Tingkat Kesejahteraan Community Based Forest Management (CBFM) Contribution to Farmer’s Household Income. A Case Study In Sukasari Village, Pulosari Sub District, Pandeglang Regency, Banten Province (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten)

Berencana KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan, tempat tinggal serta kebutuhan transportasi. 3. Keluarga Sejahtera tahap II S-2 yaitu keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya juga telah dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya seperti menabung dan memperoleh informasi. 4. Keluarga Sejahtera tahap III S-3 adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, psikologis dan pengembangannya, akan tetapi belum dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap masyarakat seperti secara teratur memberikan sumbangan untuk masyarakat, berperan secara aktif di masyarakat dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya. 5. Keluarga Sejahteran tahap III plus S-3+ yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta telah pula memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

2.14. Tingkat Kemiskinan

Sajogyo 1996 mengungkapkan konsep garis kemiskinan berdasarkan konsumsi beras per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara harga beras setempat pada tahun tersebut. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1. Tidak miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotann. 2. Miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotaan. 3. Miskin sekali, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 320 kg untuk daerah perkotaan. 4. Paling miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 180 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 270 kg untuk daerah perkotaan. Direktorat Jendaral Tata Guna Tanah, Direktorat Jendral Agraria diacu dalam Hardjanto 1996, mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Kebutuhan hidup minimum yang dipergunakan sebagai tolak ukur yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9 kg garam, 60 liter minyak tanah, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar dan 2 meter batik kasar. Besarnya standar kebutuhan hidup minimum per kapita per tahun dijadikan sebagai batas garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi dalam beberapa ketegori sebagai berikut: 1. Tidak miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun lebih besar dari 200 dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. 2. Hampir miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun antara 125- 200 dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. 3. Miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun antara 75-125 dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. 4. Miskin sekali, apabila pendapatan per kapita per tahun dibawah 75 dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. Indikator lain adalah seperti yang dipakai oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang dikenal dengan Indikator Keluarga Sejahtera, yang terdiri dari indikator penentu kemiskinan yaitu pangan umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih ; paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan dagingikantelor sebagai lauk pauk, sandang seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerjasekolah dan bepergian; seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru stahun sekali, dan papan bagian yang terluas dari lantai rumah bukan tanah; luas lantai rumah paling kurang 8 m 2 untuk tiap rumah. Indikator penyebab kemiskinan antara lain penghasilan paling kurang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap, serta indikator pendukung yaitu kesehatan bila anak sakit dan atau Pasangan Usia Subur PUS ingin ber KB dibawa ke petugas kesehatan serta diberi obat, dan pendidikan bagi seluruh anak berusia 7-15 tahun yang bersekolah.