jangka pendek produksi kayu bulat akan turun 0.14 persen dan dalam jangka panjang akan turun sebesar 0.20 persen, ceteris paribus.
Produksi kayu bulat ternyata dipengaruhi secara nyata oleh bunga bank dan upah buruh dibandingkan dengan variabel lainnya. Hal ini dapat dijelaskan
karena keduanya merupakan variabel yang sangat berkaitan dengan biaya modal, memerlukan biaya modal yang cukup besar, hanya para pengusaha besar yang
bisa mendapatkan hak pengusahaan hutan. Agar bergerak dibidang pengusahaan hutan harus mendapatkan dukungan pembiayaan dari bank, sehingga kenaikan
suku bunga bank akan menyulitkan para pengusaha kayu dalam melakukan usahanya. Bunga bank di Indonesia adalah tertinggi di dunia sehingga
peningkatan bunga sedikit saja berpengaruh pada biaya operasi perusahaan yang tentunya akan berdampak pada output perusahaan.
5.2.2. Ekspor Kayu Bulat Indonesia
Tabel 7 menunjukkan hasil pendugaan parameter persamaan ekspor kayu bulat Indonesia XRINA dengan nilai R2 sebesar 0.94 menggambarkan bahwa
sekitar 94 persen variabel penjelas variabel eksogen secara bersama mampu menjelaskan perilaku model persamaan ekspor kayu bulat Indonesia. Dari hasil
pendugaan statistik, lima dari enam variabel penjelasnya tidak berpengaruh secara nyata yaitu harga riil kayu bulat dunia, selisih delta antara nilai tukar tahun
berjalan dengan satu tahun sebelumnnya, selisih antara produksi tahun berjalan dengan produksi tahun sebelumnya, dummy larangan ekspor, dan pajak ekspor.
Respon ekspor kayu bulat terhadap perubahan kelima variabel penjelas tersebut adalah inelastis dalam jangka pendek sedangkan untuk variabel harga riil
kayu bulat dunia dan variabel selisih antara produksi tahun berjalan dengan
produksi tahun sebelumnya dalam jangka panjang, bersifat elastis. Variabel ekspor kayu bulat Indonesia tahun sebelumnya atau lag ekspornya berpengaruh
nyata walaupun inelastis dalam jangka pendek tetapi elastis dalam jangka panjang. Jadi dapat diartikan bahwa harga riil kayu bulat dunia, nilai tukar tahun
sebelumnya dan selisih produksi tahun berjalan dengan produksi tahun sebelumnya bukan faktor utama yang mempengaruhi terhadap perubahan ekspor
kayu bulat, tetapi volume ekspor tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian ekspor karena perubahan faktor- faktor
ekonomi memerlukan waktu untuk menyesuaikannya. Tabel 7. Hasil Pendugaan Ekspor Kayu Bulat Indonesia XRINA
Elastisitas Variable
Parameter Estimate
Standard Error
t
hitung
Prob |T|
E
SR
E
LR
INTERCEP Intercept -261.4782
785.463 -0.333
0.744 PRW ORR Hrg Riil Kayu
Bulat Dunia 1.876653
2.81020 0.668
0.514 0.569
1.014 DNTINA Selisih Nilai Tukar
t dengan Nilai Tukar t-1 0.092167
0.1442 0.639
0.532 0.049
0.087 DQRINA Selisih Produksi t
dengan Produksi t-1 0.028293
0.0359 0.788
0.443 0.855
1.524 DUM LRX Du mmy
Larangan Impor -59.634486
264.464 -0.225
0.825 TAXER Pajak Expor
-0.026931 0.15300
-0.176 0.863
-0.055 -0.098
LXRINA Lag XRINA 0.438844
0.0467 9.403
0.000
R
2
= 0.94, F
hitung
= 37.898, D
w
= 1.591 5.2.3.
Harga Kayu Bulat Domestik PRINAR
Tabel 8 menunjukkan hasil pendugaan parameter persamaan harga kayu bulat domestik PRINAR terlihat bahwa semua variabel mempunyai tanda yang
sesuai harapan. Tiga dari empat variabel penjelas yaitu harga riil kayu bulat dunia tahun sebelumnya LPRWORR, penawaran kayu bulat domestik SRINA dan
harga kayu domestik tahun sebelumnya LPRINAR berpengaruh nyata terhadap
perilaku persamaan harga kayu domestik. Respon harga kayu bulat domestik terhadap harga kayu bulat dunia tahun sebelumnya adalah inelastis baik untuk
jangka pendek 0.27 dan maupun jangka panjang 0.40. Demikian juga respon terhadap penawaran kayu bulat domestik inelastis -0.70 untuk pendek dan -
0.97 untuk jangka panjang. Hal ini berarti kenaikan harga kayu bulat dunia tahun sebelumnya sebesar satu persen hanya akan mendorong kenaikan harga kayu bulat
domestik sebesar 0.27 persen dalam jangka pendek dan 0.40 persen jangka panjang.
