Pendapatan Responden Community Based Forest Management (CBFM) Contribution to Farmer’s Household Income. A Case Study In Sukasari Village, Pulosari Sub District, Pandeglang Regency, Banten Province (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten)

46 semakin besar. Pendapatan per tahun yang dihitung per hektar, disajikan pada Tabel 12 Tabel 12 Pendapatan responden dari lahan garapan PHBM menurut stratum Rphatahun Stratum Total Pendapatan I 0,75 - 1,5 ha 2.016.505 II 0,5-0,75 ha 1.153.523 III 0,5 ha 1.062.083 Sumber : Data primer, diolah 2008 Tabel 12 menunjukkan jika pendapatan rata-rata responden dihitung per hektar, maka pendapatan total yang terbesar tetap berada pada stratum I dimana luasan pada stratum ini adalah yang terbesar lebih dari 0,75 ha. Pendapatan pada stratum II lebih besar daripada stratum III, dengan semakin luas lahan garapan PHBM maka semakin besar pendapatan lahan garapan PHBM yang diperoleh. Besarnya pendapatan PHBM pada stratum I dibandingkan stratum lainnya disebabkan oleh luas lahan PHBM yang lebih besar, sehingga para penggarap dapat menanam tanaman semusim dengan jumlah yang lebih banyak. Jumlah pohon yang produktif pada stratum I lebih banyak daripada stratum II dan III. Tanaman produktif pada stratum I yaitu 163 melinjo, 390 kopi, 50 duren, 185 cengkeh dan 50 jengkol, stratum II yaitu 66 melinjo, 269 kopi, 5 cengkeh dan 2 pisang serta stratum III yaitu 91 melinjo, 83 kopi, 4 cengkeh, 3 pisang. 5.5.b. Pendapatan Total Responden Pendapatan total responden terdiri dari pendapatan dari lahan garapan PHBM, yang ditambahkan dengan pendapatan dari sumber-sumber yang lain termasuk dari pertanian, berdagang, ternak dan mata pencaharian pokok. Kondisi ini dijelaskan pada Tabel 13. Sumber : Data prim 08 er, diolah 20 Tabel 13 Pendapatan rata- rata responden dari PHBM, usaha tani dan sumber lain dalam 1 tahun PHBM Sawah Kebun milik Ternak Sumber lain Rp No Stratum Rp Rp Rp Rp Rp Total Rp 1 I 20.770.000 11,94 1.200.000 0,69 1.420.000 0,82 150.480.000 86,54 173.870.000 2 II 6.056.000 6,09 3.900.000 3,92 809.833 0,81 200.000 0,20 88.380.000 88,96 99.345.833 3 III 2.549.000 2,31 300.000 0,27 2.250.000 2,04 360.000 0,32 105.000.000 95,05 110.459.000 Rata-rata 9.791.667 6,78 1.800.000 1,63 1.493.277,667 1,23 186.666,67 0,17 114.620.000 90,18 127.891.611 Tabel 13 menunjukkan bahwa pada setiap stratum jumlah pendapatan total dari lahan garapan PHBM menyumbangkan pendapatan yang tidak terlalu besar, walaupun ketika diurutkan menempati posisi kedua terbesar setelah pekerjaan utama dan sampingan dari responden. Pendapatan total stratum I dari lahan garapan PHBM sebesar Rp. 20.770.000 menyumbangkan 11,94 dari pendapatan total responden. Selanjutnya pada stratum II pendapatan PHBM sebesar Rp. 6.056.000,00 atau sekitar 6,09 menyumbang dari pendapatan total responden pada stratum II dan pada stratum III dengan pendapatan dari lahan garapan PHBM sebesar Rp. 2.549.000,00 atau sekitar 2,31 dari pendapatan total responden stratum ke III. Pendapatan pada stratum III ini yang paling kecil kontribusinya dibandingkan dengan stratum I dan stratum II. Jika dibandingkan dengan sumber pendapatan lain, maka terlihat bahwa kontribusi pendapatan terbesar adalah dari sumber lain gaji, berdagang, upah buruh, pengrajin dan petani, usaha kusen disusul kemudian pendapatan PHBM dan selanjutnya kontribusi usaha tani dan ternak. Sumber lain memberikan kontribusi terbesar karena sebanyak 22,58 responden memiliki gaji tetap setiap bulan, sedangkan responden yang lain walaupun tidak punya gaji tetap tetapi mempunyai pekerjaan. Usaha PHBM memberikan kontribusi terbesar kedua karena seluruh responden juga mengandalkan hasil dari lahan garapan PHBM untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain itu luas dari lahan garapan PHBM seluruh responden sejumlah 18, 75 ha sedangkan untuk sawah hanya seluas 2 ha, hanya tujuh responden yang memiliki sawah. Hasil dari kebun milik menempati posisi ketiga setelah hasil PHBM dan sawah. Ada tujuh responden yang memiliki kebun milik. Kebun milik memberikan kontribusi yang lebih besar dari sawah pada stratum I, karena jenis tanaman yang ditanami bernilai jual tinggi yaitu cengkeh, sehingga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pendapatan dari kebun milik. Kontribusi usaha ternak terhadap pendapatan total responden hanya memberikan kontribusi sebesar 0,17, karena hanya ada tiga orang yang memiliki ternak, sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pendapatan total responden.

