maupun impor kayu bulat Indonesia juga akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut selanjutnya akan mempengaruhi jumlah penawaran domestik sehingga
akan mempengaruhi harga domestik. Selanjutnya yang terjadi akan sama dengan adanya perubahan PSDH dan DR.
Model pada masing- masing produk dimulai dari produksi sampai dengan pasar dunia. Adapun asumsi yang digunakan dalam penyusunan model ini adalah :
1 perekonomian dalam keadaan terbuka untuk mengadakan perdagangan dengan negara-negara lain, 2 Indonesia merupakan negara besar baik dalam produksi
maupun dalam perdagangan produk industri pengolahan kayu primer dunia, 3 produksi pada masing- masing produk tidak sama dengan penawaran, dan 4
produsen pada masing- masing produk berusaha memaksimumkan keuntungannya.
2.7. Pasar Produk Industri Kayu Olahan Indonesia
Pasar produk industri kayu olahan primer Indonesia terbagi dalam 4 sub sistem pasar yaitu: 1 sub sistem pasar bahan baku kayu bulat, 2 sub sistem
pasar kayu gergajian, 3 sub sistem pasar kayu lapis, dan 4 sub sistem pasar pulp. Sedangkan jenis industri kayu sekunder lainnya dan industri kertas
diperlakukan sebagai variabel eksogen. Masing- masing sub sistem terdiri dari komponen produksi, konsumsi, ekspor, impor dan harga.
Untuk mengetahui pengaruh masing- masing sub sistem terhadap pasar dunia didekati melalui pasar ekspor produk industri Indonesia terhadap negara-
negara pengimpor utama dan dibuat dalam persamaan perilaku. Kebijakan pemerintah diperlakukan sebagai variabel eksogen yang akan
mempengaruhi seluruh sistem pasar industri perkayuan Indonesia, baik pada sub sistem industri kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, maupun sub sistem industri
pulp. Begitu pula kebijakan yang berasal dari negara lain diperlakukan sebagai variabel eksogen yang akan mempengaruhi pasar dunia. Pendekatan tersebut
dapat digunakan untuk melihat dampak kebijakan perdagangan terhadap seluruh sub sistem produk dapat diidentifikasi.
Struktur industri perkayuan Indonesia adalah kompleks dan dicirikan oleh sifat-sifat sebagai berikut : 1 adanya intervensi pemerintah pada tahapan
produksi, konsumsi dan perdagangan, 2 pasar domestik dan luar negeri bersaing untuk penyediaan kayu bulat, pulp, kayu gergajian dan kayu lapis, karena jumlah
produsen yang banyak di seluruh dunia; 3 jumlah dan harga produk-produk ditentukan secara simultan tidak hanya oleh faktor domestik tetapi juga oleh
faktor ekonomi di luar perekonomian produk-produk kayu seperti nilai tukar rupiah terhadap US dan GDP maupun adanya intervensi pemerintah.
Dalam agregasi dari setiap produk, diasumsikan bahwa kayu bulat, pulp, kayu gergajian dan kayu lapis, masing- masing merupakan produk yang homogen
dan tidak terpisahkan. Asumsi ini bisa diterima karena produk kayu dari spesies dan kualitas yang berbeda adalah terbuka substitusinya, karena adanya kemajuan
teknologi pengolahan kayu. Hubungan mata rantai dalam penelitian ini digambarkan melalui model
ekonometrika market-process, yang merupakan model komoditi dari Labys 1973. Model ini menggambarkan adanya kombinasi model pasar dan proses. Di
dalam model, pasar ditandai oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran untuk memperoleh harga keseimbangan. Sedangkan yang dimaksud
dengan proses adalah adanya transformasi dalam proses produksi, yaitu transformasi dari bahan baku kayu bulat menjadi kayu olahan. Berdasarkan
pendekatan market-process, sistem pasar industri pengolahan kayu hulu Indonesia dikelompokkan ke dalam sektor-sektor bagian yang dilengkapi dengan
komponen-komponennya. Sektor menunjukkan jenis komoditi dan dirinci lagi berdasarkan pasar domestik dan internasional, dimana masing- masing komponen
dari sektor disajikan sebagai variabel endogen. Instrumen kebijakan seperti kebijakan upah minimum, restriksi perdagangan, tingkat bunga riil dan nilai tukar,
disajikan sebagai variabel eksogen dalam sistem dan ditampilkan langsung dalam model ekonometrika.
