Kependudukan KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. DEGRADASI LAHAN TERKAIT PENGELOLAAN PERKEBUNAN INTI RAKYAT KELAPA SAWIT

Menurut Lal 1998, bahwa degradasi tanah dipengaruhi oleh kualitas tanah, daya lenting tanah, iklim, cuaca, teknik pengelolaan lahan, termasuk penggunaan lahan dan sistem pertanian. Degradasi tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti tekanan penduduk, kesehatan dan kemiskinan. Kerusakan lingkungan akibat pengaruh manusia merupakan upaya manusia dalam meningkatkan kesejahteraannya melalui pemanfaatan sumberdaya lahan Barrow 1991. Penerapan konservasi tanah dan air yang baik dapat memperkecil kehilangan tanah akibat erosi, pengendalian secara vegetatif dan sipil teknis seperti waterways, strip penyangga, strip cropping dan pembangunan dam dapat dilakukan untuk mengurangi erosi tanah dan laju aliran permukaan United State Society of Agronomy 2005. Perubahan fungsi hutan menjadi tanaman monokultur seperti perkebunan kelapa sawit akan menurunkan kualitas tanah secara drastis. Perubahan tutupan lahan akan menurunkan input C-org dari tanaman, meningkatkan kehilangan C-org akibat erosi, meningkatkan laju dekomposisi bahan organik, dan meningkatkan emisi CO 2 Tanah di lokasi penelitian merupakan tanah yang memiliki banyak faktor pembatas baik pembatas fisik, kimia dan biologi sehingga rentan terhadap degradasi lahan. Sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Muara Enim berupa tanah Podzolik Merah-KuningPMK 42,23 persen, diikuti tanah Alluvial 26,03 persen. Tanah Podzolik Merah-Kuning dan Alluvial tersebut sebagian besar tersebar di sekitar Kecamatan Tanjung Agung, Muara Enim, Talang Ubi dan Gelumbang. Jenis tanah lain yang cukup luas penyebarannya adalah Latosol 7,64 persen diikuti oleh asosiasi Podzolik coklat, kekuning-kuningan dan hidromorf kelabu 7,59 persen, asosiasi gley 6,79 persen, dan Andosol 5,54 persen. Kemiringan lahan pada umumnya landai dengan ketinggian tempat yang relatif rendah dari permukaan laut. Sekitar 75,75 persen dari luas wilayah Kabupaten Mchunu and Chaplot, 2012. Cara pembukaan hutan juga turut mempengaruhi kualitas dan laju kerusakan tanah. Hutan yang dibuka dengan cara dibakar untuk penggunaan yang lain akan merusak agregat tanah sehingga meningkatkan erosi tanah Cottler and Larrocea 2006. Muara Enim berada pada wilayah yang mempunyai kemiringan kurang dari 12 persen. Sekitar 9,44 persen berkemiringan sedang yaitu antara 12 – 40 persen, dan sekitar 14,81 persen tergolong terjal dengan kemiringan lebih dari 40 persen BPS 2010. Lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sekitar 60 luas tanahnya merupakan tanah jenis podsolik Ultisols. Tanah ini mempunyai status kesuburan rendah, karena memiliki KTK rendah 15 me 100 g -1 Untuk mengetahui terjadinya degradasi tanah, maka perlu diketahui sifat- sifat tanah tersebut melalui analisa laboratorium sesuai dengan prosedur standar yang berlaku. Pada tahun 2011 telah dilakukan kegiatan pengambilan contoh tanah di perkebunan inti, plasma dan hutan yang telah ditanami sejak tahun 1987, 1988, dan 1989. Pengambilan contoh ini merupakan kegiatan evaluasi sifat tanah setelah 24 tahun dikelola sebagai kebun kelapa sawit oleh PT. Perkebunan Nusantara VII. Analisa sifat kimia tanah yang dilakukan meliputi kandungan C- organik C-org dan unsur hara makro yang meliputi unsur N-total, P-total, dan K- total. Hasil dari analisa laboratorium terhadap contoh tanah tersebut disajikan pada Tabel 11. , kandungan C-Organik rendah 1, cadangan mineral rendah, pH rendah 5, dan memiliki tingkat erodibilitas tinggi Koedadiri dan Adiwiganda 1998. Tanah dengan jenis ini ini rentan terhadap erosi dan akan mengalami degradasi yang cepat apabila tidak secepatnya dikonservasi. Tanah PMK memiliki pH yang rendah sehingga menyebabkan ketersediaan hara terutama hara P menjadi rendah juga Muukkonen et al. 2009. Hal ini terjadi akibat adsorpsi P yang sangat kuat oleh permukaan mineral dan perubahan bentuk molekul P sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Masalah ketersediaan P ini juga dialami oleh tanah-tanah selain PMK yang memiliki pH terlalu rendah masam atau terlalu tinggi basa. Sementara ketersediaan hara lainnya termasuk N dan K sangat tergantung pada sumber hara, keseimbangan komposisinya di tanah dan selektivitas agronomi tanaman.

Dokumen yang terkait

Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV

34 131 131

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Local resource based model of peatland management on agroecology of oil palm plantations a case study on agroecology of smallholder oil palm plantations in the Regency of Bengkalis Meranti, Riau Province

1 32 201

Water resource conservation model on sustainable palm oil (Case study Sub watershed Lalindu, North Konawe, South East Sulawesi province )

1 51 197

Local resource-based model of peatland management on agroecology of oil palm plantations: a case study on agroecology of smallholder oil palm plantations in the Regency of Bengkalis-Meranti, Riau Province

0 21 387

SPATIAL PATTERN OF PALM OIL DEVELOPMENT IN NORT SUMATRA AND SOUTH KALIMANTAN A CASE STUDY OF ACTUAL UTILIZATION AND LAND HOLDING STATUS

0 3 15

Diversity and Dispersal of Amphibian in Palm Oil Agriculture Landscape Elements: Case Study PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan District, West Sumatra

2 20 273

Model Of Sustainable Fishing Management In South Sulawesi

1 6 294

Sustainable agriculture management for palm oil productivity enhancement : a case study at Felda Wilayah Mempaga.

0 2 24

Assessment of Smallholders’ Barriers to Adopt Sustainable Practices: Case Study on Oil Palm (Elaeis Guineensis) Smallholders’ Certification in North Sumatra, Indonesia

0 0 29