5.6. Prediksi Pendapatan Responden Sampai Tahun 2015

Prediksi pendapatan dari lahan PHBM dilakukan dari tahun 2008 sampai tahun 2015. Semua tanaman Pada tahun 2015 yang terdapat pada lahan garapan PHBM diperkirakan telah produktif, sehingga mencapai sasaran usaha pertanian di lahan garapan PHBM yaitu pendapatan atau keuntungan yang sebanyak - banyaknya tiap satuan luas lahan yang diusahakan. Pendapatan PHBM tahun 2007-2015 20000000 40000000 60000000 80000000 100000000 120000000 140000000 160000000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun P e n d a p at an R p stratum I stratum II stratum III Gambar 2 Grafik prediksi pendapatan PHBM sampai tahun 2015. Pendapatan PHBM mulai tahun 2007 sampai tahun 2015 terus meningkat berdasarkan kondisi grafik pada Gambar 2. Hal ini terjadi karena setelah tahun 2007, banyak tanaman yang produktif dengan asumsi jumlah produksi satuan dalam kg tetap seperti tahun 2007. Peningkatan pendapatan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2010 ke 2012 pada stratum I. Hal ini disebabkan tanaman pertaniannya produktif pada tahun 2012, dengan jumlah tanaman produktif sebanyak 5.253 terdiri dari 1.909 melinjo, 1981 kopi, 207 petai, 979 cengkeh, 53 duren, 107 jengkol, 17 pisang. Pendapatan responden stratum I akan tetap pada tahun 2013 sebesar Rp 141.458.485,00, karena tidak ada lagi tanaman yang ditanam. Peningkatan pendapatan juga terjadi pada stratum II setiap tahunnya. Namun, pendapatan tersebut tidak sebanyak stratum I karena jumlah tanaman pada stratum II 3.071 1.386 melinjo, 1.049 kopi, 85 petai, 321 cengkeh, 5 Duren, 158 jengkol, 17 pisang, 50 coklat. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan stratum I. Peningkatan pendapatan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan besar pendapatan akan tetap pada tahun 2014 sebesar Rp 67.188.010,00, karena semua tanaman telah produktif pada tahun 2014, sedangkan untuk stratum III dengan jumlah 905 tanaman 472 Melinjo, 288 kopi, 42 petai, 91 cengkeh, 2 duren, 2 jengkol, 3 pisang, 5 cokelat. Pendapatan pada stratum III juga terus meningkat, tetapi tidak sebesar stratum I dan II. Peningkatan pendapatan paling tajam terjadi pada tahun 2010 sampai tahun 2011. Besar pendapatan akan tetap pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 20.382.500,00. Pendapatan rata-rata setiap stratum per tahun dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Pendapatan rata-rata PHBM terhadap pendapatan penggarap setelah tahun 2007 Rp Tahun Stratum 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 I 2.605.000 3.805.000 4.637.250 9.059.736 13.855.148 14.700.148 14.700.148 14.700.148 II 1.062.600 1.287.600 2.631.626 5.356.426 6.841.026 6.861.026 6.986.026 6.986.026 III 304.900 304.900 845.228 1.986.050 2.038.250 2.038.250 2.038.250 2.038.250 Sumber : Data primer, diolah 2008

5.7. Kontribusi PHBM Setelah Tahun 2007

Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap semakin meningkat setelah tahun 2007, hal ini bisa dilihat pada Tabel 15 Tabel 15 Kontribusi PHBM terhadap pendapatan penggarap setelah tahun 2007 Tahun Stratum 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 I 22,22 27,56 30,51 44,99 56,21 57,89 57,89 57,89 II 14,73 15,31 24,16 41,85 49,28 49,38 49,69 49,69 III 3,37 3,37 8,80 16,38 17,58 22,76 22,76 22,76 Sumber : Data primer, diolah 2008 Kontribusi PHBM untuk setiap stratum dari tahun ke tahun semakin meningkat, sehingga prospek lahan PHBM setelah tahun 2007 sangat baik dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan penggarap seperti data pada Tabel 22. Kontribusi lahan PHBM tertinggi terdapat pada stratum I, hal ini karena jumlah tanaman yang lebih banyak setiap jenisnya dibandingkan stratum II dan stratum III, sedangkan yang paling kecil kontribusinya yaitu stratum III karena jumlah tanaman yang lebih sedikit dari pada stratum I dan II. Besarnya pendapatan PHBM untuk setiap stratum hanya dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang ada pada lahan garapan PHBM tersebut. Input pertanian lainnya seperti pemeliharaan dan pemupukan tidak terlalu berpengaruh terhadap besarnya pendapatan karena tanaman - tanaman pertanian yang ada dilahan PHBM masih diusahakan secara tradisional dan sangat tergantung kepada iklim atau musim panen.

5.8. Tingkat Kesejahteraan Responden

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan responden penggarap PHBM dapat dilihat dari hasil pendapatan penggarap per tahun. Sajogyo 1996 mengungkapkan konsep garis kemiskinan berdasarkan konsumsi beras per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara harga beras setempat pada tahun tersebut. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1. Tidak miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotaan. 2. Miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotaan. 3. Miskin sekali, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 320 kg untuk daerah perkotaan. 4. Paling miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 180 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 270 kg untuk daerah perkotaan. Batas minimum ditentukan berdasarkan besarnya pendapatan per kapita penggarap per tahun setara dengan konsumsi beras. Harga beras yaitu berkisar Rp 3.000 per Kg dan merupakan harga yang berlaku di Desa Sukasari pada saat penelitian. Tingkat Kemiskinan responden dapat dilihat pada Tabel 16