or paragraph 1b of Article 16 of the Rome Convention shall make a notification as foreseen in those provisions to the Council for TRIPS 15.4: The nature of the goods or services to which a trademark is to be applied shall in no case form an obstacle to registration of the trademark. 84 Diakses http:www.wto.orgenglishtratop edispu ecases eds467 e.htm pada tanggal 5 November 2014, pukul 10:47 WIB 16.1: The owner of a registered trademark shall have the exclusive right to prevent all third parties not having the owner’s consent from using in the course of trade identical or similar signs for goods or services which are identical or similar to those in respect of which the trademark is registered where such use would result in a likelihood of confusion. In case of the use of an identical sign for identical goods or services, a likelihood of confusion shall be presumed. The rights described above shall not prejudice any existing prior rights, nor shall they affect the possibility of Members making rights available on the basis of use. 16.3 : Article 6bis of the Paris Convention 1967 shall apply, mutatis mutandis, to goods or services which are not similar to those in respect of which a trademark is registered, provided that use of that trademark in relation to those goods or services would indicate a connection between those goods or Page 327 services and the owner of the registered trademark and provided that the interests of the owner of the registered trademark are likely to be damaged by such use 20: The use of a trademark in the course of trade shall not be unjustifiably encumbered by special requirements, such as use with another trademark, use in a special form or use in a manner detrimental to its capability to distinguish the goods or services of one undertaking from those of other undertakings. This will not preclude a requirement prescribing the use of the trademark identifying the undertaking producing the goods or services along with, but without linking it to, the trademark distinguishing the specific goods or services in question of that undertaking. 22.2b : any use which constitutes an act of unfair competition within the meaning of Article 10bis of the Paris Convention 1967. 24.3: In implementing this Section, a Member shall not diminish the protection of geographical indications that existed in that Member immediately prior to the date of entry into force of the WTO Agreement. berdasarkan pasal 2.1-24.3 dapat disimpulkan bahwa negara harus menerapkan perlakuan hak kekayaan intelektual yang sama baik dari dalam dan luar negeri. Merek dagang impor tidak boleh dipersulit di dalam domestik. Pemegang merek dagang memiliki hak eksklusif untuk mencegah barang lain memiliki merek yang sama, yang mana nantinya akan membingungkan. Segala bentuk persaingan harus merupakan persaingan yang sehat.

