Peramalan Community Based Forest Management (CBFM) Contribution to Farmer’s Household Income. A Case Study In Sukasari Village, Pulosari Sub District, Pandeglang Regency, Banten Province (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten)

2. Mampu menyediakan sarana untuk mengembalikan hidup sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat kompleks dan tidak memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator kesejahteraan rumahtangga yang telah ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik 1991 dan sudah dimodifikasi. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Indikator tersebut terdiri atas : 1. Pendapatan rumahtangga 2. Konsumsi rumahtangga 3. Keadaan tempat tinggal 4. Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota rumahtangga 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis atau paramedis, termasuk didalamnya kemudahan mengikuti Keluarga Berencana KB dan memperoleh obat-obatan. 7. Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan. 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi pengangkutan. 9. Kehidupan beragama. 10. Perasaan aman dari gangguan kejahatan 11. Kemudahan dalam melakukan olahraga. Pendapatan per kapita menurut Biro Pusat Statistik 1996 dalam Meilani 2003 sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tingkat kesejahteraan keluarga menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 1996 dalam Primayuda 2002 adalah sebagai berikut: 1. Keluarga Pra Sejahtera PS, yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara minimal serta kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera tahap 1 S-1 adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, Keluarga Berencana KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan, tempat tinggal serta kebutuhan transportasi. 3. Keluarga Sejahtera tahap II S-2 yaitu keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya juga telah dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya seperti menabung dan memperoleh informasi. 4. Keluarga Sejahtera tahap III S-3 adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, psikologis dan pengembangannya, akan tetapi belum dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap masyarakat seperti secara teratur memberikan sumbangan untuk masyarakat, berperan secara aktif di masyarakat dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya. 5. Keluarga Sejahteran tahap III plus S-3+ yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta telah pula memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

2.14. Tingkat Kemiskinan

Sajogyo 1996 mengungkapkan konsep garis kemiskinan berdasarkan konsumsi beras per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara harga beras setempat pada tahun tersebut. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1. Tidak miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotann. 2. Miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotaan. 3. Miskin sekali, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 320 kg untuk daerah perkotaan.