Kemitraan Community Based Forest Management (CBFM) Contribution to Farmer’s Household Income. A Case Study In Sukasari Village, Pulosari Sub District, Pandeglang Regency, Banten Province (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten)

Tujuan pembentukan KTH adalah untuk melancarkan komunikasi dua arah antara pihak penggarap dan pihak Perhutani. Kedua, karena sasaran program adalah anggota masyarakat yang berlahan sempit dan petani tidak berlahan, maka adanya kelompok dapat berfungsi sebagai wadah kerjasama antar penggarap : modal, tenaga kerja, informasi dan pemasaran hasil. Penggarap berlahan luas dapat mengelola lahannya secara efisien. Mereka mampu meningkatkan produktivitasnya melalui input – input teknologi yang membutuhkan modal seperti pengolahan tanah, pupuk, pengairan, sedangkan petani berlahan sempit tidak mampu menanggung biaya sendiri untuk masukan teknologi tersebut. Dengan cara berkelompok petani sempit dapat meningkatkan efisiensi dalam hal modal, tenaga kerja, dan informasi, serta lebih efektif melakukan kontrol sosial Wong, 1979 dalam Suharjito, 1994 . Mulyana 2001 menyatakan kriteria pemilihan petani sebagai KTH adalah kedekatan dengan hutan, hak-hak yang sudah ada, ketergantungan dan pengetahuan lokal. Keempat dimensi tersebut sangat erat kaitannya dengan sumberdaya hutan dan mudah untuk dikenali. Selanjutnya ia menyatakan pembentukan KTH adalah sebagai berikut : 1. Pembentukan kelompok 2. Penguatan kelembagaan 3. Penyuluhan 4. Insentif Perhutani 1991 menjelaskan bahwa KTH sebagai perkumpulan orang di sekitar hutan mempunyai tujuan : 1. Membina dan mengembangkan usaha di bidang proses produksi, pengelolaan dan pemasaran hasil usaha. 2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota. 3. Ikut serta membangun dan melestarikan hutan melalui kerjasama dengan Perum Perhutani. 4. Memberikan pelayanan atau menyalurkan kepada anggota yang menyangkut kebutuhan usaha produktif, misalnya dalam hal usahatani, yaitu pupuk, insektisida dan alat-alat pertanian. 5. Meningkatkan kesejahteraan anggota, merupakan tujuan akhir dibentuknya KTH.

2.9. Rumahtangga Petani

Saharudin 1985 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan rumahtangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan dimana biasanya mereka tinggal disitu dan makan dari satu dapur. Anggota rumahtangga biasanya terdiri dari suami, istri, anak-anak, famili dan anggota lain bukan famili termasuk pembantu rumahtangga, sedangkan yang dimaksud kepala rumahtangga adalah orang yang bertanggungjawab terhadap rumahtangga tersebut. Rumahtangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluannya sendiri. Orang yang tinggal di rumahtangga ini disebut anggota rumahtangga, sedangkan yang bertanggungjawab atau dianggap bertanggungjawab terhadap rumahtangga adalah kepala rumahtangga Biro Pusat Statistik,1990 Rumahtangga merupakan unit terkecil pengambil keputusan, karena hampir mirip dengan perusahaan jika ditinjau dari teori permintaan tenaga kerja. Seorang anggota keluarga akan bekerja, pasti harus melihat pertimbangan anggota lain. Dengan kata lain suplai tenaga kerja ditentukan secara simultan dalam rumahtangga untuk mencapai kepuasan maksimum dengan sumberdaya terbatas Becker,1976 dalam Hardjanto,1996.

2.10. Pendapatan Rumahtangga

Pendapatan rumahtangga adalah kumpulan dari pendapatan anggota- anggota rumahtangga dari masing-masing kegiatan. Menurut BPS 1993 pada sebagian rumahtangga pertanian, usaha pertanian masih merupakan penghasilan, tetapi bagi sebagian rumahtangga petani yang lain, usaha selain pertanian lebih menunjang kebutuhan hidupnya. Pendapatan rumahtangga pertanian tidak hanya berasal dari usaha pertanian tetapi juga berasal dari luar sektor tersebut seperti perdagangan, industri, pengangkutan dan sebagainya. BPS 1993 menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di