Maksud, Tujuan dan Prinsip PHBM

b. Memperoleh manfaat dan hasil kegiatan sesuai dengan nilai dan proporsi faktor produksi yang dikontribusikannya. c. Memperoleh dukungan MDH dalam perlindungan sumberdaya hutan untuk keberlanjutan fungsi dan manfaatnya. Perusahaan dalam PHBM berkewajiban untuk : a. Memfasilitasi masyarakat desa hutan dalam proses penyusunan rencana, monitoring dan evaluasi. b. Memberikan kontribusi faktor produksi sesuai dengan rencana perusahaan. c. Mempersiapkan sistem, struktur dan budaya perusahaan yang kondusif. d. Bekerjasama dengan pihak yang berkepentingan dalam rangka mendorong proses optimalisasi dan berkembangnya kegiatan.

2.5. Agroforestry

Agroforestry menurut Lundgren dan Raintre 1982 dalam Hairiah et al. 2003 adalah istilah untuk sistem – sistem dan teknologi – teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu pohon, perdu, palem, bambu dengan tanaman pertanian dan atau hewan ternak dan atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Menurut Hairiah et al. 2003 agroforestry adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih guna lahan tersebut di atas dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Pada dasarnya agroforestry terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana masing – masing komponen sebenarnya dapat berdiri sendiri sebagai satu bentuk sistem penggunaan lahan. Hanya saja sistem- sistem tersebut umumnya ditujukan pada produksi dan komoditas khas atau kelompok produk yang serupa. Penggabungan tiga komponen tersebut menghasilkan beberapa kemungkinan bentuk kombinasi sebagai berikut : 1. Agrisilvikultur yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan komponen pertanian. 2. Agropastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan komponen peternakan. 3. Silvopastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan. 4. Agrosilvopastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan atau hewan. Dari keempat kombinasi tersebut, yang termasuk dalam agroforestry adalah agrisilvikultur, silvopastura dan agrosilvopastura. Sementara agropastura tidak dimasukkan sebagai agroforestry karena komponen kehutanan atau pepohonan tidak dijumpai dalam kombinasi. Menurut King dalam Kartasubrata 1986 agroforestry dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Agrisilviculture : Penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil – hasil pertanian dan kehutanan. 2. Sylvopastural systems yaitu sistem pengelolaan lahan untuk menghasilkan kayu dan untuk memelihara hewan ternak. 3. Agrosilvopastural systems, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus untuk memelihara hewan ternak. 4. Multipurpose Forest Tree Production Systems, yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun – daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia dan ternak. Dwivedi 1992 menyatakan bahwa beberapa tujuan dari pengklasifikasian sistem agroforestry antara lain adalah pengelompokan logis menurut faktor– faktor utama dimana sistem produksi agroforestry bergantung, mengindikasikan bagaimana pengaturan sistem agroforestry, penyusunan kembali informasi yang lebih fleksibel, dan supaya lebih mudah untuk dipahami. Kartasubrata 1986 menyatakan bahwa dalam pengembangan dan penerapan agroforestry terdapat beberapa model bentuk yaitu pengembangan lingkungan, model usahatani, dan model bisnis agroforestry. Pengembangan tersebut tidak terlepas dari dukungan kelembagaan, baik yang bersifat formal maupun informal.