Kebijakan yang dilakukan PT.Perkebunan Nusantara VII dalam pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit masih bersifat parsial berdasarkan
kondisi kebun setempat, sehingga menyebabkan managemen kebun tidak berani melakukan terobosan, karena takut disalahkan suatu saat kelak. Sebaiknya
ditetapkan kebijakan di tingkat Direksi terhadap model pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit terhadap suatu kebun berdasarkan kondisi dimana kebun tersebut
berada.
2.2. Pengelolaan Perkebunan Inti Rakyat Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit berkelanjutan adalah suatu pendekatan pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang melibatkan dua atau
lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan pembangunan secara terpadu integrated guna mencapai pembangunan perkebunan kelapa sawit secara
berkelanjutan. Keterpaduan integration mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa
perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat tertentu horizontal integration, dan antar
tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat pusat vertical integration.Keterpaduan dari sudut pandang
keilmuan mensyaratkan bahwa di dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan antar
disiplin ilmu interdisciplinary approaches, yang melibatkan bidang ilmu: ekonomi, ekologi,
teknik, sosiologi, hukum, dan ilmu lainnya yang relevan. Hal ini diperlukan karena pembangunan kelapa sawit pada dasarnya terdiri dari sistem sosial yang
terjalin secara kompleks dan dinamis serta pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem hutan, kelapa sawit, tanah dan lainnya yang satu sama lain
saling terkait, tidak berdiri sendiri. Menurut Manuwoto 2007, kebijakan yang terkait pembangunan
berkelanjutan harus memenuhi kriteria dan pokok-pokok pembangunan berkelanjutan. Kriteria pembangunan berkelanjutan tersebut adalah kesetaraan
equity,masa mendatang futurity,dan valuasi lingkungan environmental
valuation Comhar 2007.Sementara pokok-pokok pembangunan berkelanjutan
terdiri dari tujuh pokok yang dijabarkan ke dalam 12 prinsip, yaitu
:
1. Pemenuhan kebutuhan manusia melalui penggunaan sumber daya yang efisien; a. Minimalisasi penggunaan sumber daya tak terbarukan;
b. Minimalisasi penggunaan bahan pencemarberbahaya dan minimalisasi limbah, serta penanganannya secara ramah lingkungan;
2. Kesetaraan antar generasi; a. Penggunaan sumber daya yang sesuai dengan kapasitas untuk regenerasi;
b. Perbaikan dan perawatan kualitas sumber daya tanah dan air; 3. Penghormatan terhadap integritas lingkungan dan keanekaragaman hayati;
a. Perbaikan dan perawatan kehidupan liar, habitat, dan spesies; 4. Kesetaraan antar negara dan wilayah;
a. Perlindungan terhadap udara dan atmosfir, serta minimalisasi dampak aktifitas manusia terhadap iklim;
b. Pembangunan potensi sumber daya di satu wilayah tidak mengganggu kemampuan potensi sumber daya wilayah lain;
5. Kesetaraan sosial; a.Upaya memajukan kekhasan sosial guna meningkatkan kualitas
kehidupan secara keseluruhan; b.Pembangunan berkelanjutan yang bergantung pada kerjasama dan
persetujuan antar daerah; 6. Penghormatan terhadap keragamanwarisan budaya;
a.Perbaikan dan perawatan kualitas lanskap, warisan lingkungan buatan manusiayangbersejarah, serta budaya;
7. Pengambilan keputusan yang baik;
a.
Penyampaian pengambilan keputusan hingga ke tingkat yang tepat; b.Peran serta semua pihak pada semua tingkat pengambilan keputusan.
Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik dan pengendalian kerusakan ekosistem saja, melainkan juga dengan adanya
pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar-negara dan antara kelompok masyarakat kaya dan masyarakat miskin. Pembangunan
berkelanjutan merupakan salah satu kesepakatan negara-negara di dunia untuk