hanya ekspor kayu gergajian ke Arab Saudi yang mengalami penurunan secara konsisten. Cina dan Jepang secara tradisional merupakan negara tujuan ekspor
utama Indonesia untuk produk kayu dari Indonesia, sehingga tidak mengurangi daya beli masyarakat Jepang dan Cina meskipun terjadi kenaikan harga kayu bulat
akibat kenaikan pungutan Dana Reboisasi. Bila dilihat besaran kenaikan harga produk industri pengolahan kayu primer akibat kenaikan dana reboisasi adalah
sangat kecil yaitu dibawah 0.0001 persen. Kenaikan pungutan Dana Reboisasi, mempunyai dampak positif karena
berkurangnya produksi kayu bulat dalam negeri akan mengurangi laju penebangan kayu di hutan alam. Hal ini akan memperlambat berkurangnya persediaan kayu di
hutan alam sehingga akan memperpanjang keberadaan hutan alam yang sangat dibutuhkan dalam menjaga kondisi lingkungan global .
7.3. Skenario 3: Penurunan Suku Bunga 5 persen
Berdasarkan hasil simulasi kebijakan yang dilakukan menunjukkan bahwa turunnya suku bunga sebesar 5 persen dari suku bunga bank yang berlaku
berdampak pada kenaikan produksi kayu bulat sebesar 5.79 persen dan kenaikan ekspor kayu bulat sebesar 4.68 persen. Penurunan suku bunga bank juga
berdampak pada penurunan harga domestik kayu bulat sebesar 1.28 persen, sedangkan dampak terhadap ekspor produk industri kayu primer untuk semua
komoditi mengalami kenaikan. Kenaikan ekspor kayu gergajian terbesar adalah ekspor ke Cina sebesar
0.2452 persen, sedangkan kenaikan terkecil adalah ekspor ke Jepang yaitu hanya 0.0922 persen. Ekspor kayu gergajian ke Arab Saudi naik sebesar 0.1616 persen.
Kenaikan ekspor kayu lapis hampir merata untuk ketiga negara yaitu terbesar
ekspor ke Cina sebesar 6.58 persen. Ekspor kayu lapis ke Korea dan Jepang keduanya naik sekitar 4.41persen.
Penurunan suku bunga bank sebesar 5 persen dari suku bunga bank saat ini terhadap komoditi pulp berdampak pada kenaikan produksi yang cukup besar
yaitu sebesar 1.4247 persen. Kenaikan produksi ini dibarengi dengan kenaikan volume ekspor yang merata untuk ketiga negara yaitu sebesar 0.5951 persen.
Produksi pengolahan kayu primer terutama kayu lapis dan pulp sebagian besar produknya berorientasi untuk pasar ekspor. Kesinambungan pasar ekspor
tergantung juga pada kelancaran produksi. Salah satu faktor yang dapat mengganggu kelancaran produksi adalah suku bunga bank sehingga dapat
dikatakan bahwa suku bunga merupakan faktor yang sangat menentukan di dalam menunjang kinerja ekspor produk pengolahan kayu primer.
Berdasarkan hasil simulasi kenaikan dan penurunan suku bunga tersebut membuktikan bahwa suku bunga bank masih merupakan salah satu variabel yang
sangat berperan terhadap kelangsungan suatu industri. Sebagaimana diketahui bahwa ekspor produk kayu primer kayu lapis dan pulp sangat berkaitan dengan
kinerja industrinya. Industri kayu lapis selain merupakan industri padat karya juga pada modal dan memerlukan sumber dana yang cukup terutama untuk menyimpan
persediaan bahan baku kayu bulat minimal untuk jangka waktu 4 bulan. Demikian pula untuk pulp merupakan jenis industri yang lebih padat
modal, teknologinya lebih rumit dari pada kayu lapis. Investasi industrinya memerlukan sumber dana yang besar, tanpa bantuan bank adalah sangat sulit bagi
investor untuk dapat membangun industri pulp. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia APKI, 2006 menyatakan bahwa diperlukan dana sekitar 1 satu
milyar dolar Amerika untuk membangun pabrik pulp dengan kapasitas kurang lebih 1satu juta ton per tahun, belum termasuk investasi hutan tanaman untuk
pengamanan sumber bahan baku dalam jangka panjang. Industri pulp yang dana investasinya begitu besar memerlukan kepastian bahan baku dalam jangka
panjang. Sehingga investasi hutan tanaman juga harus menjadi satu paket dengan rencana pembangunan industri pulp. Tingkat suku bunga bank sangat berpengaruh
terhadap kelayakan usaha industri pulp, sehingga perubahan suku bunga akan berpengaruh terhadap kinerja industri pulp secara keseluruhan.
Kebijakan penurunan suku bunga ternyata dapat dijadikan salah satu kebijakn insentif terhadap industri pengolahan kayu primer. Industri akan
meningkatkan produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan volume ekspor.
7.4. Skenario 4: Penghapusan Larangan Ekspor Kayu Bulat