Respon harga kayu bulat domestik juga dipengaruhi secara nyata oleh penawaran domestik dengan respon inelastis tetapi responsnya lebih elastis
dibandingkan dengan harga kayu dunia. Hal ini dapat dipahami karena penawaran kayu domestik akan berdampak langsung terhadap keseimbangan pasar kayu bulat
dalam negeri. Pada awalnya Indonesia merupakan pemasok utama kayu bulat dunia, sehingga harga domestik dan harga dunia kayu bulat saling mempengaruhi
tetapi pengaruhnya tetap tidak langsung sehingga tidak berdampak langsung. Hal ini terlihat bahwa variabel yang berpengaruh adalah variabel lagnya. Untuk
variabel harga kayu bulat tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata menunjukkan bahwa terjadinya penyesuaian harga kayu bulat domestik karena
perubahan kondisi perekonomian lainnya memerlukan waktu. Tabel 8. Hasil Pendugaan Harga Kayu Bulat Domestik PRINAR
Elastisitas Variable
Parameter Estimate
Standard Error
t
hitung
Prob |T|
E
SR
E
LR
INTERCEP Intercept 83.798205 55.320346
1.515 0.148
SRINA Penawaran Kayu Bulat Do mestik
-0.001698 0.000603
-2.813 0.012
-0.688 -0.971
DRINA Permintaan Kayu Bulat Do mestik
0.000526 0.001043
0.504 0.621
0.190 0.269
LPRW ORR Lag PRWORR 0.109389
0.095616 1.144
0.269 0.274
0.386
LPRINAR Lag PRINA R 0.291918
0.181066 1.612
0.125
R
2
= 0.8023, F
hitung
= 17.247, D
w
= 2.334
Tabel 9 menunjukkan hasil pendugaan parameter persamaan harga kayu bulat dunia PRWORR semua variabel mempunyai tanda yang sesuai harapan.
Dua dari tiga variabel penjelas yaitu, impor kayu bulat dunia MRWOR dan variabel harga kayu bulat dunia tahun sebelumnya LPRWORR berpengaruh
nyata, sedangkan variabel selisih ekspor kayu bulat Indonesia tahun berjalan dengan ekspor tahun sebelumnya DXRINA tidak berpengaruh nyata terhadap
perilaku persamaan harga kayu domestik. Respon harga kayu bulat dunia terhadap perubahan impor kayu bulat dunia adalah inelastis baik untuk jangka pendek
0.45 maupun jangka panjang 0.83. Artinya bahwa kenaikan harga kayu bulat dunia tahun sebelumnya sebesar satu persen hanya akan mendorong kenaikan
impor kayu bulat dunia sebesar 0.45 persen dalam jangka pendek dan 0.83 persen jangka panjang.
Impor kayu bulat dunia atau dapat di analogkan dengan permintaan kayu bulat dunia mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perubahan harga kayu bulat
dunia, sedangkan ekspor kayu bulat dunia yang diwakili oleh ekspor kayu bulat Indonesia ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan harga kayu bulat
dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kayu bulat Indonesia sudah tidak mendominasi pasar kayu bulat dunia seperti yang terjadi pada dekade tahun 1980-
an. Dari sisi isu lingkungan perubahan ini cukup menggembirakan karena akan menahan laju penebangan kayu di hutan alam. Variabel harga kayu bulat dunia
tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata menunjukkan bahwa sangat besar kemungkinan terjadinya penyesuaian harga kayu bulat domestik terhadap
perubahan kondisi perekonomian lainnya.
Tabel 9. Harga Kayu Bulat Dunia PRWORR
Elastisitas Variable
Parameter Estimate
Standard Error
t
hitung
Prob |T|
E
SR
E
LR
INTERCEP Intercept 15.465615
83.39563 0.185
0.855 DXRINA Selisih Ekspor
Kayu Bu lat Indonesia pada t dengan Lagnya
-0.006914 0.007366
-0.939 0.360
-0.023 -0.038
MRWOR Impor Kayu Bulat Dunia
0.001182 0.000828
1.427 0.171
0.496 0.826
LPRW ORR Lag PRWORR 0.400193
0.187143 2.138
0.046
R
2
= 0.5000, F
hitung
= 6.001, D
w
= 2.116 5.2.4.
Permintaan Kayu Bulat Oleh Industri Kayu Gergajian
Tabel 10 merupakan hasil pendugaan parameter persamaan permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian DRSINA. Dari tabel tersebut
menunjukkan bahwa permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian dipengaruhi oleh harga kayu bulat domestik PRINAR, harga kayu gergajian
domestik PSINAR, selisih suku bunga bank tahun berjalan dengan bunga bank tahun sebelumnya DINRTS dan permintaan kayu bulat oleh industri kayu
gergajian satu tahun sebelumnnya LDRSINA, semua variabel mempunyai tanda sesuai harapan.
Tabel 10. Permintaan Kayu Bulat oleh Industri Kayu Gergajian DRSINA
Elastisitas Variable
Parameter Estimate
Standard Error
t
hitung
Prob |T|
E
SR
E
LR
INTERCEP Intercept 1465.1500
2236.54 0.655
0.521 PRINA R Ha rga Riil
Kayu Bu lat -3.65136
17.08685 -0.214
0.833 -0.0226
-0.1303 PSINAR Harga Riil
Kayu Gergajian Do mestik
8.49091 9.746896
0.871 0.396
0.1061 0.6120
DINRTS Selisih Bunga Bank pada Tahun t
dengan t-1 -9.21183
95.22047 -0.097
0.924 -0.0002
-0.0010 LDRSINA Lag
DRSINA 0.82670
0.13080 6.320
0.000
R
2
= 0.7486, F
hitung
= 12.656, D
w
= 1.802
Dari keempat variabel tersebut yang mempunyai pengaruh nyata terhadap perubahan perilaku permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian hanya
permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian tahun sebelumnya LDRSINA. Selain pengaruhnya tidak nyata, respon permintaan kayu bulat oleh
industri kayu gergajian adalah inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan permintaan kayu bulat oleh
industri kayu gergajian untuk mencapai keseimbangan memerlukan waktu penyesuaian karena perubahan-perubahan ekonomi.
5.2.5. Permintaan Kayu Bulat Oleh Industri Kayu Lapis