Permintaan Kayu Bulat Oleh Industri Kayu Lapis

DINRTS Selisih Bunga Bank pada Tahun t dengan t-1 -9.21183 95.22047 -0.097 0.924 -0.0002 -0.0010 LDRSINA Lag DRSINA 0.82670 0.13080 6.320 0.000 R 2 = 0.7486, F hitung = 12.656, D w = 1.802 Dari keempat variabel tersebut yang mempunyai pengaruh nyata terhadap perubahan perilaku permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian hanya permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian tahun sebelumnya LDRSINA. Selain pengaruhnya tidak nyata, respon permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian adalah inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan permintaan kayu bulat oleh industri kayu gergajian untuk mencapai keseimbangan memerlukan waktu penyesuaian karena perubahan-perubahan ekonomi.

5.2.5. Permintaan Kayu Bulat Oleh Industri Kayu Lapis

Tabel 11 merupakan hasil pendugaan parameter persamaan permintaan kayu bulat domestik oleh industri kayu lapis dipengaruhi oleh variabel- variabel harga kayu bulat domestik PRINAR, selisih harga kayu lapis tahun berjalan dengan harga kayu lapis tahun sebelumnya DPLINAR, suku bunga bank INRTS, dan permintaan kayu bulat oleh industri kayu lapis satu tahun sebelumnya LDRLINA semua tanda sesuai dengan harapan. Dari empat variabel penjelas tersebut, dua variabel penjelas berpengaruh secara nyata terhadap permintaan kayu bulat oleh industri kayu lapis yaitu variabel suku bunga bank dengan tanda negatif. Respon permintaan kayu bulat oleh industri kayu lapis walaupun berpengaruh nyata terhadap variabel suku bunga dalam jangka pendek bersifat inelastis -0.23 tetapi dalam jangka panjang bersifat elastis -1.53. Hal ini berarti bahwa permintaan kayu bulat dalam jangka pendek akan turun sebesar 0.23 persen bila suku bunga bank naik sebesar 1 persen dan dalam jangka panjang akan turun sebesar 1.53 persen bila suku bunga bank akan turun sebesar 1 persen, ceteris paribus. Variabel permintaan kayu bulat tahun sebelumnya yang secara nyata berpengaruh terhadap permintaan kayu bulat menunjukkan bahwa diperlukan waktu penyesuaian untuk mencapai keseimbangan permintaan kayu bulat oleh industri kayu lapis dalam merespon perubahan kondisi perekonomian. Tabel 11. Hasil Pendugaan Permintaan Kayu Bulat Oleh Industri Kayu Lapis DRLINA Elastisitas Variable Parameter Estimate Standard Error t hitung Prob |T| E SR E LR INTERCEP Intercept 5627.49 3831.880 1.469 0.160 PRINA R Ha rga Riil Ky Bulat -1.73938 10.036684 -0.173 0.865 -0.012 -0.083 DPLINA R Selisih Harga Kayu Bu lat Do mestik tahun t dengan Harga Kayu Bulat Do mestik tahun t-1 0.92166 1.524431 0.605 0.553 0.032 0.213 INRTS Suku Bunga -180.781 136.974 -1.320 0.204 -0.230 -1.534 LDRLINA Lag DRLINA 0.85023 0.077083 11.030 0.000 R 2 = 0.9492, F hitung = 79.403, D w = 1.854 5.2.6. Permintaan Kayu Bulat Oleh Industri Pulp DRPINA Tabel 12. menunjukkan persamaan permintaan kayu bulat oleh industri Pulp DRPINA dipengaruhi oleh variabel harga kayu bulat domestik PLINAR dengan tanda negatif, harga pulp domestik PPINAR dengan tanda positif, suku bunga bank INRTS dengan tanda negatif dan variabel permintaan kayu bulat oleh indutri pulp tahun sebelumnya LDRPINA. Dari empat variabel penjelas, dua variabel yaitu harga kayu bulat domestik dan permintaan kayu bulat oleh indutri pulp tahun sebelumnya LDRPINA yang berpengaruh secara nyata terhadap perilaku permintaan kayu bulat oleh industri pulp. Respon permintaan kayu bulat oleh industri kayu lapis terhadap perubahan harga kayu bulat domestik dalam jangka pendek adalah bersifat inelastis -0.46 tetapi dalam jangka panjang bersifat sangat elastis -8.32. Hal ini berarti bahwa dalam jangka pendek permintaan kayu bulat oleh industri pulp akan berkurang sebesar 0.46 persen bila harga kayu bulat domestik akan naik 1 persen dan dalam jangka panjang permintaan kayu bulat akan berkurang sebesar 8.32 persen. Respon permintaan kayu bulat oleh industri pulp terhadap semua variabel tersebut bersifat inelastis dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang bersifat elastis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bahan baku untuk industri pulp di Indonesia saat masih bergantung pada hutan alam karena sumber bahan baku dari hutan tanaman masih belum belum mencukupi, untuk itu biasanya industri akan mempunyai cadangan stok bahan baku untuk jangka pendek 3 bulan ke depan. Dalam jangka panjang sumber bahan baku dari hutan alam makin berkurang dan potensi bahan baku untuk industri belum ada kepastian karena realisasi hutan tanaman masih relatif kecil, sehingga perubahan harga kayu dalam jangka panjang jelas akan mempunyai respon negatif terhadap permintaan kayu oleh industri pulp. Variabel permintaan kayu bulat tahun sebelumnya oleh industri pulp yang secara nyata berpengaruh terhadap permintaan kayu bulat oleh industri pulp tahun sebelumnya menunjukkan bahwa diperlukan waktu penyesuaian untuk mencapai keseimbangan permintaan kayu bulat oleh industri pulp dalam merespon perubahan kondisi perekonomian. Tabel 12. Hasil Pendugaan Permintaan Kayu Bulat Oleh Industri Pulp DRPINA Elastisitas Variable Parameter Estimate Standard Error t hitung Prob |T| E SR E LR INTERCEP Intercept 3625.252 5917.906 0.613 0.548 PRINA R Hrg Riil Ky Bulat Do mestik -27.04915 22.67724 -1.193 0.249 -0.457 -8.320 PPINAR Hrg Riil Pulp Do mestik 1.53429 5.739604 0.267 0.792 0.127 2.308 INRTS Suku Bunga -32.15319 244.835 -0.131 0.897 -0.097 -1.767 LDRPINA Lag DRPINA 0.94509 0.173542 5.446 0.000 5.3. Kayu Gergajian Fenomena kayu gergajian yang akan dilihat dititikberatkan pada perilaku ekspor, sedangkan perilaku produksinya digambarkan sebagai persamaan identitas yang merupakan persamaan konversi dari kayu bulat, dimana poduksi kayu gergajian dari hasil penelitian dan output rata-rata industri kayu gergajian merupakan konversi 0.5 dari input kayu bulat yang ke industri. Perilaku ekspor untuk ekspor diambil dari persamaan ekspor untuk tiga negara yang diasumsikan merupakan tujuan utama ekspor komoditi kayu kayu gergajian Indonesia yang secara terperinci adalah sebagai berikut:

5.3.1. Ekpor Kayu Ge rgajian ke Cina