Degradasi Lahan Aspek Lingkungan Hidup

Pemadatan tanah biasanya disebabkan oleh penggunaan alat berat. Penutupan dan pengerasan tanah terjadi pada lapisan atas jika permukaan tanah tidak cukup dijaga untuk melawan dampak tetesan hujan. Kondisi ini khususnya terjadi pada tanah-tanah yang rendah kandungan bahan organiknyadan rendah kandungan fraksi pasir sertamengandung cukup banyak lumpur. 2. Penggenangan. Intervensi manusia dalam sistem drainase alami memiliki peranan penting pada kejadian banjir yang bersumber dari luapan air sungai dan penggenangan lahan yang bersumber air hujan. 3. Penurunan bahan organik tanah. Fenomena penurunan bahan organik tanah ini disebabkan oleh drainase dan atau oksidasi bahan organik tanah.

2.6. 3. Faktor-faktor penyebab degradasi tanah

Menurut Oldeman 1994, pendekatanGLASODmembedakan faktor penyebab degradasi tanah adalah sebagai berikut: 1. Penebangan hutan atau pemindahan vegetasi alami. Penebangan hutan ini biasanya bertujuan untuk pembukaan lahan untuk pertanian, hutan komersial, pembangunan jalan, dan urbanisasi. 2. Pemotongan rumput berlebih Overgrazing. Pemotongan rumput yang berlebih ini tidak hanya berperanan terhadap degradasi vegetasi, tetapi dapat menyebabkan pemadatan tanah,erosi air dan angin. 3. Aktivitas pertanian. Degradasi tanah dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk yang berlebih, penggunaan air irigasi yang tidak berkualitas, dan penggunaan alat berat yang tidak tepat. 4. Eksploitasi vegetasi yang berlebih. Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga,misalnya untuk keperluan kayu bakar, pembuatan pagar, dan pembuatan alat rumah tangga. 5. Aktivitas bioindustri dan industri. Aktivitas ini berhubungan langsung dengan degradasi akibat polusi tanah. Menurut Triwidodo 2000, sifat dari sistem pertanian berkelanjutan dimanifestasikan dalam bentukpertanian input rendah dengan kerakteristik sebagai berikut: 1. Berupaya mengintegrasikan pengelolaan kesuburan tanah dengan kesesuaian lahan dan peternakan. 2. Penggunaan unsur hara, air, dan energisecara efisien serta sedapat mungkin mendaur-ulangnya dan melakukan pencegahan deplesi produksi. 3. Penggunaan input dari luar hanya dilakukan untuk mengkompensasi defisiensi lokal. 4. Merupakan praktek pertanian yang spesifik lokal. 5. Mendayagunakan pengetahuan dan teknologi, pengalaman dan pengetahuan universal dari masyarakat pribumisecara serasi. 6. Menekankan upaya untuk mempertahankan tingkat produksi secara konsisten. Wigena 2009 melaporkan bahwa masuknya pupuk ke lingkungan secara tidak terkendali dapat mencemari tanah, udara, badan air permukaan dan air bawah tanah. Berkaitan dengan ini, Adiwiganda 2002 memberikan informasi bahwa pemupukan nitrogen berupa urea yang disebar merata pada permukaan tanah sangat beresiko terhadap kehilangan nitrogen terutama pada musim hujan. Pada kondisi ini, kehilangan nitrogen bisa sampai 70 dalam waktu seminggu. Peneliti lainnya Vexhull dan Fairhust1991, menyatakan bahwa kehilangan pupuk fosfat dan kalium sangat menonjol pada lahan yang tidak dikonservasi karena unsur ini terikat pada partikel liat tanah dan bahan organik yang terbawa oleh erosi dan aliran permukaan. Kehilangan unsur ini bisa menurunkan hasil antara 25-30. Menurut Eswaran 1992, konsep pengelolaan lahan yang berkelanjutan adalah sistem yang bertujuan menyatukan prinsip-prinsip ekonomi dan sosial ekonomi dalam pengelolaan lahan untuk pertanian dan penggunaan lainnnya secara turun temurun. Akhir-akhir ini tekanan penduduk mengakibatkan intensitas penggunaan lahan lebih besar sehingga degradasi lahan menjadi isu penting.

2.7. Peranan CO

2 CO Dalam Bidang Pertanian 2 memiliki peran sangat penting dalam proses fotosintesis tumbuhan berklorofil bersama dengan air H 2 O menjadi karbohidrat dengan bantuan radiasi

Dokumen yang terkait

Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV

34 131 131

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Local resource based model of peatland management on agroecology of oil palm plantations a case study on agroecology of smallholder oil palm plantations in the Regency of Bengkalis Meranti, Riau Province

1 32 201

Water resource conservation model on sustainable palm oil (Case study Sub watershed Lalindu, North Konawe, South East Sulawesi province )

1 51 197

Local resource-based model of peatland management on agroecology of oil palm plantations: a case study on agroecology of smallholder oil palm plantations in the Regency of Bengkalis-Meranti, Riau Province

0 21 387

SPATIAL PATTERN OF PALM OIL DEVELOPMENT IN NORT SUMATRA AND SOUTH KALIMANTAN A CASE STUDY OF ACTUAL UTILIZATION AND LAND HOLDING STATUS

0 3 15

Diversity and Dispersal of Amphibian in Palm Oil Agriculture Landscape Elements: Case Study PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan District, West Sumatra

2 20 273

Model Of Sustainable Fishing Management In South Sulawesi

1 6 294

Sustainable agriculture management for palm oil productivity enhancement : a case study at Felda Wilayah Mempaga.

0 2 24

Assessment of Smallholders’ Barriers to Adopt Sustainable Practices: Case Study on Oil Palm (Elaeis Guineensis) Smallholders’ Certification in North Sumatra, Indonesia

0 0 29