C. Prospek Kedepan Penyelesaian Sengketa Rokok Indonesia

Indonesia menyatakan bahwa Tobacco Plain Packaging Act 2011 TPPA membuat regulasi teknis yang melanggar bagian GATT, TBT, dan TRIPS karena: 85 1. memperlakukan tembakau yang diimpor kurang menguntungkan daripada yang diproduksi di dalam negeri; 2. menciptakan hambatan yang tidak perlu terhadap perdagangan dan membuat perdagangan lebih ketat dari yang diperlukan untuk memenuhi tujuan yang sah memperhitungkan resiko yang pemenuhannya akan tercipta; 3. tidak menyediakan perlindungan yang efektif terhadap persaingan tidak sehat terhadap nasional negara lain, dan membuat kebingungan antara barang dari pesaing; 4. gagal untuk melindungi merek dagang terdaftar di negara lain di luar Australia; 85 Diakses dari www.aph.gov.auAbout_ParliamentParliamentary_DepartmentsParliamentary_LibraryFlagPost2014 JulyWTO_plain_cigarette_packaging_case pada tanggal 31 Agustus 2015, pukul 17:01 WIB 5. menempatkan sitaan yang dibenarkan terhadap pengunaan merek dagang tembakau; 6. menolak dan membatalkan pendaftaran merek dagang terhadap tembakau. Sementara itu argumen Australia adalah: 86 1. persyaratan kemasan polos tidak diskriminasi, karena mereka berlaku untuk produk tembakau yang diproduksi secara lokal dan impor dengan hal yang serupa; 2. kemasan polos merupakan langkah yang perlu dibuat untuk mengejar tujuan yang sah perlindungan terhadap kesehatan manusia dan memberikan efek terhadap Framework Convention on Tobacco Control, membuat kontribusi materi terhadap tujuan tersebut dan tidak lebih dalam membatasi perdagangan dari yang diperlukan untuk memenuhi tujuan memperhitungan resiko non- pemenuhan; 3. TPPA mengizinkan tembakau untuk memiliki merekvariasi nama pada kemasan tunduk pada pembatasan tertentu, bersama dengan deskripsi barang, diferensiasi merek dan pengakuan masih mungkin dan karenanya tidak perlu ada kebingungan antara barang dari produsen yang berbeda; 86 Diakses dari www.aph.gov.auAbout_ParliamentParliamentary_DepartmentsParliamentary_LibraryFlagPost2014 JulyWTO_plain_cigarette_packaging_case pada tanggal 31 Agustus 2015, pukul 17:01 WIB 4. menyediakan merek dagang yang dilindungi dengan adanya dan tidak menyangkal atau membatalkan pendaftaran mereka; 5. TPPA tidak membebani merek dagang dari persyaratan khusus dan walaupun itu terjadi, karena langkah yang diperlukan maka itu merupakan beban yang diperlukan. Selain argumen diatas adapun argumen berikut dari pihak Asutralia: 87 6. mengurangi daya tarik dan daya tarik produk tembakau kepada konsumen, khususnya kaum muda; 7. meningkatkan kemampuan pemberitahuan dan efektifitas pengamandatkan peringatan kesehatan; 8. mengurangi kemampuan dari kemasan ritel dari produk tembakau untuk mengelirukan konsumen tentang bahaya merokok; 9. dan untuk mengurangi jumlah perokok. Kesamaan kasus sengketa rokok dari Amerika Serikat dan Australia adalah kedua negara sama-sama berusaha untuk mengurangi jumlah perokok pada negara mereka masing-masing. Amerika menerapkan kebijakan larangan rokok kretek masuk kenegaranya, sementara Australia menerapkan kebijakan kemasan polos pada negaranya. Fokus Indonesia terhadap Australia adalah pada pelanggraan kekayaan intelektualnya. Pada tahap sekarang ini yaitu bulan 87 Wawancara dengan Kedutaan Besar Australia Asisten Koordinator Demokrasi Keadilan pada tanggal 14 Agustus 2015, pukul 10:57 WIB Agustus 2015, Indonesia sedang melakukan sidang keduanya dengan Australia di Jenewa. Apabila Australia memenangkan sengketa ini dikhawatirkan negara- negara lain juga akan menerapkan kebijakan hal yang sama. Hal ini akan mempengaruhi kinerja ekspor produk rokok Indonesia ke negara mitra dagang yang tentunya akan berimbas kepada tenaga kerja perusahaan produsen rokok bahkan petani tembakau di Indonesia dan juga akan berimbas pada berkurangnya daya saing produk rokok khususnya di Indonesia. Dikhawatirkan juga nanti dikemudian hari akan ada penjualan rokok secara ilegal yang berada di black market. 88 Argumen akhir penulis adalah walaupun Australia telah menandatangani WHO FCTC pada tanggal 5 Desember 2003 dan meratifikasinya pada tanggal 27 Oktober 2004, bukan berarti Australia bisa memberlakukan Tobacco Plain Packaging Act terhadap Indonesia dikarenakan Indonesia tidak ikut dalam perjanjian internasional tersebut. 89 Sebagaimana penulis jelaskan diatas bahwa yang menjadi dasar hukum Australia untuk menerapkan kebijakan Tobacco Plain Packaging Act adalah merujuk dari treaty WHO yang dibentuk untuk pertama kalinya pada tahun 2003. 88 Wawancara dengan Kemendag Subdit Penanganan Hambatan Teknis Perdagangan Wilayah II – Direktorat Pengamanan Perdagangan pada tanggal 3 Agustus 2015, pukul 11:40 89 Diakses dari https:treaties.un.orgpagesViewDetails.aspx?src=TREATYmtdsg_no=IX- 4chapter=9lang=en pada tanggal 14 September 2015, pukul 21:40 WIB

Dokumen yang terkait

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

10 128 151

PENERAPAN PRINSIP KONSENSUS DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI WTO.

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

UPAYA PENERAPAN RETALIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Lona Puspita, Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang lovelylona0408gmail.com Abstract - View of UPAYA PENERAPAN RETALIASI DALAM PE

0 1 11

Kedudukan World Trade Organization (WTO) Dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan Intenasional (Studi Kasus Terhadap Tuntutan Jepang Atas Indonesia Mengenai Penjualan Mobil Nasional)

0 0 112

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (STUDI KASUS EKSPOR-IMPOR ROKOK KRETEK ANTARA INDONESIA DENGAN AMERIKA SERIKAT) - Repository UNRAM

1 1 15