Tidak tersedianya harga ekspor maupun harga impor pada masing- masing negara, menyebabkan dalam model hanya digunakan satu harga yaitu harga dunia
dari masing- masing komoditi sebagai proksinya. Harga dunia kayu bulat yang disajikan dalam persamaan ekspor kayu bulat Indonesia ditentukan secara
simultan melalui kekuatan permintaan dan penawaran dunia. Total penawaran dunia terdiri atas penawaran ekspor dari kayu bulat Indonesia dan penawaran
ekspor dari negara-negara pengekspor utama dunia serta sisa negara-negara lainnya ROW. Permintaan kayu bulat merupakan permintaan turunan derived
demand , sehingga jumlah kayu bulat yang dikonsumsi oleh industri kayu
gergajian, kayu lapis dan industri pulp dipengaruhi oleh harga input harga kayu bulat domestik dan harga output.
Selama produksi dimaksudkan untuk pasar domestik dan luar negeri, maka diduga bahwa konsumsi kayu bulat dipengaruhi tidak hanya oleh harga domestik
tetapi juga oleh harga ekspor dari produk kayu olahannya. Total permintaan domestik untuk kayu bulat adalah jumlah dari kayu bulat yang dikonsumsi oleh
industri kayu gergajian, industri kayu lapis dan industri pulp. Salah satu tujuan
dari kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor kayu bulat sebagai bahan baku utama industri pengolahan kayu primer, adalah untuk mendorong industri
pengolahan kayu di dalam negeri melalui intervensi pada pasar domestik dan pasar ekspor.
Dengan tingkat penawaran kayu bulat tertentu pada pasar domestik, peningkatan konsumsi oleh industri- industri kayu gergajian, kayu lapis dan pulp
akan mengurangi tingkat perdagangan kayu bulat di pasar dunia. Koefisien input-output akan menentukan tingkat produksi kayu olahan
sebagai sebuah fungsi dari konsumsi kayu bulat oleh industri pengolahan kayu primer. Sebagaimana pada sektor kayu bulat, jumlah penawaran kayu olahan
oleh industri pengolahan kayu untuk pasar domestik ditentukan sebagai residual antara tingkat produksi dan tingkat ekspor.
Dalam sektor kayu olahan, berbagai perubahan dalam tingkat produksi dan ekspor sebagai akibat dari intervensi pemerintah akan mempengaruhi
penawaran domestik dan harga ekspornya, dimana keduanya akan menentukan harga domestik. Sedangkan permintaan dalam negeri untuk kayu olahan akan
tergantung pada harga domestik dan pendapatan perkapita. Impor kayu olahan dimasukkan ke dalam model untuk mengakomodasikan
berbagai pengaruh kekuatan dari dalam maupun di luar perekonomian produk perkayuan. Kenyataannya, berdasarkan data FAO, Indonesia untuk beberapa
tahun telah mengimpor sejumlah kayu olahan yang terbatas. Jumlah impor kayu olahan ditentukan sebagai residual antara permintaan
dan penawaran domestik. Tetapi kedua hubungan tersebut secara fundamental tidak mempengaruhi struktur dasar dari model.
Penawaran ekspor kayu bulat dari Indonesia dipengaruhi oleh tingkat produksi kayu bulat, sedangkan penawaran kayu bulat di pasar domestiktik
ditentukan sebagai residu antara tingkat produksi dan ekspor. Maka berbagai intervensi pemerintah pada tingkat produksi dan pasar ekspor akan mempengaruhi
ketersediaan kayu bulat untuk konsumsi domestik.
2.8. Batasan Pengertian tentang Industri Pengolahan Kayu Prime r