Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 179
5. Tari Sanghyang
Tari Sanghyang adalah tari yang bersifat religius yang khusus berfungsi sebagai penolak wabah penyakit. Pada
saat ditarikan, Tari Sanghyang dapat membuat penarinya mengalami trance kesurupan karena kemasukan roh-roh
atau bidadari kahyangan serta yang lainnya. Tari Sanghyang adalah tarian yang diwarisi sebelum masuk agama Hindu
pra Hindu ke Bali. Tari Sanghyang juga berfungsi sebagai pembuka komunikasi spiritual antara warga dengan alam
gaib. Tari Sanghyang dalam pementasan harus memenuhi tiga unsur penting, seperti asap atau api, Gending Sanghyang
atau nyanyian, dan media yang digunakan sebagai alat komunikasi.
6. Tari Topeng Sidakarya
Tari Topeng Sidakarya adalah tari yang dipentaskan sebagai pelengkap dari sebuah upacara keagamaan. Tari
Topeng Sidakarya merupakan tarian yang diadopsi dari kisah seorang pandita yang diperlakukan tidak baik. Konon
pada pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel, sang Raja mengadakan upacara besar di Pura Besakih. Banyak
Pandita diundang untuk menyelesaikan upacara tersebut. Adalah seorang pandita sakti dari Keling tidak diundang
dalam upacara tersebut. Pandita sakti tersebut ingin terlibat
180 Kelas III SD
dalam menyelesaikan upacara tersebut. Sesampainya di Keling, penampilan sang Pandita sangatlah kotor dan tidak
terlihat seperti pandita pada umumnya. Penampilan Pandita Keling yang kotor akibat jauhnya perjalanan yang dilalui.
Pakaian beliau kotor, bajunya compang-camping, mirip seorang pengemis. Karena kondisinya yang tidak bersih, sang
Pandita tidak dipercaya oleh orang-orang kerajaan sebagai Pandita. Pandita sakti tersebut diusir dan di hina sehingga
menyebabkan sakit hati. Di sebuah tempat yang sepi, dia melakukan perlawanan dengan mengucapkan mantra yang
berisi sumpah bahwa yajña yang dilaksanakan raja tidak akan membawa berkah dan menimbulkan bencana. Raja
Waturenggong dalam samadinya tahu siapa yang mengutuk upacara besarnya itu. Kemudian, Raja mengutus patihnya
untuk menjemput sang Pandita dan meminta maaf pada sang Pandita. Raja meminta perkenan Sang Pandita Keling untuk
ikut menyelesaikan upacara dan penyelesaian paling akhir sehingga karya itu menjadi sidha diberkahi. Dari legenda,
lantas membuat Topeng Sidakarya. Di atas telah dituliskan beberapa tarian yang dianggap
sakral. Adapun tarian-tarian yang tergolong tari profan antara lain sebagai berikut.